Video pendek menantang kreator untuk menyampaikan materi sesederhana mungkin dalam waktu singkat. Ini sekaligus menguji kemampuan kreator dalam penguasaan ilmu yang hendak dibagi.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selain untuk hiburan, video pendek bisa dimanfaatkan sebagai sarana alternatif edukasi. Hal ini sejalan dengan tingginya minat publik terhadap konten visual di platform digital.
Menurut laporan Digital: 2020 oleh We Are Social dan Hootsuite, penduduk dunia suka menonton video daring (90 persen), menonton vlog (51 persen), mendengarkan musik atau menggunakan layanan streaming (70 pesen), mendengarkan radio daring (47 persen), dan mendengarkan podcast (41 persen). Kegemaran menonton video daring juga terjadi pada pengguna internet di Indonesia.
Platform video pendek TikTok Indonesia mencatat, pengguna rata-rata membuka aplikasi TikTok lima kali dalam sehari. Rata-rata pengguna menonton lebih dari 100 video sehari. Dalam sebulan, TikTok memperoleh lebih dari 30 miliar tampilan (views) per bulan.
Head of User and Content Operations TikTok Indonesia Angga Anugrah Putra mengatakan, video pendek digemari karena publik bisa belajar banyak hal baru. Publik juga bisa menemukan minat baru dari video pendek. Beberapa topik video yang digemari adalah komedi, kesehatan, makanan, dan edukasi.
”Video pendek pun relevan dengan konteks anak muda saat ini. Sebab, attention span (rentang atensi) milenial dan generasi Z cukup pendek, masing-masing 12 detik dan 8 detik. Mereka juga generasi yang sangat visual. Saya harap video pendek bisa jadi opsi memperoleh pembelajaran baru,” kata Angga pada pertemuan virtual, Rabu (29/7/2020).
Sejumlah konten edukasi kini ramai dibagikan para pengguna TikTok, beberapa di antaranya mengenai sains, teknologi, pemasaran, serta teknik menggambar dan menyanyi. Materi edukasi bisa ditemui dengan tagar #SamaSamaBelajar. Angga mengatakan, tagar ini telah ditonton 70 juta kali per hari ini.
”Video edukasi memberi nilai tambah pada audiens. Jadi, mereka tidak hanya menonton untuk membunuh waktu, tetapi juga mendapat inspirasi. Platform ini bisa digunakan semua komunitas, bahkan kalangan profesional,” kata Angga.
Detik awal
Pelatih vokal yang aktif membagikan video tutorial menyanyi, Indra Aziz, mengatakan, video pendek harus dibuat secara efektif. Materi yang disampaikan harus efektif, yakni singkat dan padat. Untuk itu, kreator video perlu memanfaatkan detik-detik awal video sebaik mungkin.
Video pendek yang dibagikan di TikTok dan media sosial lain umumnya berkisar 15 detik hingga 1 menit. Indra mengatakan, agar pemanfaatan waktu pada video efektif, kreator perlu mengenal target audiens yang dituju.
Video edukasi memberi nilai tambah pada audiens. Jadi, mereka tidak hanya menonton untuk membunuh waktu, tetapi juga mendapat inspirasi. Platform ini bisa digunakan semua komunitas, bahkan kalangan profesional.
”Gunakan detik-detik pertama untuk menarik perhatian penonton. Di salah satu video, saya melakukan beatbox sejak detik awal. Mungkin ini yang menarik perhatian penonton karena beatbox adalah materi yang tidak biasa dibagikan,” ujar Indra.
Sutradara dan penulis naskah Jason Iskandar berpendapat, video pendek menantang kreator menyampaikan materi sesederhana mungkin dalam waktu singkat. Ini sekaligus menguji kemampuan kreator dalam penguasaan ilmu yang hendak dibagi.
”Video pendek menjadi introduksi hal yang ingin dipelajari. Video pendek memberi gambaran besar atas apa yang perlu dipahami pertama kali. Jika orangnya tertarik belajar lebih dalam, mereka bisa membaca buku dan mencari sumber lain,” kata Jason.
Ia berpendapat, membuat video pendek bisa jadi sarana berlatih membuat film pendek. Orang-orang bisa belajar menuturkan cerita secara padat.
Sebelumnya,Direktur Pengembangan Bisnis Mobvista Asia Tenggara Vivi Wong mengatakan, detik pertama dalam video berperan untuk menyampaikan ikon atau visualisasi dari sebuah merek. Detik ketiga menyampaikan hal yang harus diekspektasi audiens. Detik kelima adalah masa puncak (golden second) untuk menyampaikan klimaks suatu konten. Sementara itu, detik kesembilan untuk menyampaikan sorotan, twist, dan/atau kesimpulan (Kompas, 17/10/2020).
”Durasi video sangat penting. Lima detik pertama adalah masa paling kritis. Dalam video, biasanya audiens menginginkan aspek emosional yang membahagiakan, enak dipandang, informatif, dan memancing keingintahuan,” kata Vivi.