Simfoni Metal Metallica
Harapan penggemar Metallica untuk menikmati kembali sajian klasik masa lalu kini terwujud, dan mereka mendapatkan lebih di album ”S&M2”.
Musik itu lentur dan bisa dipadupadankan. Ibarat tata busana, musik bisa dicampurkan dan membuat penampilan menjadi lebih menarik. Legenda musik metal asal Amerika, Metallica, sukses berkongsi dengan musik klasik. Mereka bahkan menghasilkan karya megah tersebut dua kali!
Pada tahun 1969, komposer musik klasik yang juga pemain kibor band rock Deep Purple, John Lord, berinisatif untuk memadukan dua karakter musik yang dia pahami. Deep Purple berkolaborasi dengan The Royal Philharmonic Orchestra London membuat rekaman musik The Concerto for Group and Orchestra.
Rekaman tersebut hanya menjadi proyek idealis saja. Kala itu tidak ada yang setuju jika jenis musik baru dengan bunyi-bunyian yang menggelegar akan cocok disandingkan dengan musik orkestra lengkap yang santun dan telanjur punya status sosial yang tinggi. Meski nyaris tak terdengar, konsep kolaborasi musik rock dan orkestra itu juga coba dimainkan oleh musisi lain, seperti band Procol Harum, Rick Wakeman (jebolan Yes), dan legenda musik rock progresif, Roger Waters.
Drumer Metallica, Lars Ulrich, ketika remaja menyimak kolaborasi simfoni-rock Deep Purple itu dan kemudian bercita-cita suatu saat akan membuat proyek musik yang serupa dalam bandnya. Bersama Metallica, Lars, James Hetfield (vokal, gitar), Kirk Hammett (gitar), dan Jason Newsted (bas) pada 1999 akhirnya mewujudkan cita-citanya. Metallica membuat sebuah konser orkestra bersama dengan San Francisco Symphony di Madison Square Garden, New York.
Konser yang dirilis fisik oleh Metallica dengan judul S&M itu bukan hanya menjadi pembuktian legenda musik metal ini bisa bangkit setelah satu dekade dikritisi habis-habisan karena mengubah gaya musik mereka pascaalbum ...And Justice For All (1988). Praktis, setelah merilis Black Album (1991), Metallica dinilai sudah selesai. Album-album berikutnya gagal memikat kembali hati penggemar Metallica yang telanjur terluka karena band yang mereka sayangi telah berubah.
S&M membongkar habis lagu Metallica dan menyusunnya kembali menjadi komposisi yang megah. Metallica menyajikan lagu kencang dan pelan, semuanya berpadu dengan indah dengan bunyi-bunyi orkestra yang tetap tampil elegan. Sebuah karya musik yang istimewa dan dimainkan oleh dua belah pihak yang mempunyai sejarah musik panjang dan terpuji.
Album S&M tersebut juga menjadi warisan dari konduktor San Francisco Symphony, Michael Kamen, yang meninggal pada 2003. Kolaborasi dengan Metallica adalah salah satu penampilan yang dicatat dengan tinta tebal bagi orkestra yang sudah ada sejak 1911 tersebut.
Proyek S&M di tahun 1999 adalah sebuah kenangan yang tak akan terlupakan bagi para penggemar Metallica. Meski album-album baru Metallica telah dirilis, sejumlah lagu di konser S&M, seperti ”The Memory Remains” dan ”No Leaf Clover”, versi simfoni akan melekat di otak. S&M adalah sebuah penanda zaman. Menutup abad dengan sebuah perpaduan musik yang mungkin tidak akan dilakukan oleh band metal lainnya.
Tidak ada yang pernah menyangka proyek S&M akan berlanjut. S&M telanjur menjadi prasasti, sebuah tonggak bersejarah. Gagasan untuk merekonstruksi proyek S&M bermula ketika kota San Francisco akan meresmikan sebuah gelanggang olahraga bernama Chase Center pada 2019. Chase Center adalah markas baru tim basket NBA, Golden State Warriors.
Metallica adalah warga kehormatan San Francisco dan kerap menjadi bintang tamu dalam pertandingan olahraga. Pesta pembukaan Chase Center itu menghadirkan Metallica, dan pihak Metallica merancangnya sebagai konser yang akan dikenang oleh penontonnya dengan melanjutkan konsep S&M. Ketika diumumkan ke publik, konser S&M2 menjadi kejutan yang luar biasa istimewa untuk menandai 20 tahun konser S&M.
