Kesabaran Menentang Maut
Savitri menuntut Batara Yamadipati untuk mengembalikan suaminya, Raden Setiawan, yang telah direnggut maut. Savitri tidak pernah mengutarakan keinginannya itu sampai akhirnya Batara Yamadipati terjebak, masuk perangkap.
Seperti kisah di dalam sastra epik 1.001 Malam yang lahir pada Abad Pertengahan di Timur Tengah, kesabaran dalam menceritakan rangkaian cerita sepanjang 1.001 malam berhasil menangguhkan hukuman mati bagi sang pencerita. Kesabaran berhasil menentang maut.
Pementasan daring Teater Koma dalam lakon Savitri - Saga Mahabarata menceritakan juga tentang kesabaran Savitri menentang maut bagi suaminya, Raden Setiawan. Kontekstualisasinya, pada pandemi Covid-19 sekarang ini kita juga dihadapkan pada ancaman maut. Kesabaran menjadi kunci dan jalan penting dalam mempertahankan hidup dengan protokol kesehatan yang harus dipatuhi.
”Ini seperti kisah 1.001 malam, ketika Savitri yang ditinggal mati suaminya, Raden Setiawan, akhirnya terus-menerus mengikuti Batara Yamadipati, Dewa Pencabut Nyawa. Pada akhirnya, Batara Yamadipati tak kuasa dan mengembalikan hidup Raden Setiawan kepada Savitri,” ujar Rangga Riantiarno, pemeran Batara Yamadipati dalam pementasan lakon Savitri - Saga Mahabarata, Jumat (2/4/2021) di Jakarta.
Rangga menuturkan, pada masa pandemi Covid-19, pementasan Teater Koma mengikuti protokol kesehatan. Pementasan tanpa penonton direkam terlebih dahulu, kemudian disiarkan melalui kanal Youtube Teater Koma. Pementasan tanpa penonton untuk perekaman berlangsung antara 13 dan 14 Maret 2021 dengan waktu dibatasi mulai pukul 15.00 hingga 21.00 di panggung Gedung Kesenian Jakarta. Kemudian hasil perekaman disunting dan disiarkan antara 25 dan 31 Maret 2021.
Di awal penyiaran, tampil sutradara dan penulis naskah N Riantiarno. Ia didampingi pimpinan produksi Teater Koma, Ratna Riantiarno, menyampaikan perihal pesan kesabaran dalam menentang maut melalui lakon Savitri - Saga Mahabarata ini.
Teater Koma didukung Yayasan Bakti Budaya Djarum mengemas pementasan ini sebagai bagian dari lima kegiatan virtual Festival 44 antara bulan Maret dan Juli 2021. Festival 44 sebagai rangkaian kegiatan peringatan ulang tahun Teater Koma ke-44, persisnya pada 1 Maret 2021.
”Teater Koma merupakan salah satu kelompok seni Tanah Air yang produktif dalam berkarya dan senantiasa menghadirkan lakon dengan pesan moral yang patut kita teladani,” ujar Renitasari Adrian selaku Direktur Program Yayasan Bakti Budaya Djarum.
Festival 44 dilangsungkan secara virtual, menghadirkan berbagai kegiatan yang diberi tajuk #NontonTeaterKomaDiRumah, #SAVITRI, #TeaterKoma X KaryaKarsa, #TeaterKomaPentasDiSanggar, dan #MonologTeaterKoma.
”Suguhan ini merupakan wujud semangat kami dalam terus berkarya tanpa mengenal titik, selalu koma,” ujar N Riantiarno, pendiri Teater Koma.
Cerita di dalam cerita
Bagi Rangga, lakon Savitri - Saga Mahabarata ibarat kisah di dalam epik 1.001 malam yang mengembangkan cerita di dalam cerita. Upaya ini menarik untuk meraih pesan atau hikmah yang kontekstual dengan persoalan kekinian. Selama kurang lebih 2 jam atau 120 menit, penikmat seni dapat menyaksikan kisah kesetiaan dan kesabaran putri seorang Raja Mandraka, Savitri. Raja Mandraka diperankan Budi Ros, sedangkan Savitri diperankan Sekar Dewantari.
Bingkai ceritanya dimulai dari sebuah tradisi keluarga kerajaan. Ketika seorang putri raja beranjak dewasa, ia haruslah berkelana untuk mencari dan menentukan calon suaminya sendiri.
Savitri menempuh itu. Sebelumnya, ini juga pernah ditempuh ibunya. Pengelanaan seorang putri raja untuk mencari dan menentukan calon suaminya menjadi metafora menarik. Selama ini, seorang perempuan hampir selalu dinarasikan pasif dalam menentukan calon pasangannya.
Tidak jarang, putri seorang raja hanya ada di istana hingga menunggu pinangan seorang pangeran kerajaan. Savitri menjadi simbol penolakan stereotipe bagi perempuan yang tidak bisa secara bebas mencari dan menentukan calon suaminya.
