Dominasi Film dari ”Negara Tirai Bambu” Dimulai
Untuk pertama kalinya, China mengalahkan Amerika Utara sebagai negara dengan film ”box office” terbesar di dunia pada tahun ini.
Sebuah peristiwa bersejarah dalam industri film global baru saja terjadi. Untuk pertama kalinya, China mengalahkan Amerika Utara sebagai negara dengan film box office terbesar di dunia pada tahun ini.
Penjualan tiket film di China naik menjadi 1,98 miliar dollar AS hingga pertengahan Oktober 2020 berdasarkan laporan Artisan Gateway. Jumlah itu melewati penjualan tiket di Amerika Utara sebesar 1,93 miliar dollar AS. Perbedaan di antara kedua wilayah itu diperkirakan akan semakin melebar pada akhir tahun.
Sejumlah analis telah lama memperkirakan China akan menduduki peringkat puncak tersebut. Ternyata, pandemi Covid-19 merupakan faktor penting yang mempercepat transisi itu.
Bagaimana itu bisa terjadi?
Sejak awal, Amerika Utara, yang merujuk pada Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, menjadi pusat box office global sejak bisnis film berlangsung. Box office merupakan istilah pada situasi ketika pendapatan sebuah film melebihi biaya produksi sehingga bisa menghasilkan profit dalam waktu singkat.
Keadaan box office di Amerika Utara sepanjang tahun ini sangat mengenaskan. Banyak bioskop besar ditutup karena tingginya kasus infeksi Covid-19, terutama di AS. Kalaupun ada yang buka, kebanyakan penonton masih ragu dengan jaminan keamanan terhadap kesehatan.
Jaringan bioskop terbesar di Amerika Utara, AMC Theatres, bahkan memperingatkan sejak awal Oktober bahwa uang tunai perusahaan ini bisa habis pada akhir tahun ini. Sementara itu, Cineworld, jaringan bioskop terbesar kedua di AS, mengumumkan penutupan seluruh bioskop tanpa batas waktu yang ditentukan.
Sejumlah film yang dirilis selama pandemi tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Film Honest Thief yang dirilis pada 16 Oktober, misalnya, menduduki puncak box office Amerika Utara hingga 29 Oktober dengan total pendapatan sekitar 8,2 juta dollar AS, dikutip dari boxofficemojo.com. Angka itu masih bisa diterima mengingat kondisi pandemi saat ini.
Film Hollywood dengan pendapatan global terbesar pada tahun ini adalah Bad Boys for Life dengan nilai 426,5 juta dollar AS. Itu pun karena film ini dirilis sejak Januari 2020 sebelum Covid-19 menyebar luas. Film Tenet meraih pendapatan 356,3 juta dollar AS, Sonic the Hedgehog meraih pendapatan 319,1 juta dollar AS, dan Dolittle meraih pendapatan 245,8 juta dollar AS.
Sebaliknya, China justru mencatat hasil yang berbeda. Berkat pencegahan penularan Covid-19 yang efektif, puluhan ribu bioskop di negara itu mulai bisa beroperasi dengan kapasitas duduk 75 persen. Penonton pun menunjukkan rasa percaya dan antusiasme untuk datang menonton.
Hanya dalam kurun waktu empat hari, bioskop-bioskop di China menjual tiket senilai 325 juta dollar AS ketika libur panjang nasional berlangsung selama 1-4 Oktober. Sebagai perbandingan, bioskop Amerika Utara hanya menghasilkan 11 juta dollar dalam periode yang sama.
China juga menghasilkan film hit terbesar dunia pada tahun ini, yakni The Eight Hundred, sebuah film drama perang. Boxofficemojo.com mencatat, film ini sekarang berada di peringkat pertama box office global mengalahkan Bad Boys for Life dari Hollywood. Film ini telah meraih pendapatan 461,2 juta dollar AS dan terus bertambah.
Film blockbuster lokal China juga bersinar. My People, My Homeland yang dirilis pada 1 Oktober menghasilkan 19,1 juta dollar AS dalam sepekan dan kemudian menghasilkan 360 juta dollar AS dalam 18 hari. Saat ini film ini telah menghasilkan total 422,3 juta dollar AS.
Keberadaan terkikis
Dampak lain dari penutupan bioskop di AS adalah penundaan perilisan film. Studio besar menunda semua perilisan film terbesar hingga tahun depan, seperti Black Widow dari Marvel Studios, James Bond: No Time to Die dari Metro-Goldwyn-Mayer dan Eon Productions, serta A Quiet Place Part II dari Platinum Dunes dan Sunday Night Productions.
Alhasil, keberadaan film Hollywood di pasar global dan China, khususnya, ikut terkikis. Lebih buruk lagi, studio-studio AS sebenarnya sudah mulai kehilangan kendali atas konsumen di China. Pada 2019, hanya dua film Hollywood masuk dalam daftar film dengan pendapatan kotor tertinggi di China, sebuah angka terendah dalam 20 tahun terakhir.
”Seperti di banyak pasar internasional, film Hollywood paling menarik di lingkungan kota besar. Namun, banyak perluasan bioskop China baru-baru ini terjadi di kota-kota tingkat yang lebih kecil ke bawah,” tutur Rance Pow, CEO Artisan Gateway.
