Pandemi tak membuat band rock legendaris Indonesia, Slank, berhenti berkarya. Di tengah segala keterbatasan kondisi yang ada, kelima personelnya tetap produktif sehingga menghasilkan ”Vaksin”, album studio ke-24 mereka.
Oleh
Wisnu Dewabrata
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masa pandemi, dengan berbagai keterbatasan yang ditimbulkannya, ternyata tak membuat band rock legendaris Tanah Air, Slank, berhenti berkarya. Lewat album studionya ke-24, Vaksin, Slank menggarap sepuluh lagu terbaru dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Menyesuaikan masa kenormalan baru, kelima personel Slank merekam permainan instrumen dan vokal dari tempat masing-masing. Komunikasi, diskusi, dan pengumpulan hasil take instrumen dan olah vokal lalu dikirimkan dan diproses sepenuhnya mengandalkan kecanggihan teknologi.
Proses yang sangat menantang tadi diceritakan para personel Slank dalam jumpa pers peluncuran Vaksin, Senin (2021/01/18) sore. Seluruh materi musik dan vokal bahan rekaman itu lalu dipersatukan ke dalam proses mixing dan mastering oleh Stephan Santoso.
”Jadi memang benar-benar mengandalkan teknologi. Kami semua sama sekali enggak ketemu muka. Diskusi kami pakai grup Whatsapp. Rapat lewat aplikasi Zoom. Kirim data hasilnya pakai Google Drive. Bahkan, koordinasi saat menentukan satu pilihan juga lewat video call,” ujar Bimbim.
Tak hanya itu, Kaka yang mengaku biasa mendapat giliran paling akhir dalam pengisian vokal di proses rekaman, kali ini juga menggarap salah satu lagunya di lokasi unik. Lagu berjudul ”F U” itu direkam Kaka saat dirinya dan Ridho berada di sebuah benteng peninggalan Portugis abad ke-16, Benteng Belgica, Banda Neira, Maluku.
Jumpa pers peluncuran album Vaksin digelar secara daring dan terpisah di beberapa lokasi, seperti Studio Potlot dan kediaman gitaris Abdee dan Ridho. Sejumlah jurnalis, termasuk Kompas, juga menyampaikan pertanyaan lewat aplikasi Zoom dari lokasi masing-masing.
Terkait segala keterbatasan yang ada akibat pandemi, Bimbim meyakinkan justru semua itu sama sekali tak mampu menghentikan Slank walau diakui memang sedikit menghambat. Kreativitas justru semakin bermunculan saat mereka semakin terkendala dan terbatasi akibat pandemi.
”Kalau dulu kami pernah bilang, narkoba hanya bisa memperlambat, tetapi enggak akan mampu menghentikan Slank berkarya. Nah, sekarang juga begitu dengan apa yang kami alami menghadapi pandemi. Jangan sampai Covid-19 menghentikan langkah kami,” ujar Bimbim.
Bimbim juga menambahkan, album terbaru Slank kali ini adalah bentuk kontemplasi dan perenungan. Dia banyak menulis lirik lagu-lagu di album ini dalam kondisi harus berada di dalam rumah demi menghindari penularan Covid-19.
Dia berharap isinya bisa juga menjadi pedoman buat para Slankers (penggemar Slank) dalam menghadapi pandemi. Beberapa lagu memang mengajak pendengarnya untuk sadar dan menjalani kondisi kenormalan baru, seperti lagu berjudul ”Introspeksi” dan ”New Normal Cinta”.
Juga ada sejumlah lagu bertemakan kritik terhadap kondisi sosial, seperti ”Vaksin”, dan ”Tuhan Sedang Menegur Kita”. Tak lupa pula lagu bertemakan cinta, seperti ”Jangan Pergi” dan ”SOS Cinta”, serta lagu tentang kecintaan terhadap negeri ”Rhapsody Indonesia”.
Target penjualan
Saat ditanya target penjualan albumnya kali ini, baik Bimbim maupun Abdee mengaku tak terlalu memfokuskan diri pada metode tertentu. Album Vaksin secara fisik akan didistribusikan dan dijual lewat TheSlankStore, baik via daring maupun luring.
Album Vaksin Slank ini dikemas berbentuk CD audio dengan bonus dompet gantung kecil istimewa atau ”Tas Vaksin”, yang dapat dipakai menyimpan album fisik tersebut.
Tak hanya itu, lagu-lagu di album ini juga akan diunggah dan dipasarkan lewat sejumlah platform musik daring secara bertahap. Salah satu lagu Slank di album ini, ”New Normal Cinta”, juga telah dirilis dan diunggah ke akun media sosial resmi Slank saat matahari terbit pertama di tahun 2021.
Menurut Ridho, kalaupun ada album fisik yang dijual, hal itu lebih untuk memenuhi keinginan para kolektor. Menurut dia, mereka masih selalu ingin untuk memegang dan membaca lirik lagu, credit title, dan siapa saja orang yang terlibat dalam proses pembuatannya.
”Tapi yang terpenting kami ingin pesannya tersampaikan. Karena percuma saja, misalnya, albumnya terjual laku, tetapi pesan yang mau disampaikan tidak tercapai,” tutur Abdee.
Sementara itu, terkait kiat Slank untuk terus bisa bertahan hidup di tengah kondisi pandemi, baik Bimbim maupun Ridho mengaku pihaknya akan selalu terus berusaha. Bukan tidak mungkin Slank ke depan juga akan semakin sering untuk tampil dalam bentuk konser streaming.
Upaya tetap bertahan di peta permusikan Tanah Air menurut Ridho sudah dan akan terus mereka upayakan. Pada 2020, mereka juga pernah menggarap konser keliling di lima lokasi ikonik Tanah Air bertajuk ”Konser Rhapsody Indonesia”.
Lebih lanjut Abdee menambahkan, sangatlah penting buat pemerintah untuk terlibat menjaga ekosistem, termasuk musik, secara keseluruhan. Semua bentuk industri, tak terkecuali musik, akan selalu mencoba bertahan dengan caranya sendiri-sendiri.
”Akan tetapi, biasanya, saat pemerintah ikut masuk, justru ada kemungkinan malah mengganggu keseluruhan ekosistem lantaran kadang ada saja keterlibatan kepentingan kelompok atau pribadi tertentu untuk ikut campur,” ujar Abdee.