Lima film pendek arahan lima sutradara yang terangkum dalam ”Quarantine Tales” terinspirasi beragam fenomena semasa pandemi. Film omnibus ini akan tayang sebagai refleksi dan catatan akhir tahun 2020.
Oleh
Fransisca Romana Ninik
·3 menit baca
Masa pandemi menginspirasi para sineas Indonesia dalam berkarya. Salah satunya terangkum dalam film omnibus Quarantine Tales yang mengetengahkan lima cerita arahan lima sutradara.
Kelima film pendek itu adalah Cook Book karya sutradara Ifa Isfansyah, Nougat arahan Dian Sastrowardoyo, Prankster besutan Jason Iskandar, Happy Girls Don’t Cry garapan Aco Tenri, dan The Protocol karya Sidharta Tata. Film-film ini berlatar situasi saat dimulainya masa pembatasan sosial di Indonesia.
Produser Base Entertainment Shanty Harmayn mengungkapkan, kelima sutradara membawa beragam perspektif dalam film garapan mereka. ”Waktu awal karantina sosial itu, ketidakpastian sangat besar. Ada pengalaman bersama yang dirasakan semua orang. Akan sangat menarik melihatnya dari berbagai perspektif para sineas,” ujarnya saat konferensi pers virtual Quarantine Tales, Rabu (11/11/2020).
Quarantine Tales, imbuh Shanty, akan selesai sebagai catatan akhir tahun 2020. Nantinya film tersebut akan ditayangkan melalui kanal Bioskoponline.com sebagai konten original kolaborasi.
Bagi aktris Dian Sastrowardoyo, Nougat menjadi debutnya sebagai sutradara. Dia sangat gembira dengan pengalaman baru, mulai dari menulis draf demi draf cerita, struktur penceritaan, skrip, story board, shoot list. ”Dan, sekarang lagi ngedit,” katanya.
Inspirasi Nougat datang dari pengalaman Dian saat awal pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang tidak bisa bertemu dengan teman dan saudara. Bahkan, Lebaran pun secara daring. Dia lalu menghubungi sahabatnya, aktris Adinia Wirasti, lewat panggilan video.
Dari situ, keduanya berbagi rasa, cerita, sampai bisa menangis dan tertawa bersama. Akhirnya tebersit cerita tentang tiga kakak-beradik yang tidak bisa bertatap muka, hanya berkomunikasi lewat panggilan video sepanjang tahun 2010-2020.
”Di satu sisi, karena tidak bisa bertemu secara fisik, keluarga jadi terpisah. Di sisi lain, mereka justru bisa menemukan chemistry saat tidak bisa bertemu,” lanjut Dian.
Nougat dibintangi, antara lain, oleh Adinia Wirasti dan Marissa Anita.
Masa awal PSBB menginspirasi Sidharta Tata untuk membuat cerita berlatar belakang kebijakan pemerintah membebaskan narapidana. Dia sempat merasakan situasi yang mencekam akibat kebijakan tersebut karena di lingkungan sekitar tempat tinggalnya bermunculan tindak kejahatan.
”Saya mikir, apakah mereka juga menjalankan protokol kesehatan ketika melakukan kejahatan,” katanya.
Lahirlah film The Protocol yang berkisah tentang seorang perampok yang lolos dari kejahatannya dan kabur bersama rekannya. Si rekan meninggal dalam perjalanan. Jadilah si perampok bingung karena harus melakukan banyak hal sekaligus, mulai dari mengamankan diri, memakamkan rekannya, sambil harus mematuhi protokol kesehatan.
Film ini dibintangi Abdurrahman Arif dengan genre komedi gelap. ”Jujur saya bingung. Dari mendadak jadi tukang masak saat karantina, tiba-tiba jadi perampok,” ujar Adul, sapaan akrabnya, sambil tertawa.
Kebingungan itu dimanfaatkan Adul untuk mendalami karakternya yang juga kebingungan. ”Intinya bingung. Jadinya bingung total,” katanya terbahak.
Bagi Jason Iskandar, berita viral tentang pesohor media sosial yang mengerjai transpuan dengan memberi sampah menginspirasi film Prankster. Ada dua mata pisau dalam hal mengerjai orang, dimaksudkan untuk menghibur, tetapi bisa melukai. Dia menggandeng Roy Sungkono, personel band Arah, untuk membintangi Prankster.
Happy Girls Don’t Cry garapan Aco Tenri terinspirasi banyaknya give away di media sosial. Film ini juga dibintangi Marissa Anita. Sementara Cook Book karya Ifa Isfansyah mengambil tema masak-memasak dengan bintang aktor Verdi Soelaiman.
”Benang merah cerita-cerita ini adalah pengalaman bersama. Keberagaman kisah dan genre menjadi kelebihan film omnibus ini. Sangat menghibur, tetapi sekaligus menjadi catatan yang reflektif,” kata Shanty.