Cerita film horor ”Sweet Home” diawali kepindahan Cha Hyun-soo (Song Kang), seorang remaja yang mengalami depresi, baru saja ditinggal mati seluruh anggota keluarga intinya karena sebuah kecelakaan tragis.
Oleh
Wisnu Dewabrata
·4 menit baca
Beberapa tahun terakhir, layar lebar Korea Selatan ramai diserbu film-film berlakon utama mayat hidup pemakan manusia alias zombi. Walau latar belakang kisahnya beragam, tema sentral cerita tetap sama: perjuangan manusia untuk bertahan dari kiamat.
Film-film layar lebar terkait zombi ada yang dibuat dalam bentuk sekuel, seperti film Peninsula (2020), yang isinya kelanjutan film empat tahun sebelumnya, Train To Busan (2016). Dalam Peninsula digambarkan bagaimana dunia dan peradaban manusia setelah empat tahun bencana kiamat zombi terjadi.
Ada juga versi film zombi di dunia kekinian, di mana mayat hidup menyerbu apartemen atau kawasan perkotaan di ”Negeri Kimchi” itu. Sebut saja Alive (2020) dan The Odd Family: Zombie on Sale (2019) yang bergenre campuran komedi.
Selain latar waktu kekinian, para pembuat film Korsel juga sukses bereksperimen memasukkan unsur keseraman zombi pada setting waktu masa lalu. Sebut saja serial web Kingdom (2019) dan film layar lebar Rampant (2019), yang sama-sama mengambil latar waktu dinasti Kerajaan Joseon.
Namun begitu, pada pengujung 2020 keasyikan para penonton dan penikmat film bergenre penuh ketegangan, adrenalin, dan jump scare tadi tiba-tiba dikejutkan oleh suguhan format yang sama sekali berbeda. Film Sweet Home (2020) muncul seolah ingin menawarkan tren ketegangan baru dalam menghadirkan ancaman para monster terhadap eksistensi manusia.
Para monster bermunculan dan membuat kerusakan serta kematian di seluruh negeri sehingga militer menetapkan kondisi darurat. Warga tak punya pilihan selain bertahan di tempat masing-masing, sementara para monster bisa tiba-tiba muncul, membunuh, dan bahkan memakan mereka.
Kisah film ini diadaptasi dari serial webtoon berjudul sama, yang populer sejak tiga tahun lalu, karya Kim Carnby dan Hwang Young-chan.
Film Sweet Home disutradarai Lee Eung-bok yang sudah dikenal lewat karya-karya sebelumnya. Berbeda jauh dengan genrenya kali ini, Lee sebelumnya dikenal sukses menyutradarai sejumlah judul serial populer TV dan web, seperti Goblin: The Lonely and Great God (2016), Descendants of the Sun (2016), dan Mr. Sunshine (2018).
Pada serial berjumlah 10 episodenya kali ini Lee tak hanya memanfaatkan kepiawaian berakting para pemain filmnya, tetapi juga banyak menggunakan sejumlah efek spesial, termasuk teknologi computer generated image (CGI). Sayangnya, di beberapa adegan efek yang dihasilkan tampak masih kurang realistis.
Selain kaya dengan unsur jump scare, seperti layaknya film bergenre horor monster lain, Sweet Home juga banyak dipenuhi adegan berdarah-darah. Film ini tidak disarankan untuk ditonton mereka yang tidak nyaman menonton darah ataupun adegan gore alias sadis lainnya.
Model baru
Namun begitu, film ini menyuguhkan alur cerita yang terbilang menarik. Apalagi dengan gagasan baru di mana monster terbentuk dari orang yang terinfeksi. Bentuk dan kemampuan si monster menyesuaikan sifat asli atau keinginan terkuat dari orang tersebut.
Ini tak terlalu lazim dalam dunia film ”permonsteran”. Biasanya setelah terinfeksi monster yang terbentuk punya tampilan dan kemampuan relatif sama dengan induk monsternya. Dalam Sweet Home tak semua monster berbentuk seram dan berperilaku buas. Ada juga yang justru terbawa sikap asli manusianya yang baik dan melindungi.
Remaja depresi
Cerita diawali kepindahan Cha Hyun-soo (Song Kang), seorang remaja yang mengalami depresi, baru saja ditinggal mati seluruh anggota keluarga intinya karena sebuah kecelakaan tragis. Cha terpaksa pindah dan tinggal sendiri di sebuah apartemen kumuh tanpa tahu harus berbuat apa demi masa depannya.
Apartemen itu ternyata juga punya banyak penghuni dengan sifat dan masalah pribadi beragam. Hanya beberapa karakter saja yang kemudian bisa diandalkan Cha saat menghadapi serangan para monster.
Mereka seperti Seo Yi-kyeong (Lee Si-young), perempuan pemadam kebakaran berpenampilan atletis dan jago bela diri. Juga ada mahasiswa kedokteran cerdas yang berperan layaknya pemimpin para warga penghuni apartemen, Lee Eun-hyuk (Lee Do-hyun), serta pria misterius yang berpenampilan preman, Pyun Sang-wook (Jee Jin-wook).
Selain itu juga ada sosok guru agamis, Jung Jae-hun (Kim Nam-hee), adik perempuan Eun-hyuk yang ketus dan bersikap tak bersahabat kepada siapa pun, Lee Eun-yoo (Go Min-ai), serta musisi pemain bas Yoon Ji-soo (Park Gyu-young), dan perawat lansia Park Yoo-ri (Go Yoon-jung).
Masing-masing digambarkan punya problem dan keruwetan hidup, yang pada ujungnya juga berpengaruh pada peran mereka di kumpulan para penyintas di apartemen tersebut. Ketegangan dan aksi terjadi mengambil tempat di dalam dan sekitar gedung apartemen. Walau di lokasi terbatas, level horor yang muncul sama sekali tak berkurang.