Setelah sukses menggaet perhatian berbagai kalangan lewat dua ”season” penayangannya, serial ”Doom Patrol” diputuskan berlanjut ke ”season” ketiga pada September 2020, tayang di HBO Go.
Oleh
Riana A Ibrahim
·5 menit baca
Dalam obrolan seputar pahlawan super pembela kebenaran, tokoh Batman, Superman, atau Spiderman pasti lebih sering terdengar. Tak hanya berbekal kekuatan super dan aksi heroik, tampilan fisik menarik pun kerap membuat kepincut. Kali ini, cerita berbeda. Para superhero dari kumpulan superzero.
Setelah sukses menggaet perhatian berbagai kalangan lewat dua musim penayangannya, serial Doom Patrol diputuskan berlanjut ke musim ketiga pada September 2020. Hak siarnya kali ini hanya berada di tangan HBO, mengingat selama ini selalu berbagi dengan layanan streaming milik DC Universe. Kabar ini jelas menyenangkan bagi para pencinta jagat yang diciptakan DC dan pengikut setia serial ini. Di Indonesia, kisah ini dapat disimak di HBO Go.
Akhir dari musim kedua pada Agustus 2020 menggantung dengan hilangnya Dorothy Spinner, diperankan Abigail Shapiro, melawan Candlemaker. Ayah Dorothy, Niles Caulder, yang diperankan Timothy Dalton, menangis melihat anaknya masuk ke dalam bara api, lalu menghilang. Episode ini semestinya bukan penutup rangkaian musim kedua. Namun, karena pandemi, tim yang membesut serial ini memutuskan untuk berhenti pada episode kesembilan. Target semula mirip dengan musim pertama, yakni 15 episode.
”Banyak pertanyaan yang belum terjawab memang. Kami berterima kasih dipercaya kembali dan memperoleh kesempatan untuk berlanjut ke musim ketiga. Masukan dari para fans dan kritikus tentu akan dipertimbangkan untuk tetap menghadirkan Doom Patrol dengan gaya penceritaannya yang khas pada 2021 nanti,” ungkap produser eksekutif Jeremy Carver saat jumpa pers.
Pihak HBO yang diwakili Kepala Bagian Konten HBO Max, Sarah Aubrey, menyampaikan keputusan untuk meneruskan serial ini ke musim ketiga karena jumlah penonton dan rating yang tinggi. ”Doom Patrol menjadi salah satu yang paling banyak diminati dan ditonton lewat platform,” ujar Aubrey.
Selain Shapiro dan Dalton, cerita yang diambil dari komik ini diperkuat oleh Brendan Fraser sebagai Cliff Steele/Robotman, Matt Bomer sebagai Larry Trainor/Negativeman, April Bowlby sebagai Rita Farr/Elasticgirl, Joivan Wade sebagai Vic Stone/Cyborg, dan Diane Guerrero sebagai Jane si pemilik sejumlah kepribadian.
Mereka semua dikumpulkan oleh Caulder dalam rumah mewah miliknya yang bergaya Victorian dengan halaman rumput luas dan disebut sebagai Doom Manor. Ini mengingatkan pada momen tentang X-Men yang diciptakan Marvel saat berada di X-Mansion. Ketika melihat Caulder, sosok profesor yang disokong kursi roda untuk menopang mobilitasnya, bayangan Profesor X pun muncul.
Komparasi Doom Patrol dengan X-Men memang selalu ada karena beberapa kesamaan latar dan penggambaran tokoh yang dilakukan oleh dua bebuyutan penerbit komik Amerika Serikat. Konon, Doom Patrol lebih dulu hadir. Kemudian, Stan Lee dan Jack Kirby pun buru-buru membuat karakter yang nyatanya serupa bagi para penggila komik terbitan Marvel.
Walakin, latar belakang dan garis kisah yang dibangun setiap tokoh dalam Doom Patrol ini berbeda dengan X-Men. Di awal, lima tokoh utama Doom Patrol adalah orang-orang yang dipandang bahkan terbilang moncer dalam kariernya. Steele, misalnya, merupakan seorang pebalap yang jago di lintasan, Trainor adalah penerbang tangguh yang dipercaya untuk menerbangkan roket milik NASA. Adapun Farr seorang aktris cantik yang digandrungi anak muda pada era 1950-an. Sempurna.
Sisi gelap
Di balik gemerlap kesuksesan itu, masing-masing memiliki sisi gelap. Salah satunya, Farr yang digambarkan sebagai sosok tenar yang sombong dan rasis. Namun, kecelakaan saat pengambilan gambar filmnya mengubah jalan hidup Farr selamanya. Begitu pula dengan tokoh-tokoh lainnya. Kecelakaan tragis mengubah kehidupan mereka yang semula sempurna.
Doom Manor sengaja dibuat Caulder sebagai kesempatan kedua bagi mereka yang telah kehilangan kehidupan sebelumnya. Dengan catatan, tidak keluar dari rumah itu karena belum tentu masyarakat dapat menerima kondisi mereka saat ini. Bagaimana tidak? Pasca-kecelakaan, yang mampu diselamatkan dari Steele hanya otaknya sehingga tubuhnya secara keseluruhan hanyalah susunan kerangka besi layaknya robot. Secara fisik, hanya Farr dan Jane yang terlihat normal, tetapi memiliki ambang batas masing-masing untuk berubah menjadi sesuatu yang sukar diterima publik.
Suatu hari, saat Caulder sedang bepergian ke luar kota, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan ke kota. Itu berakibat kekacauan karena masing-masing lepas kendali dengan kondisi dan kekuatannya. Perlahan mereka menguasai keadaan dan berupaya untuk dapat membantu masyarakat dari penjahat, dengan cara mereka.
Dalam perjalanannya, satu per satu dari tokoh utama yang kemudian dianggap sebagai pahlawan ini tetap berkutat pada ketakutan dan bayang masa lalu yang memengaruhi kepribadian. Bahkan, kadang menjadi musuh yang harus dilawan.
Tak sekadar melawan penjahat, tetapi mereka juga dituntut menuntaskan gejolak dalam diri yang dipicu pikiran mereka sendiri. Dari rasa tidak percaya diri terhadap fisik mereka, kesalahan masa lalu, hingga rasa kesendirian yang menghinggapi. Jika diamati lebih dalam, konflik yang dihadirkan justru jauh lebih membumi dibandingkan dengan X-Men.
Pasukan Doom Patrol ini hingga berakhir pada musim kedua masih sibuk dengan urusan yang bersumber dalam diri. Hal ini nyatanya memang tak mudah dituntaskan. Seperti kehidupan yang dijalani setiap orang pada umumnya. Tak selalu mulus, kerap ada ketakutan yang berasal dari rumitnya perang dalam pikiran sendiri.
Benang merah dalam serial ini pun sejak awal ditekankan lewat kalimat, ”The mind is the limit”. Ya, pikiranlah yang membatasi untuk melakukan sesuatu. Semua orang sesungguhnya dapat menjadi pahlawan bagi diri sendiri ataupun lingkungan sekitarnya, selama memiliki keinginan kuat dan mematahkan pikiran yang membatasi.
Semua orang tidak sempurna, tetapi tetap bisa menjadi pahlawan.