IFPI: Pertumbuhan Musik Global 2020 Ditopang ”Streaming”
Meskipun ekonomi global tengah lesu, industri musik rekaman global berhasil tumbuh sepanjang 2020.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
LONDON, RABU — Meskipun ekonomi global tengah lesu, industri musik rekaman global berhasil tumbuh sepanjang 2020. Faktor utama pertumbuhan adalah keberadaan layanan streaming yang terus berkembang secara konsisten di tengah pandemi.
International Federation of the Phonographic Industry (IFPI) dalam laporan tahunan Global Music Report melaporkan, pendapatan industri musik rekaman global tumbuh 7,4 persen atau mencapai 21,6 miliar dollar AS pada 2020. Pertumbuhan ini menandai tahun keenam industri musik bertumbuh secara berturut-turut setelah sebelumnya sempat terdampak internet dan pembajakan sejak awal abad ke-21.
Pendapatan industri musik itu didorong oleh layanan streaming. Pendapatan streaming, baik streaming berbayar maupun yang didukung iklan, tumbuh 19,9 persen atau mencapai 13,4 miliar dollar AS. Jumlah ini mencakup 62,1 persen dari total pendapatan industri musik rekaman. Hingga akhir 2020, pengguna akun berbayar tumbuh menjadi 443 juta pelanggan (18,5 persen).
Pertumbuhan streaming ini mengimbangi penurunan pendapatan format lainnya. Pendapatan penjualan fisik turun 4,7 persen dan pendapatan hak pertunjukan turun 10,1 persen—kebanyakan akibat pandemi.
”Beberapa hal tidak lekang oleh waktu, seperti kekuatan lagu yang bagus atau hubungan antara artis dan penggemar. Tetapi, beberapa hal telah berubah. Dengan begitu banyak dunia terkunci dan musik live ditutup, hampir di setiap sudut dunia sebagian besar penggemar menikmati musik melalui streaming,” kata Kepala Eksekutif IFPI Frances Moore dalam konferensi pers, Selasa (23/3/2021).
IFPI mencatat, platform streaming, dipimpin Spotify, Apple, dan Deezer, sekarang menyumbang 62,1 persen dari pendapatan musik global.
Grup dari Korea Selatan, BTS, menduduki puncak daftar penjualan terbaik diikuti Taylor Swift, Drake, The Weeknd, dan Billie Eilish. BTS mendominasi tangga lagu album dalam format streaming dan fisik dengan album Map of the Soul: 7. Sementara itu, ada dua lagu yang menembus dua miliar kali streaming, yakni lagu ”Blinding Lights” dari The Weeknd dan ”Dance Monkey” dari Tones and I.
Dari pembagian kawasan, Amerika Latin tetap menjadi kawasan dengan pertumbuhan tercepat dengan pendapatan naik 15,9 persen, diikuti pertumbuhan Asia (9,5 persen) serta Afrika dan Timur Tengah (8,4 persen). Kawasan lainnya juga mencatat pertumbuhan positif, antara lain, Amerika Serikat dan Kanada (7,4 persen), dan Eropa (3,5 persen).
Terdapat tren besar pertumbuhan koneksi global walaupun ada pembatasan perjalanan terkait pandemi. Wilayah Afrika masuk dalam radar untuk kali pertama dengan pertumbuhan 8,4 persen. Pertumbuhan ini dipimpin oleh artis seperti Burna Boy dari Nigeria yang meraih Grammy untuk album musik global terbaik bulan lalu.
”Yang sangat menarik adalah kita sekarang melihat artis dari mana saja di dunia memiliki kemampuan untuk masuk ke pasar lain mana pun di dunia. Tidak ada pembatasan untuk masuk, tidak ada batasan bagi konsumen yang ingin terlibat dengan seorang artis. Ini sama menariknya sekarang dengan kreativitas seperti yang pernah saya lihat,” ujar Dennis Kooker dari Sony Music dalam konferensi pers.
Royalti musisi
Di tengah kabar positif itu, sejumlah musisi selama pandemi lantang menyuarakan ketidakadilan pembagian royalti dalam layanan streaming. Selama ini, layanan streaming, seperti Spotify, Deezer, dan Apple, menempatkan pembayaran royalti ke dalam satu wadah besar atau semacam sistem pooling.
Total royalti itu kemudian dibagikan berdasarkan artis mana yang paling banyak diputar secara global. Banyak artis dan serikat pekerja berpendapat, sistem itu tidak adil karena memberikan pembayaran besar kepada bintang besar, tetapi artis kelas menengah ke bawah tak mendapatkan apa-apa.
Namun, IFPI menepis klaim tersebut. ”Riset kami menunjukkan bahwa pendapatan artis lebih tinggi daripada pendapatan yang kembali ke industri setelah biaya dan lainnya. Jadi, dari sudut pandang itu, ada kesalahpahaman bahwa kondisi artis tidak baik,” tutur Frances Moore.
Moore melanjutkan, kesalahpahaman itu kemungkinan akibat tingkat persaingan global. Di Spotify saja, misalnya, terdapat tujuh juta artis yang mengunggah rata-rata 60.000 lagu setiap hari.
IFPI mencatat, perusahaan-perusahaan rekaman berusaha mendukung artis dalam bermusik dan menyalurkan musik kepada penggemar dengan berbagai cara kreatif meskipun dalam keadaan sulit. Upaya dan investasi perusahaan rekaman telah membantu meletakkan dasar bagi industri musik, yang kini didominasi digital, sehingga membuktikan ketahanan luar biasa pada 2020.
Konrad von Lohneysen, dari label Embassy of Music Jerman, menambahkan, peran perusahaan rekaman adalah menjadi mitra artis. ”Kami sangat yakin peran kami akan tetap seperti itu dan bahwa artis akan menyadari apa yang mereka miliki dengan label... dalam membiarkan mereka melakukan apa yang ingin mereka lakukan—membuat seni,” katanya. (AFP/Reuters)