”The Queen’s Gambit”, Kehidupan dalam 64 Kotak
Penonton memuji tampilan permainan catur dalam ”The Queen’s Gambit”. Sebenarnya, inilah tantangan sineas, menampilkan porsi yang tepat antara catur sebagai olahraga permainan dan sebagai kisah kehidupan.
Bagi Beth Harmon, catur adalah hidup dan hidup adalah catur. Lewat permainan buah-buah catur, Harmon membawa kita menyadari bahwa setiap pilihan membawa konsekuensi. Mereka yang siap kalah, lalu belajar dari kekalahan, akan keluar sebagai pemenang kehidupan.
Sejak ditayangkan pada 23 Oktober 2020 di kanal Netflix, miniseri The Queen’s Gambit langsung memikat hati para penontonnya. Banyak kalangan, baik kritikus maupun penonton, penggemar catur ataupun tidak, memuji film tersebut.
The Queen’s Gambit mengusung catur yang biasanya sebatas ”bintang tamu” menjadi bintang utama. Berkat film ini pula, seperti dilaporkan CNN, penjualan catur meningkat. Situs lelang eBay mengungkapkan, pencarian permainan papan catur di situs tersebut meningkat 273 persen dalam 10 hari pertama sejak The Queen’s Gambit dirilis. Orang kembali melirik permainan tradisional yang sejarahnya bisa dilacak hingga 1.500 tahun yang lalu ini sebagai hiburan di masa pandemi.
Yang menarik, The Queen’s Gambit tidak semata menelusuri permainan di atas 64 kotak hitam-putih dengan berbagai strateginya. Penonton dibawa mengikuti perjalanan gadis yatim piatu genius dari ruang bawah tanah panti asuhan ke puncak dunia catur dengan segenap dinamikanya. Berlatar tahun 1950-an hingga 1960-an, ada banyak dimensi yang menyertai miniseri tersebut, mulai dari Perang Dingin, kesetaraan jender, isu rasial, hingga kesehatan mental dan emosional.
The Queen’s Gambit diadaptasi dari novel berjudul sama karangan penulis Amerika, Walter Tevis, yang terbit tahun 1983. Tevis adalah seorang pemain catur. Untuk menulis novelnya, dia berkonsultasi dengan para master catur guna menjamin akurasi cerita, intrik, dan aturan dalam catur profesional.
Scott Frank dan Allan Scott menulis kisah miniseri The Queen’s Gambit, dengan Frank sekaligus duduk di kursi pengarah. Ada tujuh episode dengan ramuan penceritaan yang menarik, akting tokoh utama yang gemilang, dan visualisasi yang menawan.
Pengorbanan
Queen’s Gambit atau gambit ratu merupakan salah satu langkah pembukaan permainan catur. Laman Chess Website menyebutkan, Queen’s Gambit barangkali gambit paling populer. Tujuan langkah ini adalah untuk mengorbankan bidak untuk kemudian mendapatkan posisi yang positif.
Begitupun dengan kisah The Queen’s Gambit yang bertutur tentang harga yang harus dibayar untuk sebuah kegeniusan. Cerita dimulai ketika Harmon kecil (Isla Johnston) yang dibawa ke panti asuhan setelah kecelakaan yang menewaskan ibunya. Di situ, anak-anak mendapatkan obat penenang agar menurut. Dari situlah ketergantungan Harmon terhadap obat tersebut bermula dan berpengaruh hingga dia dewasa.
Di ruang bawah tanah, saat membersihkan penghapus dari debu kapur, Harmon melihat Pak Shaibel (Bill Champ), pengurus gedung, bermain catur sendirian. Ketertarikannya tumbuh, dan ternyata dia sangat berbakat. Digambarkan, Harmon bisa memvisualkan permainan catur di langit-langit saat menjelang tidur.
Setelah diperkenalkan pada klub catur sebuah SMA, kemenangan demi kemenangan Harmon seakan tak terbendung. Hingga Harmon remaja (diperankan Anya Taylor-Joy) diadopsi, catur menjadi satu-satunya hal yang dia kenal dan dia kejar. Dia bagaikan ”pembunuh raksasa” karena mengalahkan para jawara catur. Sampai kemudian dia bertemu lawan terberatnya, juara dunia catur dari Rusia, Vasily Borgov (Marcin Dorocinski), dan harus menghadapinya.
Kisah Beth Harmon tentu tak berjalan semulus itu. Dia berhadapan dengan sebuah dunia yang didominasi kaum pria, membuatnya dipandang sebelah mata.
Trauma masa lalu, yang hadir lewat alur mundur, terus menghantui perjalanan Harmon. Tak hanya berkenalan dengan obat penenang, dia pun kecanduan alkohol, membuat dia kehilangan kendali atas hidupnya sendiri.
Namun, Harmon hanya merasa hidup dan punya tujuan ketika bermain catur. Dia merasa terlindung saat berada di sebuah dunia yang terbentang di atas 64 kotak itu.
Porsi
Taylor-Joy sungguh menghidupkan karakter Harmon, sampai-sampai banyak penonton yang menanyakan apakah tokohnya nyata. Setiap permainan catur yang dilalui Harmon benar-benar menjadi personalisasi dirinya. Jelas terlihat dari tatapan matanya serta gestur tubuhnya bahwa ada fase pergulatan batin, pengenalan diri, pembelajaran, kemunduran, hingga kebangkitan kembali di dalam diri Harmon.
Balutan kostum Harmon juga mengundang kekaguman tersendiri. Dari bocah panti yang berpakaian lusuh, dia berevolusi layaknya model di atas landas peraga. Busana chic elegan era 1960-an dengan aksen struktur garis-garis pada papan permainan catur menjadi pernyataan menonjol saat dikenakan Harmon.
Di luar cerita dan penampilan Taylor-Joy, penonton, terutama kalangan penggemar dan pemain catur, memuji tampilan permainan catur dalam The Queen’s Gambit. Sebenarnya inilah tantangan bagi Scott dan Frank, yakni menampilkan porsi yang tepat antara catur sebagai olahraga permainan dan sebagai kisah kehidupan.
Terlalu banyak catur, mereka berisiko membuat sekadar film olahraga dan kehilangan penonton yang bukan penikmat catur. Terlalu sedikit juga berisiko menghilangkan nyawa catur sebagai pembentuk cerita.
Agar benar-benar akurat, terutama dalam posisi dan pengaturan buah-buah catur di atas papan, Frank berkonsultasi kepada mantan juara dunia catur, Garry Kasparov, dan pelatih catur Bruce Pandolfini. Sebelum produksi film dimulai, seperti dilansir The New York Times, Frank menggelar ”pertemuan catur” di Berlin, Jerman, salah satu lokasi pengambilan gambar.
Dia bertemu dengan sejumlah pakar catur untuk mengetahui sebanyak mungkin tentang tampilan, rasa, bahkan aroma turnamen catur. Bahkan, dia mengulik lebih detail lagi hingga gaya buah-buah catur, ketebalan papan catur, pengaturan meja, hingga penonton turnamen.
Aktor yang terlibat bukan pemain catur. Pandolfini melatih mereka agar tampak seperti pemain catur, bagaimana memegang buah catur, dan kapan menekan jam catur. Para aktor juga harus belajar langkah demi langkah berurutan dalam sebuah permainan.
Berkat upaya-upaya itu, penonton bisa turut merasakan atmosfer turnamen catur sesungguhnya ketika menyaksikan The Queen’s Gambit. Setidaknya, pengetahuan penonton awam bertambah dengan istilah pembukaan, pertahanan Sisilia, gambit raja, dan gambit ratu.