Pow melanjutkan, faktor lain yang memengaruhi adalah meningkatnya kualitas pembuatan film di China. Penonton China menjadi semakin menghargai film yang berhubungan dengan mereka yang disampaikan dalam bahasa sendiri. Tren peningkatan minat terhadap film domestik China diproyeksikan akan terus meningkat.
Sejumlah pengamat dalam industri hiburan AS mulai menunjukkan kekhawatiran terhadap pengaruh jangka panjang Hollywood di China. Apalagi, pada saat yang bersamaan, gejolak politik antara AS dan China masih berlangsung.
Seperti yang diketahui, Washington dan Beijing berada dalam kondisi perang dagang sejak 2018. AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump juga bersitegang dengan Huawei, TikTok, dan WeChat.
”Perdagangan dan politik telah menciptakan badai ketidakpastian yang sempurna. Dan ketidakpastian melahirkan kehati-hatian yang mengarah pada kurangnya progres dan menghambat pertumbuhan,” kata Stephen Saltzman, pengacara dari firma hukum Paul Hastings yang sering mewakili studio China dalam negosiasi Hollywood.
Lebih-lebih selama beberapa tahun terakhir, prioritas utama Hollywood di China adalah peningkatan akses pasar. Pelaku industri AS berupaya agar China melonggarkan kuota impor film dan memperbaiki pembagian pendapatan box office berdasarkan kewajiban perdagangan bebas China. Namun, tensi politik di antara kedua negara membuat kampanye Motion Picture Association melempem.
Hubungan politik antara AS dan China di masa depan kembali sulit untuk diprediksi. AS baru saja memilih Joe Biden, seorang Demokrat, sebagai presiden yang baru dalam Pilpres 2020 pada 3 November 2020. Presiden China Xi Jinping baru mengirim ucapan selamat dua minggu setelah Biden diproyeksi sebagai pemenang pilpres.
Posisi permanen
Pertanyaan tentang apakah dominasi China di puncak box office dunia akan menjadi permanen pun muncul. Hollywood jelas-jelas masih terdampak Covid-19, sedangkan industri hiburan China terlihat mulai pulih.
”Sekarang sebagian besar film Hollywood besar telah didorong kembali ke tahun 2021. Benar-benar tidak ada kemungkinan box office Amerika Utara akan pulih pada tahun 2020 untuk mempertahankan posisinya sebagai pasar box office terbesar,” kata Wade Holden, analis riset di S&P Intelijen Pasar Global.
Namun, pengamat lainnya melihat kondisi itu terjadi pada tahun ini karena fenomena khusus, yakni pandemi. Pandemi telah memengaruhi Amerika Utara, sebuah pasar yang terkenal besar dan tangguh. Di masa depan, Amerika Utara diyakini akan merebut kembali posisi puncak box office.
”Dalam jangka panjang, Amerika Utara akan kembali menjadi terkenal di box office. Jika pemulihan China menunjukkan bahwa orang dari semua budaya masih menyukai film di layar lebar, bahkan dalam pandemi, dalam jangka panjang itu bisa menjadi mata uang yang lebih berharga daripada uang,” ujar analis media senior di Comscore, Paul Dergarabedian.
Faktor lain yang memengaruhi keyakinan itu adalah karena pasar Amerika Utara masih dianggap tangguh. Tahun lalu, Amerika Utara masih berada di puncak box office dengan penjualan tiket 11,4 miliar dollar AS, sedangkan China meraih penjualan tiket 9,2 miliar dollar AS. Ditambah lagi, box office China tumbuh dalam satu digit selama dua tahun terakhir.
Namun, mengingat bahwa jaringan bioskop China tidak memiliki pendapatan selama Januari-Juli dan adanya pembatasan kapasitas tempat duduk, daya saing China pada tahun ini memang luar biasa. Keberhasilan itu terjadi berkat efektivitas respons terhadap pandemi dan kebangkitan produksi film domestik.
”Jika China adalah pasar box office teratas dunia, mungkin Hollywood akan lebih menghargai pasar China. Industri film China akan tumbuh lebih cepat,” kata Gao, partner dari EntGroup, sebuah perusahaan konsultan China.
Gao berpendapat, kesejahteraan masyarakat merupakan kunci pemulihan bagi box office di Amerika Utara. Selain itu, kebangkitan industri juga bergantung pada keberadaan vaksin yang diproyeksikan tersedia tahun depan.
Satu hal yang pasti; kedua negara akan kembali bersaing sengit mulai tahun depan. Hollywood akan merilis film-film box office yang seharusnya dirilis tahun ini, seperti Black Widow dan No Time to Die. China juga akan merilis sejumlah film besar di musim liburan tahun depan, seperti The Rescue dan Detective Chinatown 3.
Selain itu, industri bioskop kedua negara juga akan menghadapi tantangan yang sama untuk menjaga momentum pertumbuhan. Jaringan bioskop harus melawan platform streaming, video pendek, dan gim. Mari kita tunggu pertarungan tahun depan! (THE HOLLYWOOD REPORTER/VARIETY/BBC)