Pengelanaan Savitri mengantarkannya kepada pertemuan dengan Raden Setiawan. Ia pun menjatuhkan pilihan kepadanya. Raden Setiawan diperankan Lutfi Ardiansyah.
Sudah menjadi tradisi bagi keluarga kerajaan tersebut untuk melibatkan penujum atau peramal sebagai penasihat raja. Para penujum diperankan tiga pemain, yakni Andhini Puteri, Suntea Sisca, dan Angga Yasti. Raden Setiawan pun diramalkan tidak akan sampai bertahan lama mendampingi Savitri. Akan tetapi, Savitri tetap pada keputusannya.
Benarlah ramalan itu. Di hari ketiga setelah perkawinan mereka, Batara Yamadipati sebagai Dewa Pencabut Nyawa merenggut nyawa Raden Setiawan tanpa kenal ampun. Savitri menentang bukan alang kepalang. Akan tetapi, keputusan Dewa Pencabut Nyawa tidak bisa ditolaknya serta-merta.
Savitri lalu menempuh jalan kesetiaan dan kesabaran dengan mengikuti Batara Yamadipati ke mana pun pergi. Savitri juga selalu berusaha mengimbangi perbincangan menarik kepadanya. ”Sampai pergi ke neraka pun, Savitri terus mengikuti Yamadipati,” ujar Rangga, yang berusaha menghayati betul karakter Yamadipati yang diperankannya itu.
Kepiawaian penulis naskah N Riantiarno benar-benar teruji. Ia mengembangkan cerita di dalam cerita dengan menarik. Suatu ketika, di neraka, ditampilkan sosok Rahwana. Rahwana sempat mencoba adu kesaktian melawan Batara Yamadipati.
Tokoh Rahwana diperankan Dick Perthino. Tokoh-tokoh lain menarik ditampilkan, seperti Batara Brahma yang diperankan Febri Siregar. Batara Brahma yang membawa berita kepada Batara Yamadipati soal neraka yang kedatangan dan dirusak Rahwana.
Dua dunia
Kepiawaian N Riantiarno dalam menulis naskah juga teruji dalam menghadirkan dua dunia. Raden Setiawan yang sudah mati tetap dihadirkan seperti halnya Savitri yang terus mengikuti Batara Yamadipati.
Setiawan selalu berada di dekat Batara Yamadipati seperti halnya Savitri. Akan tetapi, Setiawan dan Savitri tak saling tahu. Keduanya sama sekali tidak terhubung meski keberadaan di dalam dua dunia berbeda itu mereka saling berdekatan.
Savitri tidak pernah menyampaikan maksud hatinya selama mengikuti Batara Yamadipati. Akan tetapi, Batara Yamadipati sebagai dewa bisa mengetahui keinginan Savitri yang sesungguhnya. Savitri menuntut Batara Yamadipati untuk mengembalikan suaminya, Raden Setiawan, yang telah direnggut maut. Savitri tidak pernah mengutarakan keinginannya itu.
Batara Yamadipati suatu ketika mengatakan, apa pun yang diinginkan Savitri akan diwujudkan. Asalkan, Savitri tidak meminta kembali Raden Setiawan.
Penampilan lakon Savitri - Saga Mahabarata, meski secara virtual, tetaplah melibatkan banyak orang layaknya pementasan di panggung. Penata busana oleh Rima Ananda bersama Subarkah Hadisarjana. Disertai penata gerak Sir Ilham Jambak, penata multimedia Deden Bulqini, penata tata cahaya Mamed Slasov.
Iringan pementasan dengan penata musik Fero A Stefanus dan penata suara Matt Pallo. Manajer panggung oleh Sari Madjid Prianggoro, pengarah teknik oleh Tinton Prianggoro, dan skenografi dari Idries Pulungan, ko-sutradara oleh Ohan Adiputra, serta sutradara video oleh Rasapta Candrika.
”Sudah menjadi kebiasaan kami, semua pemeran setiap kali turun dari panggung juga mengerjakan tugas-tugas produksi lainnya,” ujar Rangga.
Akhir kisah lakon Savitri ini, Batara Yamadipati kelepasan bersedia memberikan apa saja termasuk banyak anak bagi Savitri, sebanyak 40 anak sekalipun akan diberikan. Batara Yamadipati tanpa sadar masuk ke dalam perangkap keinginan Savitri.
Savitri menyatakan, ingin memiliki banyak anak dari seorang suami pilihannya. Batara Yamadipati tidak menyadari bahwa suami pilihan Savitri adalah Raden Setiawan.
Batara Yamadipati mau tidak mau harus memenuhi ucapannya. Ia mengembalikan nyawa Raden Setiawan. Kesabaran Savitri akhirnya berbuah. Kesabaran berhasil menentang maut.