Seni Menjaga Kewarasan
Lewat laku seni, mereka ingin menjaga kewarasan selama pandemi. Jadilah beragam pameran seni rupa Bandung Art Month “Edankeun” yang melibatkan segenap lapisan khalayak.
Pandemi Covid-19 belum tahu kapan berakhir. Kekhawatiran terus menggantung. Lewat laku seni, ada yang ingin dituju yaitu menjaga kewarasan. Oleh karena itu, jadilah beragam pameran seni rupa Bandung Art Month “Edankeun” yang melibatkan segenap lapisan khalayak.
Erka Azhari membuka kebun bunganya untuk memamerkan sekitar 25 lukisan abstrak miliknya. Ia turut dihubungi kurator Bandung Art Month (BAM) 2020 untuk menggelar pameran karya seni rupa dengan konsep “rumahku galeriku” selama sebulan penuh, 20 Agustus hingga 20 September 2020.
“Kebun bunga menjadi bagian rumah saya. Ini saya jadikan galeri untuk pameran,” ujar Erka ketika dihubungi Rabu (26/8/2020).
Erka menunjukkan beberapa lukisannya yang ditempelkan di dinding bilah bambu. Lainnya disangkutkan di batang pohon. Lukisan itu dipasang pagi hari, lalu diturunkan pada sore hari.
Sekarang saya menyadari, karya seni tidak harus dipamerkan di galeri-galeri, tetapi bisa di rumah-rumah milik siapa pun. Seni milik semua orang.
Erka pelukis otodidak yang melukis kembali sejak pensiun di tahun 2017. Sebelumnya, ia bekerja di perusahaan bidang energi di Jakarta. Pilihan corak lukisan abstrak dirasakannya membebaskan diri dari segala kepenatan hidup. Ia sekarang tinggal bersama dua puterinya di Kampung Paratag Wetan, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Bandung Barat.
Keikutsertaan berpameran di BAM 2020 tak pernah disangka-sangka Erka. Sebelumnya, ia berusaha menawarkan diri untuk memamerkan karya-karyanya ke galeri-galeri di Bandung, tetapi belum berhasil.
Pameran di kebunnya kali ini membuatnya bangga. Apalagi ketika dipamerkan, ada orang yang mau membeli.
“Sekarang saya menyadari, karya seni tidak harus dipamerkan di galeri-galeri, tetapi bisa di rumah-rumah milik siapa pun. Seni milik semua orang,” ujarnya.
Lokasi pameran karya seni di rumah atau di mana pun sekarang terdukung adanya media sosial daring (dalam jaringan). Lewat media sosial daring pameran bisa diketahui banyak orang.
Erka cukup rajin mengunggah foto karya-karya lukisan abstraknya ke Instagram. Tidak hanya lukisan, Erka juga membuat karya seni berupa rangkaian bunga kering.
Luas kebun bunga yang dijadikan “galeri” pameran Erka sekitar 10 kali 5 meter persegi. Namun, ia masih memiliki lokasi kebun lainnya untuk bercocok tanam.
Erka membuka jadwal kunjungan pameran setiap hari. Di masa pandemi Covid-19 ini ia membatasi pengunjung agar bergantian 10 orang untuk berada di lokasi pamerannya.
“Pameran di kebun ini menyemangati saya dan anak-anak saya hingga membuat kami tetap waras, bahagia, dan berdaya,” tutur Erka.
Salah satu kurator BAM 2020 Rifky Effendy mengetahui karya-karya Erka dari Instagram. Selama mempersiapkan pameran, Erka mengaku, hanya bercakap-cakap dengan kurator lewat telepon, belum pernah bertatap muka.
BAM di tengah masa pandemi ini mendapat sambutan hangat masyarakat pelaku seni di Bandung. Rifky mengatakan, BAM tahun lalu melibatkan 63 agenda. Pada 2020 ini jauh melampauinya, sampai 75 agenda. Padahal, semula BAM tahun ini ditargetkan hanya memiliki 30 agenda.
Agenda pameran karya seni rupa BAM lainnya secara lazim banyak digelar di galeri-galeri, kampus seni, museum, dan ruang publik. Begitu pula ada ragam agenda diskusi yang dilangsungkan secara virtual.
“BAM ketiga ini bertemakan ‘Edankeun’ dalam arti tampilkan agenda seni rupa secara bebas tak terbatas. Tujuannya untuk menjaga kewarasan, optimisme, dan semangat para pelaku seni,” ujar Rifky.
Pameran di rumah
Seorang guru seni rupa di sebuah SMA swasta di Bandung, Samsul Ridwan, menjadi bagian dari peserta BAM yang menggelar pameran lukisan di rumahnya. Uniknya, ia memamerkan karyanya bersama karya dua anaknya, Alma Rahmani (13) dan Alfi Afiata (8).
