DisneyPlus Hotstar Dominasi Pasar Layanan ”Streaming” di Indonesia
Beragam hiburan dari layanan ”streaming” masih banyak diminati masyarakat. Salah satunya Disney+ Hotstar yang mendominasi pasar di Indonesia.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di Indonesia, Disney+ Hotstar langsung mendominasi persaingan layanan streaming sejak masuk pada September tahun lalu. Popularitas Disney+ Hotstar mengalahkan layanan streaming yang telah lebih dulu hadir. Pencapaian ini terwujud karena Disney mengakuisisi konten lokal dan menjalin kemitraan dengan perusahaan telekomunikasi lokal.
Berdasarkan laporan lembaga konsultan Media Partners Asia (MPA), Disney+ Hotstar telah memiliki 2,5 juta pelanggan di Indonesia hingga 16 Januari 2021. Disney+ Hotstar diikuti oleh layanan streaming Viu asal Hong Kong dengan 1,5 juta pelanggan dan Vidio asal Indonesia dengan 1,1 juta pelanggan. Sementara itu, Netflix asal Amerika Serikat berada di peringkat keempat dengan hanya 850.000 pelanggan.
”Konsumsi Disney terus tumbuh sesuai inti franchise, termasuk film dan serial keluarga, film lokal, serial episodik hiburan umum, dan animasi,” kata Wakil Presiden MPA Anthony Dobson.
Satu faktor utama yang mendorong pertumbuhannya adalah Disney+ Hotstar menerapkan strategi untuk mengakuisisi konten lokal. Penawaran layanan streaming Disney+ di Indonesia mencakup film, serial, dan konten faktual dari Disney, Fox, Marvel, LucasFilm, Pixar, dan National Geographic.
Serial The Mandalorian (2019-sekarang) menjadi terobosan mengejutkan di Indonesia selama kuartal IV/2020, meskipun film waralaba Star Wars selama ini berkinerja buruk di negara ini.
”Tampaknya The Mandalorian mungkin bertindak sebagai ’jembatan’ yang menarik orang Indonesia ke waralaba Star Wars dalam jumlah yang tidak terlihat sebelumnya,” menurut MPA.
Selain itu, Disney+ Hotstar juga menawarkan konten orisinal Disney+ serta lebih dari 250 film lokal Indonesia. Lebih dari 20 persen dari semua menit yang dikonsumsi pelanggan Disney+ Hotstar di Indonesia pada Desember 2020 berasal dari konten lokal Indonesia.
Strategi efektif Disney lainnya untuk berhasil di Indonesia adalah dengan menjalin kemitraan dengan perusahaan telekomunikasi lokal terkemuka, Telkomsel. Disney+ Hotstar bermitra dengan Telkomsel secara eksklusif selama dua tahun.
Dengan demikian, Telkomsel membuat paket dan memasarkan Disney+ Hotstar dengan penawaran paket data selulernya. Biaya langganan Disney+ Hotstar per bulan di Indonesia hanya sekitar Rp 20.000 untuk pengguna Telkomsel dan Rp 39.000 untuk pelanggan langsung. Biaya ini jauh lebih rendah dari paket berlangganan termurah Netflix sebesar Rp 54.000 per bulan.
Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro mengatakan, kolaborasi dengan Disney+ Hotstar bersifat transformasional karena akan memperluas pilihan layanan digital dan memperdalam kebiasaan gaya hidup digital masyarakat Indonesia.
”Ini datang pada saat yang tepat, karena SVOD (subscription video on demand) menjadi salah satu platform yang paling disukai di Indonesia, terutama pada saat pandemi terjadi,” tuturnya, September lalu.
Pelanggan SVOD
Indonesia memiliki populasi sekitar 270 juta penduduk. Sebagai negara terpadat keempat di dunia, negara ini belum memiliki layanan bioskop dan platform video streaming yang memadai. Penyebabnya adalah pertumbuhan ekonomi dan faktor geografis. Namun, pertumbuhan penggunaan ponsel pintar dan layanan internet membuat layanan streaming belakangan mulai bertumbuh.
MPA menyatakan, peluncuran Disney+ Hotstar mendorong lonjakan pelanggan SVOD di Indonesia secara keseluruhan. Sebelum layanan ini diluncurkan, Indonesia memiliki 3,4 juta pelanggan streaming yang berbayar. Jumlah total pelanggan kemudian melonjak 106 persen sehingga menjadi sekitar 7 juta pelanggan per 16 Januari.
MPA mencatat, saat ini total baru 3 persen dari 270 penduduk Indonesia yang berlangganan layanan SVOD. Hal ini berarti, hanya 10 persen rumah tangga Indonesia yang menjadi pelanggan layanan streaming.
”Pertumbuhan SVOD di Indonesia, pasar terpadat di Asia setelah China dan India, menggembirakan, tetapi jalannya masih panjang. Namun, seiring percepatan investasi dalam konten lokal dan Asia, akan ada ruang yang signifikan untuk pertumbuhan di masa depan,” kata Dobson.
Di saat yang sama, performa Viu dan Vidi yang merupakan layanan freemium terus berkembang melalui perangkat seluler. Vidio mendapatkan keuntungan dari drama lokal orisinal dan Viu memanfaatkan penayangan konten Korea secara langsung. Netflix juga beradaptasi dengan memanfaatkan paket harga selulernya. (THE HOLLYWOOD REPORTER/VARIETY)