Didi Kempot meminta sobat ambyar tidak mudik Lebaran demi mencegah penyebaran wabah Covid-19. Musisi lain ramai-ramai membuka ruang pribadi menggalang dana kemanusiaan. Dalam masa krisis, seni memegang peran penting.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·5 menit baca
Didi Kempot tak cuma berpengaruh bagi kaum patah hati. Penggemarnya banyak juga para perantau, yang pada hari-hari ini semestinya sudah punya rencana mudik Lebaran. Tetapi, demi mencegah makin meluasnya penyebaran wabah Covid-19, ”Sang Godfather” meminta mereka mengurungkan rencana itu.
”Mak, Bapak, aku ora iso mulih/bakdo iki atiku sedih/Mak, Bapak, aku ora teko/neng kene aku isih kerjo//” begitu bagian awal lagu ”Ora Iso Mulih” atau tak bisa pulang. Lagu itu menceritakan pekerja yang harus tetap berada di tanah rantau alias tak bisa mudik Lebaran. Dalam lagu, penyebab tak bisa mudik adalah keharusan bekerja dan juga kekurangan ongkos. O, betapa nestapa.
Klip video ”Ora Iso Mulih” itu ditayangkan di kanal Youtube resmi Didi Kempot pada Mei 2019 atau tiga hari sebelum hari raya Idul Fitri tahun lalu. Penggemarnya, apalagi yang perantau, seolah disuarakan kegundahan hatinya oleh penyanyi bernama lahir Didi Prasetyo itu.
Tembang itu jadi punya arti amat penting di masa karantina demi mencegah penyebaran wabah Covid-19 yang terjadi saat ini. Apalagi, Lebaran akan jatuh tak sampai dua bulan lagi (23-24 Mei). Perpindahan manusia besar-besaran dalam setiap peristiwa mudik hari raya membayang di depan mata. Wabah berpotensi meluas.
Didi membawakan lagu ”Ora Iso Mulih” dalam acara Konser Amal dari Rumah pada Sabtu (11/4/2020). Pertunjukan selama tiga jam itu ditayangkan langsung baik lewat saluran televisi konvensional Kompas TV maupun jalur internet. Jadi, konser itu bisa disaksikan para penggemar ”The Godfather of the Broken Heart” itu dari mana pun, termasuk dari luar Indonesia.
”Lebaran kali ini lebih bijak tidak mudik. Tidak apa-apa. Orang yang di rumah (kampung) pasti bisa paham,” kata Didi dalam bahasa Jawa. Sepanjang konser, setidaknya yang terlihat di layar kaca, Didi mengenakan blangkon dengan masker berwarna merah jambu menempel di dagunya. Segenap pemain musik di belakangnya juga menggantungkan masker hijau mereka.
Dalam konser ini, Didi sepertinya memberi garis tebal pada lagu ”Ora Iso Mulih” itu. Pesannya memang sedemikian gamblang: jangan mudik dulu. Didi membawakan lagu itu dua kali berturut-turut. Jeda di antaranya diisi tayangan percakapan telepon antara penggemarnya, Fandi Ahmad di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, dan ibundanya di Semarang, Jawa Tengah.
Fandi, yang pakai kaus ”Sobat Ambyar” itu, minta izin kepada sang ibu untuk tidak pulang mudik pada Lebaran tahun ini. Suasana menjadi haru saat sang ibu bisa mengerti keputusan putranya, kendati berat hati, karena setiap Lebaran Fandi selalu mengupayakan pulang kampung. Percakapan keduanya ditutup dengan saling mendaraskan doa kesehatan dan keselamatan.
Imbauan pemerintah
Sebelum percakapan yang bikin patah hati alias ambyar itu, Kompas TV menayangkan cuplikan video dari Gubernur DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat yang sama-sama mengimbau warganya untuk tetap di rumah dan tidak pulang kampung. Pesan seperti ini berulang-ulang disampaikan Didi, juga pemandu acara, Rosiana Silalahi, dari Jakarta.
