Paduan klakson bagai orkestrasi yang jenaka dengan vokalis-vokalis Kahitna sebagai konduktor. Penampil dan penonton sama-sama menjadi musisi.
Oleh
Dwi Bayu Radius
·5 menit baca
Danamon Optimal New Live! Experience memuaskan dahaga penggila konser akan hiburan yang absen berbulan-bulan lamanya. Pertunjukan Kahitna dan Project A yang digelar secara "drive-in" menebarkan nuansa berbeda di sela penerapan protokol kesehatan.
Mario Ginanjar membuka konser hari pertama di Jakarta International Expo itu dengan “Takkan Terganti”, Sabtu (29/8/2020) sekitar pukul 21.30. Spontan, suara merdu vokalis Kahitna itu meriuhkan Parkir Barat Jakarta International Expo. Bukan jeritan penonton yang lazimnya terdengar ketika para pemuja menyambut idola, melainkan klakson bersahut-sahutan. Di pelataran, ratusan mobil berjajar rapi.
Konser “34 Tahun Perjalanan Cinta Kahitna” itu lengkap dengan bergabungnya Hedi Yunus dan Carlo Saba. Trio itu menyanyikan lagu kedua, “Cerita Cinta”. Mereka lalu menyapa penonton yang direspons kelap-kelip lampu mobil.
“Coba nyalain lampu kabin jadi kita tahu ada siapa lewat Zoom,” ujar Hedi.
Mobil-mobil penonton konser ini memang terkoneksi dengan aplikasi telekonferensi. Para personel Kahitna pun bisa melihat gestur, wajah, bahkan goyangan fansnya dengan jelas. “Klakson yang keras untuk Yovie Widianto,” kata Hedi yang kembali disambut gegap gempita tuter.
Kahitna tancap gas lagi dengan “Merenda Kasih”, disusul “Aku, Dirimu, Dirinya”. Ruang terbatas dalam kabin tak berarti mengekang penonton. Mereka terlihat bernyanyi dengan gembira seraya tersenyum semringah.
Tetap Rupawan
Apa pun polah Kahitna, jawabannya tak lain dari klakson dan kedip lampu. Suasana semakin panas saat “Tentang Diriku” dan “Katakan Saja” dilantunkan. Hedi pun menyampaikan harapan. “Mudah-mudahan, kalau perayaan 35 tahun Kahitna diadakan, kami bisa bermain seperti biasa,” katanya diamini penonton.
Lalu, Kahitna mendendangkan “Tak Sebebas Merpati” yang romantis. “Silakan pegang tangan pasangannya. Genggam jemarinya,” kata Hedi sebelum melanjutkan dengan lagu “Permaisuriku”.
Hadir di konser drive in, penonton pun tak bersolek ala kadarnya. Mereka tetap rupawan. Topi fedora, polo, hingga gaun membuat penonton tampak modis. Sebagian dari mereka menyanyikan “Cinta Sudah Lewat” dan “Menanti” dengan syahdu seraya memejamkan mata.
Kahitna kembali menyalakan lagi keceriaan dengan “Setahun Kemarin” yang bertempo cepat. Gemuruh klakson lagi-lagi terdengar. Di jalan, kebisingan itu tentu bakal bikin senewen dan jengkel. Namun, di konser itu, deretan lampu mobil diiringi paduan klakson bagai orkestrasi yang jenaka dengan vokalis-vokalis Kahitna sebagai konduktor. Penampil dan penonton sama-sama menjadi musisi.
Hedi, Carlo, dan Mario pun tertawa-tawa saat mik yang diayunkan layaknya baton dirigen, diikuti riuh musikalisasi ingar-bingar tersebut. Mereka mempersembahkan “Soulmate”, “Untukku”, “Mantan Terindah”, dan menutup pertunjukannya selama 1,5 jam dengan “Cantik”.
Project A
Sama meriahnya dengan sambutan untuk Kahitna, konser Project A yang terdiri dari Armand Maulana dan Afgansyah Reza, keesokan harinya, ditingkahi harmonisasi klakson. Ulah penonton tak kalah seru. Layar besar di tepi panggung dimanfaatkan untuk memenuhi hasrat narsistik. Seorang penonton terlihat ekspresif menyanyi sembari memoyong-monyongkan bibirnya.
