Nyali Melakonkan ”Insecurity”
”Imperfect The Series”, serial berdurasi 30 menit per episode, masih mengangkat tema persekusi tubuh, standar keelokan fisik, dan ”insecurity”.
Ernest Prakasa melanjutkan keberaniannya menyajikan ketidakrupawanan dalam Imperfect The Series, serial yang mengetengahkan tentang Geng Kosan. Disajikan lewat komedi, sineas-sineasnya mendekatkan keseharian kawanan tersebut dengan penonton.
Produk samping atau spin-off dari Imperfect: Karier, Cinta, & Timbangan (2019) itu dirilis sejak 27 Januari lalu. Ernest yang sebelumnya mengarahkan film tersebut meyakini roh cerita sempalannya bakal lebih kuat dengan sutradara perempuan.
Komika, aktor, dan penulis skenario itu menyerahkan tongkat estafet penyutradaraan kepada Naya Anindita. Imperfect The Series melakonkan empat gadis yang berbeda kultur satu sama lain. Hidup mereka tak bisa dibilang sejahtera, bahkan kerap merana.
Neti (Kiky Saputri), Prita (Aci Resti), Endah (Neneng Wulandari), dan Maria (Zsa Zsa Utari) indekos di kediaman Ratih (Dewi Irawan), induk semang yang luar biasa sabar. Serial itu diset prekuel atau berlatar setahun mendahului filmnya.
Hingga episode keempat, bintang-bintang tampan dan cantik hanya lewat sekelebat. Jangan harap Dika (Reza Rahadian), karakter sentral dalam Imperfect: Karier, Cinta, & Timbangan wira-wiri di layar gawai. Anak Ratih itu dikisahkan tengah bertugas di Surabaya, Jawa Timur.
Demikian pula pacar Dika, Rara (Jessica Mila) yang tak muncul batang hidungnya. Adik Rara yang semampai, Lulu (Yasmin Napper), juga hanya tampil beberapa menit sebagai juri lomba joget bermediakan internet. Ernest lantas menyatakan rekognisinya.
”Serialnya bukan soal cewek-cewek dengan standar kecantikan seperti iklan,” kata produser kreatif Imperfect The Series itu saat konferensi pers daring, Rabu (13/1/2021). Tak ayal, butuh nyali meneruskan plot yang menyimpang dari pakem tontonan kebanyakan.
Naya yang berkiprah, antara lain, dengan Berangkat!, Eggnoid: Cinta & Portal Waktu, dan Sundul Gan: the Story of Kaskus sejauh ini lincah memberdayakan talenta Ernest. Humor-humor taktis dilancarkan Kiky, Aci, dan Neneng yang memang menjejaki debut dunia hiburan sebagai komika.
Hanya Zsa Zsa yang mengawali ketenarannya sebagai bintang cilik, namun bisa mengimbangi tiga rekannya. Mereka berbalas umpan dan serangan lelucon. Gaya komikal yang disodorkan mengingatkan pada film-film pelawak tunggal, seperti seri Comic 8, Koala Kumal, dan Ngenest.
Ekspektasi penonton, yang menautkan film dan turunannya untuk menyaksikan kedalaman makna seperti Imperfect: Karier, Cinta, & Timbangan, tak dapat dimungkiri turut mengemuka. Fenomena sosial mengenai kemolekan yang digali dengan subtil dalam layar lebar belum terlampau kentara, tetapi bukan tak mungkin kejutan-kejutan menyeruak di kemudian hari mengingat serialnya terdiri atas 12 episode.
Semangat film
Serial berdurasi 30 menit per episode hasil kolaborasi Starvision dengan WeTV Original itu ditayangkan Iflix dan WeTV. Ernest menjanjikan semangat filmnya masih diusung dalam serial, soal persekusi tubuh, standar keelokan fisik, dan insecurity.
Sementara ini, penonton disuguhi potret komunal berbeda. Neti dan sobat-sobatnya merepresentasikan generasi muda yang gandrung akan TekTok, pelesetan program musik berpadu tarian. Tak dinyana, ayah Prita, Rohman (Rachman Avri) dan Ratih ikut kompetisi aplikasi itu bersama Geng Kosan yang berakhir semrawut.