Pertunjukan tersebut telah sukses digelar pada 6 dan 8 September 2019 dan menjadi salah satu pengalaman indera paling berkesan bagi mereka yang menyaksikan langsung. Rekaman konser tersebut telah ditayangkan di bioskop di Amerika Serikat pada Oktober 2019.
Ketika dunia dalam kondisi terpuruk akibat pandemi Covid-19, Metallica memberikan kabar yang bisa membangkitkan kebahagiaan dengan mengumumkan akan merilis konser S&M2 dalam berbagai format, yaitu audio berupa CD dan vinil serta video DVD dan Blu-ray. S&M2 dirilis pada 28 Agustus 2020 dan langsung menjadi topik bahasan yang belum berhenti. Mereka yang tidak bisa hadir saat konser kini bisa memanjakan mata dan telinga mereka untuk salah satu penampilan panggung terbaik di jagat raya.
Album S&M2 adalah replika album konser asli yang dirilis dua dekade sebelumnya dan disajikan dengan teknik panggung dan suara yang mutakhir. Harapan penggemar Metallica untuk menikmati kembali sajian klasik masa lalu kini terwujud, dan mereka mendapatkan lebih di album S&M2.
Saat berbincang dengan penyiar radio eksentrik Howard Stern dalam The Howard Stern Show, Agustus lalu, Metallica menggambarkan bahwa S&M2 telah mampu meleburkan batasan-batasan antardua kutub musik yang berbeda dan membuatnya selaras secara aransemen musik. Proses produksi konser S&M2 pun terbilang lebih lancar dan cair.
”Ketika membuat S&M tahun 1999, kami lumayan terintimidasi dengan gaya musisi orkestra yang harus tepat memainkan musik sejak awal hingga akhir, sementara Metallica sering berimprovisasi di tengah-tengah lagu. Namun, yang kedua (S&M2), kami lebih percaya diri dan lebih kreatif untuk melakukan berbagai kemungkinan” jelas James Hetfield.
San Francisco Symphony tampil lebih segar dengan hadirnya para musisi yang dipilih oleh direktur musik Michael Tilson Thomas. Saat membuat S&M pada tahun 1999, para personel Metallica saat itu berusia 30-an tahun bermain dengan para musisi yang rata-rata berusia di atas 50 tahun. Namun, kini sebagian besar anggota San Francisco Symphony berusia 20-an tahun.
Metallica menjadi mentor bagi musisi muda yang berbeda haluan dan meyakinkan mereka bahwa apa yang mereka mainkan bersama Metallica adalah sebuah komposisi musik yang istimewa. Musisi muda lebih mudah menerima perpaduan berbagai jenis musik sehingga proyek S&M2 lebih lancar penggarapannya.
Kemegahan S&M2 dibuka dengan musik skor film The Good, The Band, and The Ugly yang dibintangi aktor pemeran koboi Clint Eastwood. ”The Ecstasy of Gold” karya mendiang komposer Ennio Morricone itu selalu menjadi gerbang pembuka bagi pesta meriah Metallica. Permainan orkestra selama 2 menit 41 detik ini sama persis dengan konser dua puluh tahun lalu dan di sini kita bisa mendengarkan bahwa teknik perekaman audio sudah sangat maju dan mampu memunculkan suara yang lebih bersih dan jernih dengan detail mengagumkan.
Metallica memainkan konser yang secara mood hampir sama dengan masa dua puluh tahun lalu, mengganti beberapa lagu dengan lagu-lagu dari album baru mereka, Hardwired…to Self Destruct (2018). Lagu-lagu yang menjadi identitas Metallica, seperti ”One”, ”Enter Sandman”, ”Nothing Else Matters”, dan tentunya ”Master of Puppets”, menjadi pengatur alur kisah di dua konser S&M.
Sebagai tuan rumah, Metallica sangat mampu memuliakan tamunya dan membiarkan para musisi orkestra tersebut menyandingkan suara dari alat musik yang dimainkan untuk menemani irama gaspol khas Metallica. Metallica meleburkan San Francisco Symphony ke jiwa musik mereka, bukan sebagai pemanis suasana. Drama suara selama lebih dari dua jam ini menjadi sebuah cendera mata yang berharga bagi perjalanan musik dunia.
S&M2 menjadi lanjutan perjalanan kisah Metallica. Ketika band metal satu generasi dengan Metallica mulai memudar, mereka tetap membara dan tidak ada sedikit pun tanda akan berhenti. Dua dekade setelah S&M yang fenomenal, mereka kembali menciptakan sejarah yang sama untuk kedua kalinya. Mungkin saja, di dekade berikutnya mereka akan membuat trilogi S&M.