Reorganisasi, Disney Prioritaskan Bisnis ”Streaming”
Disney mereorganisasi perusahaan dalam divisi media dan hiburan. Dalam perubahan itu, Disney berkomitmen memprioritaskan layanan ”streaming”.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
CALIFORNIA, SENIN — The Walt Disney Company alias Disney mengumumkan reorganisasi perusahaan dalam divisi media dan hiburan, pekan lalu. Dalam perubahan itu, Disney menunjukkan komitmen untuk memprioritaskan layanan streaming.
Disney membentuk Divisi Distribusi Media dan Hiburan. Divisi ini bertugas untuk mengawasi operasional layanan streaming. Divisi ini juga mengatur penjualan konten produksi film, acara televisi, dan program olahraga di Disney+, Hulu, ESPN+, serta layanan streaming Star yang akan diluncurkan pada tahun depan.
CEO Disney Bob Chapek menunjuk Kareem Daniel untuk mengepalai divisi tersebut. Daniel sebelumnya adalah mantan Presiden Produk Konsumen, Permainan, dan Penerbitan.
”Mengingat kesuksesan luar biasa dari Disney+ dan rencana untuk mempercepat bisnis direct-to-consumer, kami memosisikan perusahaan untuk lebih efektif mendukung strategi pertumbuhan kami dan meningkatkan nilai pemegang saham,” kata Chapek melalui keterangan tertulis yang dirilis Senin (12/10/2020).
Chapek mengatakan, perubahan ini dipercepat oleh pandemi virus korona yang telah menutup banyak bioskop dan mendorong lebih banyak orang berlangganan Disney+ dan layanan streaming lainnya. Perombakan ini bertujuan untuk lebih memenuhi preferensi konsumen.
Dengan adanya reorganisasi ini, Disney menyerahkan kekuasaan yang signifikan kepada Daniel. Daniel memiliki pengalaman dalam bidang distribusi dan komersialisasi konten global.
”Merupakan privilese yang luar biasa untuk bekerja dengan tim berbakat dan berdedikasi yang akan menjadi bagian dari grup ini. Saya menantikan kolaborasi yang erat dengan tim pemimpin konten kreatif karena bersama-sama kami akan membangun kesuksesan yang telah kita capai di divisi bisnis-ke-konsumen dan distribusi,” kata Daniel.
Adapun di bawah struktur perusahaan yang baru, Disney juga membuat Divisi Bisnis-ke-Konsumen dan Internasional (DTCI) serta dibagi menjadi dua. Divisi ini akan tetap dikepalai oleh Rebecca Campbell.
Perubahan besar
Reorganisasi tersebut merupakan salah satu langkah besar pertama Chapek sejak menggantikan Bob Iger sebagai CEO pada Februari tahun ini. Chapek menjabat ketika perusahaan ini ikut terdampak pandemi Covid-19. Banyak bisnis Disney yang harus tutup, termasuk bioskop dan taman bermain.
Disney melaporkan kerugian sebesar 4,7 miliar dollar AS pada kuartal II-2020. Pada September ini, Disney menyatakan akan memberhentikan 28.000 pekerja di Divisi Taman, Pengalaman, dan Produk di mana kebanyakan adalah pekerja taman hiburan paruh waktu.
Layanan streaming telah menjadi titik terang bagi bisnis Disney selama pandemi Covid-19. Disney+, yang baru berusia setahun, telah menarik sekitar 60,5 juta pelanggan hingga akhir Juni 2020. Layanan ini mengurangi dampak penurunan performa dari divisi bisnis lainnya.
Secara umum, perusahaan produksi film telah beradaptasi dengan pandemi, mengingat bioskop ditutup, dengan meluncurkan lebih banyak konten di layanan streaming. Dengan adanya penutupan bioskop di Amerika Serikat, Disney menayangkan perdana film Mulan di Disney+ seharga 30 dollar AS atau setara Rp 442.000 pada September lalu.
Meskipun Disney menyatakan akan terus memiliki bisnis film yang dinamis, perusahaan ini menunjukkan akan terus merilis film laris secara daring bahkan setelah pandemi berakhir. ”Ada banyak konsumen yang ingin menikmati film dan keamanan, kenyamanan dan kemudahan di rumah mereka sendiri untuk alasan apa pun,” ujar Chapek.
Usulan investor
Pada awal Oktober ini, salah satu investor Disney, Dan Loeb, melalui surat terbuka meminta agar jajaran direksi Disney betul-betul merangkul kesempatan untuk bertransformasi. Loeb menyarankan agar Disney menghilangkan dividen tahunan senilai 3 miliar dollar AS dan menginvestasikan semuanya ke dalam kreasi konten.
”Mempercepat pengeluaran konten bisnis-ke-konsumen (DTC) akan semakin memperluas jarak antara Disney dan pesaing media tradisionalnya, seperti Warner Media, Discovery, ViacomCBS, NBCUniversal, dan Fox. Tidak ada yang memiliki kemampuan finansial untuk melaksanakan rencana yang begitu berani itu,” tulis Loeb.
Menurut Loeb, Disney dapat melakukan langkah itu karena memiliki kemampuan produksi yang lebih superior. Apabila rencana itu terealisasikan, Disney dapat melampaui basis pelanggan pemimpin industri streaming saat ini, Netflix, hanya dalam beberapa tahun.
Melalui CNBC, Chapek menyatakan Disney menerima semua masukan investor. Namun, keputusan untuk menghilangkan dividen merupakan keputusan dewan direksi. ”Apa yang kami kerjakan adalah melihat semua investasi, apakah itu dividen, peningkatan modal, atau konten,” ucapnya. (AFP/HOLLYWOOD REPORTER)