Menjelang acara berakhir, melalui sambungan telepon, Presiden Joko Widodo mengapresiasi pesan untuk tidak mudik yang diusung Didi Kempot bagi jutaan penggemarnya di seluruh Indonesia dan juga luar negeri.
”Terima kasih Mas Didi Kempot yang juga telah memulai sesuatu yang baru, yaitu konser dari rumah. Ini sesuai dengan anjuran pemerintah, bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah,” ujarnya. Imbauan untuk tidak mudik ditujukan Jokowi bagi aparatur pemerintah, tidak kepada masyarakat umum—sikap yang masih dinanti banyak orang saat ini.
Sejak konser dimulai pukul 19.00, Didi Kempot membawakan 14 lagu, ditambah dua lagu dalam bentuk tayangan videoklip. Salah satu videoklip itu adalah lagu baru ”Tamba Teka, Lara Lunga”, yang syairnya berisi doa kepada Yang Kuasa. Didi menulisnya dalam bahasa Jawa halus, yang kalau diterjemahkan kira-kira berbunyi, ”Ya Tuhan, singkirkan penyakit yang ada di negeri kami, limpahkan welas asih kepada kami.”
Lagu lain yang dibawakan Didi dari studio di Solo pada malam itu merupakan nomor populernya. Pertunjukan dibuka dengan lagu ”Stasiun Balapan”. Lantas bergantian melantun lagu seperti ”Layang Kangen”, ”Suket Teki”, ”Kalung Emas”, ”Sewu Kutho”, ”Kangen Nickerie”, ”Banyu Langit”, dan tentu saja ”Cidro”. Penonton, seperti terlihat dalam tayangan video di televisi ataupun di media sosial, berjoget di rumah.
Menuai donasi
Selain mengutarakan pesan untuk tidak mudik, konser Didi kali itu juga mengumpulkan sumbangan bagi kelompok masyarakat yang kesusahan terdampak karantina wabah Covid-19. Baru jalan satu lagu, sumbangan sudah terkumpul Rp 1 miliar. Di akhir acara, sumbangan mencapai Rp 5 miliar lebih dari sekitar 30.000 transaksi melalui saluran Kitabisa.com dan rekening Kompas TV.
Nominal sumbangan amat beragam: ada yang menyumbang Rp 2,5 juta, ada pula yang Rp 19.000. ”Berapa pun donasi Anda pasti memberi manfaat bagi saudara-saudara kita,” begitu ucap Didi berkali-kali.
Pada saat bersamaan, band rock Navicula kembali menggelar konser dari rumah tiap personel di Bali. Konser tanpa penonton itu ditayangkan melalui siaran langsung di kanal Youtube Naviculamusic. Sebelumnya, konser tanpa penonton pernah dihelat Navicula pada 20 Maret untuk menggaungkan imbauan berdiam di rumah.
Pada konser dari rumah bertajuk Corona Concert II: Accoustic Show ini, Gede Robi dan kawan-kawan tampil dalam format akustik. Keempat anggota band, ditambah seorang pemain kibor, benar-benar tampil dari rumah masing-masing. Ada yang dari ruang tamu, ada yang dari selasar rumah, ada pula yang dari kamar tidur. Meski terpisah, kualitas audio dan video mereka jempolan. Nomor macam ”Dead Trees”, ”Busur Hujan”, dan ”Is Me” mengalir jernih.
Navicula mengerjakan konser ini bersama dengan lembaga Kopernik, disokong perusahaan produk minuman. Mereka juga membuka donasi guna membiayai pembuatan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan yang merawat pasien Covid-19.
Sejak virus itu mewabah, sejumlah musisi marak membuka ruang pribadi—studio ataupun rumah—sebagai panggung dadakan. Sebagian kecil di antaranya adalah Iwan Fals, Ardhito Pramono, Mondo Gascaro, Stars and Rabbit, Dipha Barus, Eva Celia, dan Adhitia Sofyan. Mereka membuka keran sumbangan buat yang membutuhkan, sekaligus menghibur penggemar yang berusaha waras di rumah. Dalam situasi krisis seperti ini, seni bisa berperan penting.