“Ini karya-karya kami dalam lima tahun terakhir,” ujar Samsul Ridwan.
Ia menunjukkan karya Alma yang bercorak ilustratif, sedangkan karya Alfi dengan figur orang atau hewan kesayangan kucing. Dinding-dinding di dalam rumah dipenuhi lukisan-lukisan mereka.
Tidak hanya di dalam rumah, di teras pun dipasang panel untuk memajang lukisan. Ada pula lukisan yang dipajang di dinding di luar rumah.
Samsul Ridwan memamerkan 20 lukisan, Alma 30 lukisan, dan Alfi 40 lukisan. Pameran di rumah ini dapat dikunjungi di hari Sabtu dan Minggu.
Tidak hanya berpameran, Samsul Ridwan juga membuat kegiatan seperti melukis bersama dan mendongeng. Jadwal kunjungannya dalam sehari dibagi dua sesi, yaitu jam 08.30 sampai 11.30, kemudian jam 14.00 sampai 17.00.
Samsul Ridwan mengungkapkan hal yang tak ia duga: ternyata ada pengunjung yang mau membeli karya-karya yang dipamerkan itu. “Selama ini kami hanya rindu aktivitas berkesenian,” tutur Samsul Ridwan.
BAM memberi gairah baru para pelaku seni di tengah suasana menjalani normal baru pandemi Covid-19. Tingkat partisipasinya tidak juga meredup. Bahkan, ada geliat baru untuk bahu-membahu turut serta memamerkan setiap karya seni yang dimilikinya.
Selain merambah pameran daring, pameran ini juga bersifat luring atau di luar jaringan, yang tidak lain merupakan pameran fisik konvensional. Pameran luring di mana pun, seperti di kebun atau rumah milik para seniman, mendapat momentum karena disokong media sosial daring.
Tidak hanya para perupa, bahkan kolektor pun di dalam BAM diberi kesempatan untuk memamerkan koleksi mereka. “Sebagai seorang kolektor karya seni rupa, saya memiliki rasa tanggung jawab juga untuk terus menjaga seni untuk terus hidup,” ujar kolektor Rudi Lazuardi.
Selain itu, dipamerkan pula secara daring koleksi kolektor lainnya, Teddy Lazuardi, Prabu Perdana, dan Melanie Setiawan. Pameran koleksi para kolektor ini memiliki konsep "rumahmu museummu".
Tidak ada keramaian
Protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19 tetap jadi pegangan. BAM diselenggarakan dengan tidak ada keramaian atau kegiatan yang mendatangkan kerumunan banyak orang. “Walaupun ada pameran-pameran yang diselenggarakan offline (luring), tetap diupayakan tidak ada keramaian,” ujar Rifky Effendy.
Selain ada pembatasan pengunjung, masker atau lembar transparan pelindung wajah harus dikenakan. Seperti ditunjukkan Samsul Ridwan ketika berlangsung kegiatan melukis bersama di tengah pameran di rumahnya. Jumlah peserta tidak banyak dan semua mengenakan masker atau pelindung wajah.
Galeri-galeri yang membuka pameran luring juga menerapkan pembatasan jumlah pengunjung. Rifky menunjukkan foto-foto kegiatan pameran di Galeri Taman Budaya Bandung bertemakan CoRupture. Pengunjung pun tidak sampai berjejal.
Pameran daring karya pilihan para kurator turut mewarnai agenda BAM kali ini. Seperti kurator Yan Yan Sunarya dan Tyar Ratuannisa menyuguhkan pilihan karya Fajar Ciptandi, Sarif Gunawan, Cama Juli Ria, Gita Winata, dan Chandra Tresnadi.
Karya pilihan kurator Gumilar Ganjar dikemas dalam pameran The Populist Manifesto # 2. Karya pilihan curator Rizki A Zaelani dikemas dalam pameran Realism-Foresight. Ada lagi Abstract Painting – Beneath The Surface, dan pameran Islamic Art.
Sementara kurator Sandi Jaya Saputra mengemas karya pilihannya menjadi pameran Menghidupi Kehidupan. Kurator Hardiman memajang karya pilihannya menjadi pameran Potret Diri Masalah Kemanusiaan Tiga Perempuan Sunda. Beberapa kurator lainnya juga mengemas pilihan mereka dalam sejumlah pameran lain di ajang ini.
BAM 2020 menghadirkan wajah baru dunia seni rupa kita yang tetap penuh semangat di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang tidak menentu. Di balik tema “Edankeun”, di situlah sejatinya diraup seni yang bisa menjaga kewarasan.