Natal tahun ini jatuh dalam suasana pandemi Covid-19. Kidung Natal yang selalu hadir memeriahkan Natal, kali ini semakin bermakna sebagai media untuk mengantarkan energi positif antarumat beragama.
Oleh
Dwi As Setianingsih
·5 menit baca
Natal tahun ini jatuh dalam suasana pandemi Covid-19. Kidung Natal yang selalu hadir memeriahkan Natal, kali ini semakin bermakna sebagai media untuk mengantarkan energi positif antarumat beragama. Saling mengasihi, bersama bergandengan tangan di tengah situasi yang sulit.
Bertepatan dengan momentum Natal 2020, penyanyi Maruli Tampubolon (33), merilis dua singel baru. Yang pertama adalah ”Never Stand Alone” yang liriknya ditulis seluruhnya dalam bahasa Inggris, lalu ”Silent Night” yang dinyanyikan dalam tiga bahasa, yaitu Bahasa Batak, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Kedua singel dikerjakan dalam rentang waktu cukup singkat, mulai akhir November hingga dirilis pada 17 Desember 2020.
”Never Stand Alone” yang diciptakan dan ditulis liriknya oleh Artha Meris Simbolon ini berkisah tentang manusia yang berjalan bersama Tuhan. Bukan dengan penglihatan, tetapi dengan iman.
”Ketika ada permasalahan, problematika kehidupan, ketika kita punya keimanan yang teguh kepada Tuhan pasti permasalahan itu akan berlalu karena enggak akan ada yang abadi. Permasalahan juga pasti ada habisnya. Cuma, ketika ada permasalahan, disitulah kawah candra dimukanya manusia itu. Ada yang lari dari Tuhan dan lain sebagainya,” tutur Maruli, Kamis (24/12/2020), di Jakarta.
Liriknya yang berbahasa Inggris tersimak lugas, mengalirkan energi positif di tengah kondisi yang sulit atau hilang harapan. Don’t lose your faith, in times of darkness and rain/Don’t lose hopes, when dreams far away/Reach for Him in all your tears and sorrow/You’ll never stand alone, cause God standing by/His Love will bring you home.
Musiknya juga digarap serius, melibatkan Dennis Nussy, Rayendra Sunito, Andre Dinuth, dan Bonar Abraham. Vokal Maruli yang bertenaga dan penuh penghayatan memberi nyawa pada lagu bercorak gospel tersebut, meski menurut Maruli ”Never Stand Alone” bisa ditafsir lebih bebas tanpa sekat-sekat agama.
”Lagu ini bisa ditafsir bebas. Religius bisa, sekuler juga bisa karena lebih untuk membangkitkan semangat kita ketika menghadapi masalah, termasuk pandemi dengan dampaknya yang sangat luar biasa. Enggak hanya yang terpapar Covid-19, tetapi juga yang bisnisnya hancur, mandek. Ini unprecedented event,” tambahnya.
Dalam situasi berat seperti saat ini, melalui ”Never Stand Alone” Maruli berharap dapat berkontribusi memberikan energi positif, energi cinta, energi harmoni dan energi kebersamaan. ”Jadi, walaupun berbeda-beda, tetapi tetap satu. Di dalam perbedaan tercipta persatuan karena di situ ada toleransi, ada kemanusiaan,” ujar Maruli.
Beberapa saat lalu, ”Never Stand Alone” sempat bertengger di papan reklame yang ada di kawasan prestisius Time Square, New York, Amerika Serikat. Ini adalah upaya untuk menyebarkan energi positif ”Never Stand Alone” ke seluruh penjuru dunia.
Di lagu ”Silent Night” yang sangat identik dengan Natal, Maruli juga menunjukkan totalitasnya. Maruli menyanyikan ”Silent Night” dalam bahasa Batak, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Idenya muncul dari sang ayah, pengacara Juan Felix Tampubolon.
”Awalnya saya merasa enggak bakal terjadi karena buat saya berat. Waktunya juga mepet. Bahasa Batak itu pelafalannya harus bagus, juga intonasinya,” ungkap Maruli. Dia makin tak percaya diri karena permainan seruling di lagu tersebut juga dimainkan oleh living legend seruling Batak, Korem Sihombing.