”Biasanya, pemeran berambut panjang dan cantik, tapi mereka cewek-cewek polos. Penonton dan serialnya jadi tak berjarak,” ucap Naya.
Serial itu sekilas juga menyentil sinetron atau film televisi (FTV) dengan judul bombastis namun klise dan mengada-ada. ”Youtuber ngeprank ojol yang ternyata ibunya sendiri, tewas ketiban meteor,” jerit seorang kru untuk menandakan dimulainya adegan.
Setidaknya, Imperfect The Series bisa sangat menghibur pemirsanya di rumah dengan plot kocak di sela pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang silih berganti. Keharuan, kekeluargaan, dan cinta menyelingi drama di permukiman padat dengan gangnya yang sempit itu.
Produksi di tengah pandemi pula yang bikin pening para kru. Ernest mengakui betapa stres dan repot mengantisipasi beragam kendala. ”Aku jadi bawel menegur mereka yang pakai masker di dagu. Biar dikatain rewel daripada kru kenapa-kenapa,” ucapnya.
Beberapa kali, shooting juga terjeda. Produksi molor lantaran memakan waktu lama. Semua kru pernah dites dengan biaya besar. ”Enggak seperti antigen sekarang. Tes waktu itu ongkosnya Rp 1 juta-Rp 2 juta per orang. Suatu hari, 120 orang harus dicek. Semahal dan seribet itu,” katanya.
Saking berlarut-larutnya produksi, Ernest sampai sulit menyebutkan rentang waktu sejak seleksi pemain hingga peluncuran serialnya. ”Puyengnya setengah mati. Aku berupaya enggak menginterupsi Naya karena harus menyediakan ruang yang nyaman untuk bekerja tanpa pusing masalah lain,” katanya.
Masih dibajak
Gagasan menggarap Imperfect The Series bermula saat filmnya masih dituntaskan. Geng Kosan sudah menunjukkan chemistry atau hubungan kuat sejak masih membaca naskah. ”Aku punya feeling (firasat) anak-anak itu bisa dieksplorasi. Ruang mereka belum cukup besar,” kata Ernest.
Proporsi mereka minoritas, tetapi mampu mencuri perhatian. Ernest memandang Geng Kosan layak mengaktualisasi diri dengan panggung yang lebih besar. ”Kalau boleh jujur, itu termasuk karya paling memuaskan yang kukerjakan. Aku kagum melihat hasilnya,” ujarnya.
Country Manager WeTV dan Iflix Indonesia Lesley Simpson mengungkapkan deg-degannya shooting saat kasus Covid-19 terus bertambah. ”Protokol kesehatan pun diterapkan dengan ketat. Banyak juga yang mengepos kesehatan mental. Kami sekaligus membawa pesan untuk mencintai diri sendiri,” katanya.
Ia mengajak masyarakat menonton Imperfect The Series orisinal. Setiap pekan, dua episode terbaru ditayangkan yang bisa disaksikan dengan akun berbayar. Episode-episode pendahulunya kemudian bisa disaksikan gratis. Walakin, pembajakan masih terjadi. ”Ernest sampai kesal,” kata Lesley sembari menunjukkan video suami Meira Anastasia itu yang tengah menggerutu.
Produser Imperfect The Series Chand Parwez Servia mengutarakan harapan untuk mengangkat serial yang tak senjang dengan khalayaknya.
”Bukan sekadar komedi, tapi juga isu yang sangat dekat dengan kita. Bicara soal body shaming (perundungan badaniah), itulah realitas terkini,” ucapnya.
Urgensi kesadaran untuk menerima eksistensi raga dicantumkan dalam buku Menjadi Diri Sendiri yang ditulis Carl Gustav Jung dan diterbitkan PT Gramedia tahun 1986. Ada jauh lebih banyak orang yang takut terhadap ketidaksadaran daripada yang kita sangka. Mereka, tutur psikiater legendaris dari Swiss itu, malah takut terhadap bayangan sendiri.