"Soul" tak hanya menghadirkan gambar-gambar indah tentang alam lain yang bernuansa pastel, film ini juga membawa perenungan lebih dalam tentang kehidupan
Oleh
Mawar Kusuma
·4 menit baca
Jiwa atau roh manusia yang menghidupi adalah sesuatu yang abstrak yang biasanya sulit dimengerti oleh anak-anak. Namun, materi pelajaran yang berat inilah yang justru dihadirkan oleh studio animasi Pixar dengan menghadirkan film animasi berjudul Soul alias jiwa.
Meskipun tema yang diangkat begitu berat, tetapi Sutradara Pete Docter berhasil meramunya dengan cerdik sehingga anak-anak bisa menikmati kartun Soul. Sebelumnya, Docter juga mampu menerangkan tentang kerumitan perubahan emosi yang terjadi di alam pikiran melalui film Inside Out.
Seluruh kehidupan batin manusia yang terdiri dari perasaan, pikiran, angan-angan, dan sebagainya terangkum dalam Soul yang bisa dinikmati di Disney Plus. Lebih dalam lagi, Soul membawa penontonnya berpetualang ke masa prakelahiran hingga ke tempat setelah kematian. Dengan segala hal indah yang dijanjikan di alam lain, bumi ternyata tetap menjadi tempat yang sulit dilepas.
Film dibuka dengan kisah kehidupan seorang guru musik sekolah menengah berkulit hitam, Joe Gardner (Jamie Foxx). Kehadiran Joe sekaligus menjadi tokoh utama kulit hitam pertama yang dihadirkan raksasa animasi Pixar. Tak hanya Joe, asisten sutradara Soul, Kemp Powers merupakan co-director Afrika-Amerika pertama Pixar.
Kehidupan sehari-hari komunitas berkulit hitam kental terasa dalam film Soul. Menurut Powers, tidak ada tempat yang lebih autentik secara budaya di komunitas kulit hitam selain menyisipkan tempat pangkas rambut sempit di keriuhan New York. “Ini adalah tempat di mana orang-orang kulit hitam dari semua lapisan masyarakat berkumpul,” ujar Powers di laman Pixar .
Berlatar belakang keindahan Manhattan yang bermandikan cahaya matahari, kehidupan Joe lekat dengan musik jazz. Jazz lantas menjadi aspek penting dari Soul. “Meskipun jazz tidak berasal dari sana, New York adalah ibu kota jazz Amerika. Ini adalah pusat budaya, penuh dengan imigran dan pengaruh dari seluruh dunia, " kata Docter.
Kehidupan Joe sebagai guru musik tidak berjalan seperti yang diharapkan. Rutinitas kesehariannya begitu membosankan. Kecintaannya pada musik telah menghambat kehidupan sosialnya. Dia tinggal sendiri, membenamkan diri dalam apa yang paling dia sukai: musik.
Percikan kebahagiaan
Tiba-tiba kebahagiaan terpercik ketika ia mendapat kesempatan sekali seumur hidup untuk bermain di klub jazz terbaik di kota. Hari yang dinanti tiba, Joe akan tampil memainkan piano bersama pemain saksofon Dorothea Williams (Angela Bassett) dan kuartetnya.
“Keaslian yang dapat kami hadirkan dengan Joe pada piano dan Dorothea pada saksofon adalah salah satu yang menarik dari keseluruhan pertunjukan. Anda tersesat dalam pertunjukan, tenggelam dalam musik yang dalam banyak hal, adalah intinya, ” ujar produser Dana Murray,
Namun, satu kesalahan kecil merampas mimpi Joe dan membawa rohnya terbang dari jalanan padat di Kota New York ke alam setelah kematian: The Great Beyond. Alam sesudah mati ini dengan mudah dikenali dengan hadirnya tangga astral panjang menuju ke cahaya terang.
The Great Beyond hanya dihadirkan sekilas sebagai penyambung pelarian Joe ke alam The Great Before. Menolak mati, ia berhasil merobek selubung yang menghubungkan alam setelah mati dan alam prakelahiran. Karena rohnya yang berkelana, tubuhnya di bumi terbaring koma di rumah sakit
Jiwa Joe mendarat ke alam calon bayi yang disebut The Great Before. Ini merupakan tempat fantastis bagi jiwa-jiwa baru untuk memperoleh percikan berupa kepribadian, kebiasaan, hingga minat sebelum mereka pergi ke bumi.
Jiwa baru ini berwajah segar, bermata ungu, dan selalu ingin tahu. Mereka serupa kertas kosong dalam misi untuk menemukan identitas diri. Setiap saat, mereka dibimbing dan diawasi oleh sosok-sosok baik hati berwujud dua dimensi seperti lukisan karya Picasso.
Kehidupan manusia
Dari tempat bernama Paviliun Kepribadian hingga ke Aula Segalanya, jiwa-jiwa baru mengambil sifat-sifat yang akan dipancarkan di bumi. Menemukan percikan mereka adalah syarat terakhir yang harus ditempuh oleh semua jiwa baru sebelum mendapatkan Earth Pass atau lencana bumi.
Tidak semuanya sempurna di The Great Before. Jiwa baru bernama 22 (Tina Fey) telah menghabiskan ratusan tahun di sana. Tak peduli berapa banyak mentor terkemuka yang telah membimbingnya -dari Bunda Teresa sampai Muhammad Ali- dia tidak dapat menemukan percikannya.
Namun, ini bukan masalah bagi 22 yang memang sama sekali tidak tertarik dengan Bumi. Nomor 22 kemudian bertemu dengan Joe yang lantas ditunjuk sebagai mentornya setelah menyamar sebagai psikolog Swedia. Relasi keduanya terasa paradoks karena Joe berjuang mati-matian kembali ke bumi sedangkan 22 berusaha menghindari bumi.
Soul tak hanya menghadirkan gambar-gambar indah dari alam lain bernuansa pastel, film ini juga membawa perenungan lebih dalam tentang kehidupan. Perjumpaan Joe dengan jiwa-jiwa yang tersesat yang berkeliaran di The Astral Plane, misalnya, bisa menggambarkan tentang perjuangan tubuh-tubuh untuk membebaskan diri dari obsesi di bumi.
“Beberapa orang terjebak dalam sesuatu yang tidak selalu buruk: memasak, video game, seni... Tetapi jika Anda melakukannya dengan mengesampingkan segala hal lain dalam hidup, Anda mungkin menjadi jiwa yang terhilang, ” tambah Docter.
Meskipun menghadirkan keajaiban penjelajahan di akhirat, kisah Soul sejatinya berpusat pada pusaran kehidupan sehari-hari yang sekilas tampak sederhana, namun mengandung pemaknaan menakjubkan.
Tak hanya mengenalkan metafisika dengan cara ajaib pada anak-anak, Soul membawa pemaknaan tentang filosofi hidup itu sendiri.