Tiktok berperan terhadap distribusi dan munculnya tren-tren baru di internet. Kreativitas warganet dan tingginya minat publik terhadap video pendek dinilai sebagai pemicunya.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selama tiga tahun beroperasi di Indonesia, Tiktok bisa dibilang berkontribusi dalam kemunculan tren-tren baru di Internet. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, seperti inovasi teknologi, kreativitas warganet, dan tingginya minat publik terhadap video pendek.
Tiktok mencatat, rata-rata orang Indonesia menonton 100 video per hari. Dalam sebulan, video-video di Tiktok ditonton lebih dari 30 miliar kali. Konten di platform ini berkembang ke berbagai topik, seperti komedi, edukasi, vlog (video blog), mode, dan talenta. Sebelumnya, Tiktok identik dengan konten menari.
Berbagai tantangan (challenge) di Tiktok memicu tren baru, misalnya merias wajah yang terinspirasi dari video lagu ”Lathi” karya Weird Genius. Tantangan ini turut mendongkrak popularitas ”Lathi”. Hal serupa juga terjadi pada lagu-lagu lain.
”Ada beberapa lagu lama, tetapi baru booming tahun ini melalui Tiktok, misalnya ’Sunday Best’ oleh Surface yang rilis pada 2019. Ada juga lagu ’I’m Just A Kid’ oleh Simple Plan. Lagu itu rilis 18 tahun lalu, tetapi baru tahun ini mendapat sertifikat platinum (dari Recording Industry Association of America/RIAA),” kata Head of User and Content Operations Tiktok Indonesia Angga Anugrah Putra pada pertemuan daring, Kamis (17/9/2020).
Sebelumnya, lagu ”Salah Apa Aku” oleh Ilir 7 juga populer setelah versi remix-nya viral di Tiktok. Lagu itu diunggah ke Youtube pada 21 Juni 2018 oleh label musik Ascada Musik, tetapi baru mendapat perhatian publik pada 2019.
Lagu yang sudah digubah itu dinyanyikan warganet sambil menari. Selanjutnya, lirik lagu ini menginspirasi para mahasiswa saat demonstrasi di Gedung DPR, September 2019. Tulisan ”Entah Apa yang Merasukimu DPR” tampak di salah satu papan yang dibawa demonstran.
Marketing Operations Manager Tiktok Indonesia Fandhy Thesia mengatakan, Tiktok menarik minat warganet karena menyediakan banyak variasi konten. Kreativitas warganet disebut sebagai faktor munculnya ragam konten video di Tiktok.
Di sisi lain, tingginya minat publik terhadap video pendek berkaitan dengan karakter generasi Z. Rentang perhatian generasi Z, menurut Tiktok, hanya bertahan selama 8 detik. Itu sebabnya video pendek banyak dikonsumsi anak muda.
”Kami sediakan banyak editing tools (fitur mengedit video) agar kreator konten bisa berkreasi. Pustaka musik kami pun menyediakan banyak lagu yang bisa dipakai,” kata Fandhy.
Pengamat musik Adib Hidayat mengatakan, Tiktok menjadi platform baru bagi musisi untuk promosi lagu. Ia menilai platform ini dan audiensnya punya karakter yang lentur serta unik. Lagu pun jadi mudah diterima audiens.
”Keunikan dan kelenturan itu membuat lagu menembus batas usia. Maksudnya, lagu baru atau lagu lama sama-sama bisa populer. Lagu ’Bagaikan Langit’ oleh Potret pun bisa populer lagi di 2020. Padahal, lagu ini rilis pada 1999,” kata Adib yang juga Editor in Chief Billboard Indonesia.
Ia menambahkan, musisi pun bisa menggunakan platform ini untuk berinteraksi dengan para penggemar, seperti yang dilakukan musisi Marion Jola dan BTS. Dengan ini, musisi bisa menjangkau lebih banyak audiens. Musisi juga bisa membuka peluang baru untuk berkarier melalui platform digital.
Keamanan konten
Terkait keamanan konten, Angga memastikan Tiktok mengawasi aliran konten yang diunggah pengguna. Unggahan yang melanggar panduan komunitas (community guideline) akan dicabut. Panduan itu mencakup antara lain larangan ujaran kebencian dan SARA.
”Ada mesin yang menyaring konten-konten yang ada. Kami juga punya tim atau orang-orang yang bekerja 24 jam untuk mengurasi konten,” kata Angga.
Sebelumnya, ada potongan video bunuh diri Ronnie McNutt (33) yang beredar secara global. Video itu beredar di Facebook dan Instagram, hingga pada akhirnya muncul di Tiktok. Hal itu membuat beberapa pihak menyorot dan mengecam platform-platform tersebut.