Prediksi Nasib Hollywood pada 2021
Hollywood absen dari pemulihan. Banyak bioskop besar ditutup karena tingginya kasus infeksi Covid-19, terutama di AS. Bahkan, dominasinya di China, salah satu pasar raksasa, memudar.
Tahun 2020 ditutup dengan rekor baru dalam industri perfilman global. Untuk pertama kalinya, China unggul atas Amerika Utara karena menjadi negara dengan film box office terbesar di dunia.
China menghasilkan penjualan tiket sebesar 3 miliar dollar AS pada 2020. Penjualan ini mengalahkan penjualan Amerika Utara, merujuk pada Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, yang sebesar 2,28 miliar dollar AS.
Faktor utama yang menyebabkan hal itu terjadi tidak lain karena pandemi Covid-19 yang terjadi secara global. China mampu mengantisipasi dan mengendalikan dampak Covid-19 dibandingkan Amerika Utara.
Bioskop-bioskop China terpukul parah saat fase pertama pandemi muncul sehingga jumlah penjualan tiket turun hingga 68 persen dibandingkan tahun 2019. Namun, pada pertengahan Agustus, Beijing berhasil menekan penyebaran virus sehingga bioskop kembali beroperasi hingga 75 persen.
Pada Desember 2020, pendapatan bulanan pasar film China telah pulih hingga 92 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. China mencatat sejumlah film box office lokal, antara lain, The Eight Hundred (450,6 juta dollar AS), My People, My Homeland (410,1 juta dollar AS), dan The Sacrifice (162.3 juta dollar AS).
Hollywood absen dari pemulihan. Banyak bioskop besar ditutup karena tingginya kasus infeksi Covid-19, terutama di AS. Bahkan, dominasinya di China, salah satu pasar raksasa, memudar.
Hanya sedikit film rilisan studio AS yang mendapat ”kue” dalam total box office China. Dikutip dari lembaga konsultan Artisan Gateway, film Hollywood hanya mencakup 10 persen (304 juta dollar AS) dari total pendapatan pada 2020, jauh lebih kecil dibandingkan 2019 yang sebesar 29 persen.
Pertanyaan terkait kelanjutan nasib Hollywood pada tahun ini pun muncul.
Dua sudut pandang
Ada dua sudut pandangan yang muncul terkait kemunduran Hollywood tahun lalu. Kedua pandangan ini membawa implikasi yang berbeda pada tahun 2021.
Dari sudut pandangan pesimistis, penyebab kemunduran Hollywood adalah bergesernya kekuatan geopolitik yang turut membawa penonton China. Dominasi Hollywood terkikis karena hubungan diplomatik AS-China semakin memburuk karena beberapa peristiwa, antara lain, perang dagang AS-China, meningkatnya rasa nasionalisme kedua negara, dan kebijakan luar negeri Presiden China Xi Jinping.
Seorang eksekutif di salah satu distributor film ternama Beijing mengatakan, variabel-variabel tersebut sudah mulai memengaruhi sikap konsumen China terhadap budaya pop. ”Seluruh budaya telah berubah,” katanya.
Ditambah lagi, pemulihan cepat China dari pandemi mendukung kecenderungan tersebut. Kepercayaan diri terhadap kemampuan China mengatasi pandemi telah mengurangi minat pasar terhadap konten-konten internasional. Fenomena itu bisa terlihat dari antusiasme penonton terhadap film-film lokal.
”Hal yang paling menarik bagi penonton sekarang adalah film besar menarik yang membuat mereka bangga menjadi orang China. Film-film Hollywood tidak secara otomatis disambut dengan tangan terbuka. Film biasa akan kesulitan dan bahkan waralaba terkuat mungkin akan menghasilkan jauh lebih sedikit di China pada tahun 2021 daripada yang diperoleh di masa lalu,” tutur pejabat eksekutif tersebut.
Dari sudut pandangan optimistis, faktor terbesar penyebab kemunduran Hollywood adalah lemahnya produksi konten berkualitas. Perilisan film-film besar mundur hingga tahun 2021. Sementara itu, film-film besar yang tetap dirilis malah dikritik kritikus dan penonton China, seperti Mulan (2020) dan Wonder Woman 1984 (2020).
”Sebanyak 18 film Hollywood dirilis di China pada 2020, sedangkan jumlah rata-rata biasanya sekitar 40 film per tahun,” kata CEO Artisan Gateway, Rance Pow.
Faktor penyebab kemunduran lainnya adalah strategi pemasaran. Perilisan film diputuskan di menit-menit terakhir sehingga promosi film berlangsung terburu-buru dan tidak berdampak.
Meski demikian, beberapa yakin Hollywood akan bangkit kembali dengan film-film terbaik mereka yang akan dirilis, antara lain, Black Widow, F9, A Quiet Place: Part II, No Time to Die, dan Godzilla vs. Kong. ”Kami tetap optimistis jangka panjang dengan China untuk film impor asing, termasuk film studio AS. Selagi pasar pulih, merek properti, cerita, dan bakat Hollywood akan tetap menarik,” tutur Pow.
Layanan streaming
Namun, ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Layanan streaming dapat memengaruhi performa dan operasional Hollywood pada tahun ini.
Perusahaan analis MoffettNathanson merilis laporan bertajuk Our Virtual Visit to an Altered Universe, Selasa (5/1/2021). MoffettNathanson melakukan riset secara virtual di Los Angeles, rumah Hollywood, pada akhir Desember 2020. Riset ini bertujuan untuk mendapatkan informasi terbaru tentang keadaan industri televisi dan film, termasuk soal dampak layanan streaming di Hollywood.
”Peralihan ke streaming telah menjadi transfer nilai yang buruk bagi para kreatif dan perantara Hollywood. Entitas media besar-besaran mengontrol saluran melalui konten yang diproduksi dan didistribusikan sendiri, menuai lebih banyak manfaat dibandingkan untuk pencipta konten dan perantara,” tulis analis MoffettNathanson, Michael Nathanson.
Dalam model distribusi konvensional, tuturnya, pendapatan box office dan peringkat televisi merupakan indikator yang jelas dari keberhasilan atau kegagalan. Namun, film yang masuk ke layanan streaming bersifat ”kanibal” karena membatasi profit kreator konten dan berdampak negatif pada pendapatan hilir.
Ia melanjutkan, meskipun begitu, film-film besar yang berada di tengah peralihan streaming akan lebih baik untuk tetap diluncurkan melalui perilisan bioskop tradisional. Perilisan film besar ini dapat dilengkapi dengan perilisan home video dan pay-one window yang merujuk pada perilisan film secara perdana di televisi.
Baca juga : Dominasi Film dari ”Negara Tirai Bambu” Dimulai
Terkait dampak Covid-19 yang berkepanjangan, Nathanson tetap memberikan pandangan optimistis. Saat vaksin didistribusikan secara luas, kemungkinan ada permintaan besar untuk konser, taman hiburan, dan bahkan bioskop pada paruh kedua 2021 hingga 2022. Kondisi ini dapat memengaruhi tren streaming dalam jangka pendek karena orang keluar rumah.
”Namun, dalam jangka panjang, konsumsi video akan semakin berpindah ke platform VOD (video on demand) berlangganan dan menjauh dari ekosistem media tradisional,” tuturnya. (THE HOLLYWOOD REPORTER)