Dalam perjalanannya, lagu tersebut menjadi makin megah dengan sentuhan Andi Rianto. Begitu pun gitaris Andre Dinuth yang sengaja digandeng untuk memberikan sentuhan dinamis dengan permainan gitarnya yang bercorak rock.
Maruli juga menggandeng Renewal dan Melodi Bali Voice untuk vokal latar yang lebih penuh. Untuk videoklip, Maruli melibatkan sejumlah anggota keluarga dengan dekorasi Natal yang juga mereka siapkan sendiri.
”Inilah pemaknaan bagaimana kita memberikan energi dan ekspresi cinta pada era pandemi. Karena yang saya pikir kita lihat pandemi udah banyak bikin orang susah, akhir-akhir ini juga banyak terjadi kegaduhan, hal-hal yang sifatnya enggak damai dan sejahtera. Ada baiknya kita memberikan kontribusi kepada masyarakat. Inilah energi harmonis, energi yang penuh dengan damai, penuh dengan kasih, dan cinta. Itu saja yang bisa saya berikan,” kata Maruli.
Kado Natal
Gitaris Ridho Hafiedz (47) juga merilis album Legacy bersama maestro steel gitar tiga zaman, Bing Lawakabessy (97), sebagai kado Natal. Di dalamnya terdapat 10 lagu, yaitu ”Hasil Maluku”, ”Sayang Kane”, ”Bisik-Bisik Baku Sayang”, ”Kota Ambon”, ”Waktu Hujan Sore Sore”, ”Ole Sio”, ”Hakka Tenjees”, ”Papa Ceda”, ”Ya Hura” dan ”Rasa Sayange”. Seluruhnya direkam dalam rentang waktu 2013-2016, mengusung corak musik Hawaian dan Blues.
”Ini adalah album kado Natal. Kalau gue lihat, kita punya banyak perbedaan, tetapi bisa digaungkan dalam sebuah harmoni musik. Contohnya kita itu beda generasi, beda genre, beda komunitas, dalam artian Opa Kristen gue Muslim. Tapi kita bisa bareng, bisa harmoni dengan nada. Jadi gue sih ngeliat ini bagian dari kayak memotivasi bahwa dengan diplomasi musik, segala perbedaan bisa diharmoniin. Justru dengan berbeda kita lebih kaya,” tutur Ridho dalam sesi live IG album Legacy.
Menurut Ridho, Legacy lahir karena sebagai musisi berdarah Maluku, Ridho ingin meremix lagu-lagu Maluku dengan gaya atau pendekatan yang lebih ke arah rock, blues atau modern, menggandeng musisi yang punya karakter kuat, khas Maluku, untuk berkolaborasi. Tujuannya untuk mendokumentasikan atau mengarsipkan musik dengan genre berbeda yang dimiliki Maluku.
”Setelah gue lihat, hawaian, kalau di Indonesia garisnya cuma di Maluku. Gue belum pernah nemuin di tempat lain. Lagu-lagu Maluku lebih banyak dibikin irama hawaian atau Opa Bing suka bilang Mollucasian. Jadi gue pengin ajak Opa untuk kolaborasi. Ini paling pas karena gue belum nemuin gitaris musisi genre main blues kombinasi dengan hawaian,” papar Ridho.
Terkait proses penggarapan album yang relatif lama, menurut Ridho, terjadi karena persoalan jarak. Selama tiga tahun Ridho mondar-mandir Jakarta–Ambon untuk menggarap lagu-lagu tersebut bersama Opa Bing.
Dia berharap, Legacy bisa menjadi kado Natal tak hanya untuk masyarakat Maluku dan juga masyarakat di seluruh Indonesia. ”Buat gue Opa bing bukan cuma legacy-nya Maluku, melainkan Indonesia. Ini juga gue persembahkan buat semua musisi Maluku karena banyak yang sudah menginspirasi. Ini persembahan gue di akhir tahun, sebagai kado Natal,” kata Ridho. Selain format digital, Legacy juga akan dirilis dalam bentuk piringan hitam.
Selain lagu-lagu milik Maruli dan Ridho, Natal tahun ini juga meriah dengan ”O Holy Night” yang dibawakan secara akapela oleh Badudu-9. Begitu juga dengan ”New Year’s Eve” milik Ardhito Pramono yang di akhir lagu menyuguhkan sampling lagu ”Jingle Bells”.