Armand membawakan “Tunggu di Sana” untuk membuka konser. Ia memberi aba-aba dengan tangannya untuk memimpin paduan tuter. Giliran Afgansyah tampil, “Lenggang Puspita” dilantunkan penyanyi yang kerap disapa Afgan itu.
Armand lalu bergabung dengan Afgan untuk melagukan “Cintaku”. Keduanya ternyata sama-sama mampu mengimbangi, bahkan meluruhkan bipolarisasi mereka. Arman lincah dan Afgan kalem. Duet bermetaforakan minyak dan air itu nyatanya larut dalam keselarasan irama. Manis bagai kopi susu.
“Mana klaksonnya? Lagi, ah. Tadi yang lagu pertama kayaknya kurang kompak” kata Armand sebelum menyuguhkan “Nakal”. Lagi-lagi, ia bersenda gurau dengan penonton. Ketukan di tengah lagu diwarnai klakson dua kali setiap memulai bait baru. Kecuali vokalis dan penyanyi latar, musisi-musisi lain tampak mengenakan pelindung wajah.
“Ini sejarah musik Indonesia. Kalian yang biasa nongkrong di depan panggung juga baru kali ini keluar walau dengan mobil,” kata Armand. Tanpa pementasan reguler hingga lima bulan dan format panggung yang baru, ia tak pelak sedikit canggung.
“Tepuk tangan semua. Eh, kok tepuk tangan. Klakson.. Klakson.. Sori.. Sori.. Belum terbiasa gue,” ucapnya sambil nyengir. Armand yang juga vokalis GIGI itu menyempatkan pula berswafoto dengan musisi-musisi lain di panggung. Klakson dari penonton yang tak sabar sesekali berbunyi.
“Lo ngapain klakson. Kagak masuk di foto. Sebelah kiri lampunya enggak dinyalain. Kenapa, akinya soak?,” kata Armand bergurau.
Ia juga menyanyikan lagu Afgan, “Katakan Tidak” dilanjutkan hitnya sendiri, “Hanya Engkau yang Bisa”. Sementara, Afgan menyanyikan hit GIGI, “Kuingin” dalam kesempatan berbeda.
Gita-gita lain bergantian dinyanyikan berpasangan atau tunggal seperti “11 Januari”, “Kamu”, “Bawa Daku Pergi”, dan “Bukan Cinta Biasa”. Duo berkacamata itu menutup konser dengan “Panah Asmara” sambil berfoto bersama dan kembang api pun mengangkasa.
Tiket Ludes
“Tiket hari pertama untuk 300 mobil, ludes. Kalau hari kedua, 240 mobil datang,” ujar Chief Executive Officer Berlian Entertainment Dino Hamid. Ia mempromotori konser itu bersama Mata Elang Productions dan Mahaka Radio Integra. Harga tiket normal untuk konser Kahitna mulai Rp 577.500 per mobil dan Project A mulai Rp 787.500 per mobil.
Harga itu untuk mobil yang diisi dua penonton. Jika hendak menambah penumpang, jumlahnya hanya diperkenankan satu orang. “Semua kendaraan diperiksa sesuai protokol kesehatan. Suhu penonton juga dicek. Maksimal 37,2 derajat Celcius,” ucapnya.
Kiara Mayang (37) luar biasa gembira bisa menonton konser lagi. Apalagi, desainer busana itu belum pernah menonton drive-in. “Kangen banget nonton konser. Serunya beda sama konser biasa, tapi tetap senang. Tepuk tangan diganti klakson,” ujarnya.
Rindu Kiara terobati sekaligus tetap merasa aman dengan protokol kesehatan. Warga Kebayoran Lama, Jakarta itu menonton konser Kahitna dan Project A. “Bisa banget tetap asyik joget dan nyanyi dalam mobil. Idenya bagus dan pas di masa pandemi,” ucapnya.
Kiara juga menyambut pemasangan aplikasi telekonferensi dengan gembira. Semua penonton bisa bergabung. Sesekali, muka mereka tampil di layar. “Kita berlomba-lomba joget. Kebetulan, atap mobil saya bisa dibuka jadi separuh badan bisa keluar,” katanya.