Perusahaan yang bergerak di bidang hiburan, Walt Disney, memanen lebih dari 86 juta pelanggan untuk layanan ”streaming” Disney+.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
CALIFORNIA, RABU — Perusahaan hiburan raksasa asal Amerika Serikat, Walt Disney, memanen lebih dari 86 juta pelanggan untuk layanan streaming Disney+. Layanan streaming menjadi sumber pemasukan baru di tengah lesunya divisi bisnis lain Disney selama pandemi berlangsung.
Hingga 2 Desember 2020, Disney+ memiliki 86,8 juta pelanggan setelah diluncurkan pada 2019. Sebuah jumlah yang melebihi ekspektasi. Tahun lalu, Disney memproyeksikan Disney+ akan menarik 60 juta-90 juta pelanggan dalam lima tahun pertama.
”Saya akan menawarkan lebih banyak berita tentang masa depan streaming perusahaan,” kata CEO Disney Bob Chapek dalam presentasi kepada investor, Kamis (10/12/2020).
Disney meluncurkan Disney+ pada 11 November 2019. Disney+ dipromosikan sebagai platform yang menawarkan opsi untuk streaming berbiaya rendah untuk keluarga dan penggemar film. Meskipun awalnya memiliki sedikit acara orisinal, Disney+ meraih 10 juta pendaftar dalam 24 jam pertama.
Disney bertujuan untuk merilis lebih dari 100 judul film baru bagi pelanggan Disney+ setiap tahun. Meskipun belum mencapai tujuan itu, Disney menggembar-gemborkan 100 film dan seri orisinal yang akan tayang di Disney+ di masa depan, antara lain film live action Pinocchio, Peter Pan & Wendy, Sister Act 3, serta seri Star Wars dan Marvel.
Executive Chairman Disney Robert ”Bob” Allen Iger mengklaim, Disney akan mempertahankan komitmen pada produk akhir. ”Perusahaan ini akan selalu berkomitmen pada kualitas, bukan volume,” ujar mantan CEO Disney yang mundur pada awal tahun ini.
Disney+ kini menjadi tulang punggung layanan streaming untuk Disney di pasar global. Adapun Disney juga memiliki layanan streaming lainnya, seperti Hulu dengan 39 juta pelanggan dan ESPN+ dengan 11,5 juta pelanggan.
Disney+ membantu Disney melewati pandemi Covid-19 yang menjadi tantangan di luar prediksi bagi semua industri. Disney terpaksa menangguhkan produksi banyak proyek film dan TV, menutup taman hiburan, dan sempat menunda perilisan film Mulan (2020). Disney juga akhirnya memberhentikan puluhan ribuan karyawan untuk menahan kerugian.
Dorong ”streaming”
Sebagai bagian dari divisi bisnis direct-to-consumer, seluruh layanan streaming Disney memiliki total sekitar 137 juta pelanggan berbayar. Disney menetapkan target memiliki 300 juta-350 juta pelanggan tahun 2024 di mana layanan Disney+ akan menjadi motor utama bisnis.
Disney juga akan meluncurkan merek layanan streaming baru yang akan berfungsi sebagai rumah dari seluruh program hiburan Disney di seluruh dunia pada Februari tahun depan, yakni Star. Star akan menawarkan rangkaian hiburan umum dari berbagai merek, seperti ABC, FX, dan 20th Century Studios, kepada audiens internasional.
Star akan menjadi pusat konten baru dalam aplikasi Disney+ di Eropa, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan negara lainnya. Star juga akan diluncurkan sebagai layanan streaming mandiri, Star +, di Amerika Latin. Namun, Star tidak akan tersedia di Amerika Serikat sebab Disney telah memiliki Hulu.
Disney memproyeksikan akan menghabiskan 14 miliar-16 miliar dollar AS hingga 2024 dalam mengembangkan bisnis direct-to-consumer. Ini adalah investasi besar bagi Disney karena harus bersaing dengan Netflix, perusahaan streaming raksasa yang akan merilis lebih dari 400 film orisinal pada tahun ini.
Chapek menjelaskan, Disney telah membangun waralaba terbesarnya melalui ”jendela teater" dan akan tetap berkomitmen pada strategi tersebut. ”Jalur streaming yang telah ditetapkan Disney sebelumnya akan membantu mencapai kesuksesan yang lebih besar ketika Disney memasuki usia ke-200 tahun nanti,” ujarnya. (THE HOLLYWOOD REPORTER)