Meskipun tidak ditayangkan dalam suasana Lebaran, film ”Mudik” ternyata tetap asyik dinikmati. Apalagi, film hasil produksi Relate Films dan Lifelike Pictures ini lebih menyoroti perenungan tentang perjalanan hidup.
Oleh
MAWAR KUSUMA
·4 menit baca
Tak banyak film Tanah Air yang dikemas sebagai road movie atau film perjalanan. Film Mudik menjadi salah satu dari segelintir film panjang yang menggarap tema perjalanan itu. Kali ini, perjalanan tersebut menempuh jarak dari Jakarta hingga ke DI Yogyakarta dengan sebuah mobil dalam ritual mudik.
Meskipun tidak ditayangkan dalam suasana Lebaran, film Mudik ternyata tetap asyik dinikmati. Apalagi, film hasil produksi Relate Films dan Lifelike Pictures ini lebih menyoroti perenungan tentang perjalanan hidup. Jadi, penayangannya memang tak harus dibatasi oleh momentum khusus seperti Lebaran.
Perjalanan mudik yang dihadirkan tak melulu sekadar tradisi tahunan yang ”wajib” dilakukan demi menjalin silaturahmi dengan keluarga besar. Namun, mudik dalam film Mudik menjadi sebuah perjalanan ke dalam diri sendiri.
Sheila Timothy, selaku Produser Lifelike Pictures, menyebutnya sebagai sebuah perjalanan spiritual. Film ini sekaligus membawa penontonnya merenungkan tentang keputusan-keputusan pelik yang harus diambil dalam hidup. Keputusan yang sering kali terasa sesak, tetapi memberikan kelegaan dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Film Mudik adalah film karya Sutradara Adriyanto Dewo. Sebelumnya, Andriyanto pernah memenangkan penghargaan sebagai Sutradara Terbaik di Festival Film Indonesia 2014 lewat film Tabula Rasa. Mudik juga memenangkan Script Room for Feature Film Development Programme 2016 dari British Council. Film ini juga dibawa berkompetisi di 4th International Film Festival & Awards Macao (IFFAM) pada Desember 2019 serta CinemAsia Film Festival pada Maret 2020.
Film Mudik terasa makin spesial karena menjadi film Indonesia pertama yang tayang eksklusif di Mola TV sejak Jumat (28/8/2020). Dengan membayar hanya Rp 17.000, penggemar film Indonesia tak perlu berlangganan dan bisa langsung menonton film Mudik dalam batas waktu 24 jam setelah mendaftar.
Berperan sebagai bioskop digital, Mola TV bisa menjadi salah satu solusi di tengah pandemi ketika para produser film belum bisa menayangkan filmnya di bioskop. Perwakilan Mola TV, Mirwan Suwarso, menyebut bahwa Mola TV ingin turut terlibat dalam investasi bagi kemajuan film Indonesia. ”Semua pemasukan akan masuk ke produser,” tambahnya.
Elemen kejutan
Peluncuran film Mudik yang diproduseri oleh Perlita Desiani dan Sheila Timothy ini juga mengawali kerja sama jangka panjang antara Mola TV dan Lifelike Pictures hingga tahun 2022. Sheila menyebutkan, sudah menyiapkan dua series berjudul Detektif Soleh dan Angkringan yang pengambilan gambarnya akan segera dilakukan untuk kembali ditayangkan di Mola TV.
”Sebuah karya film akan menjadi sempurna ketika ia bertemu dengan penontonnya. Ini jadi alternatif ketemu penonton,” kata Sheila. Sebagai sebuah film perjalanan, kisah dimulai dari langkah berat yang diayun oleh Aida (Putri Ayudya) ketika harus menjemput suaminya, Firman (Ibnu Jamil), untuk memulai mudik bersama. Mereka memilih menempuh perjalanan darat dengan sebuah mobil keluarga. Nuansa konflik dihadirkan perlahan dengan perbincangan yang datar atau sekadarnya.
Sutradara Adriyanto yang juga menulis sendiri naskah cerita film ini menyebut, ia terngiang-ngiang pada banyak berita seputar mudik. Ia antara lain mengingat tentang banyaknya pemberitaan kecelakaan lalu lintas ketika pulang kampung. Tak heran jika ia lantas membubuhkan elemen kejutan berupa kecelakaan lalu lintas yang harus dihadapi oleh tokoh utama pasangan suami istri yang sedang berkonflik ini.
”Enggak ada beda dengan ketika menggarap film Tabula Rasa. Ide dan nulis sendiri sehingga adegannya sudah kebayang. Saya selalu mementingkan lebih ke develop karakter dan kolaborasi untuk memerankan aktor tersebut,” tambah Adriyanto yang sempat harus memakai kursi roda dalam proses produksi film karena kecelakaan lalu lintas yang dialami di sela shooting Mudik.
Kecelakaan pula yang menambah ruwet kisah perjalanan Aida dan Firman. Perjalanan mudik yang dimulai lima hari sebelum Lebaran pun akhirnya molor karena pengalaman tragis yang dialami tersebut. Kecelakaan lalu lintas pula yang mempertemukan pasangan ini dengan perempuan desa bernama Santi (Asmara Abigail).
Ditayangkan di masa pandemi, film ini sejatinya juga melalui riset yang cukup lama. Adriyanto pertama kali membuat riset tentang perjalanan mudik ini pada lima tahun lalu. Kala itu, ia dan produser berjalan menggunakan mobil dari Jakarta menuju Yogyakarta. Pengambilan gambar lantas dimulai pada 2018 dan rampung pada 2019. ”Apa yang dibela-belain mereka melakukan mudik ini?” tambahnya.
Sepanjang mobil
Konsekuensi dari mengusung genre film perjalanan, mayoritas adegan pun lantas dilakukan di dalam mobil. Ibnu Jamil mengaku harus ekstra berhati-hati membagi konsentrasi antara fokus menyetir di jalan raya yang ramai pada waktu malam serta berakting bersama lawan mainnya.
”Banyak shooting malam. Untuk lihat jalan memang kecil space gue,” kata Jamil yang menyetir dari Ibu Kota menuju Yogyakarta.
Perjalanan tersebut pun juga harus dilakukan dengan tenggat waktu demi mengejar momentum shalat Idul Adha di kawasan gumuk pasir di Bantul. Momentum shooting bertepatan dengan Lebaran Haji ini memang terbukti layak dikejar karena menghadirkan puncak gambar yang benar-benar merepresentasikan suasana Lebaran.
Sheila menyebut bahwa kisah dalam film ini bisa terhubung ke kisah hampir semua orang. Kisahnya adalah tentang bagaimana pergumulan dalam memutuskan sesuatu yang sulit, tetapi harus diambil. ”Bagaimana seseorang memutuskan apa yang baik buat dirimu? Adem nonton di tengah pandemi,” kata Sheila.
Setelah menonton, mau tak mau, kita akan melongok kembali ke kisah kehidupan diri sendiri. Tentang hal-hal yang belum diungkapkan. Tentang kejujuran dan bagaimana memaknai kebersamaan.