Pandemi Covid-19 memengaruhi performa berbagai industri di Amerika Serikat. Industri musik merupakan satu dari sekian industri yang terdampak parah.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Bagaimana kondisi layanan streaming musik di Amerika Serikat di tengah pandemi Covid-19? Setelah sempat menurun, layanan streaming akhirnya kembali bergeliat.
Billboard, pada Selasa (7/4/2020), melaporkan, setelah dua minggu menurun, layanan streaming musik di AS tumbuh 2 persen menjadi 24,8 miliar streams (pengakses) selama 27 Maret-2 April 2020. Secara keseluruhan, layanan streaming tumbuh 18,9 persen menjadi 316,9 miliar streams sejak awal tahun.
Jika ditelaah lebih jauh, streaming katalog musik tumbuh lebih tinggi dari musik baru yang berusia kurang dari 18 bulan. Streaming katalog musik tumbuh 2,6 persen selama 27 Maret-2 April 2020 atau 20,5 persen sejak awal tahun.
”Kami sedang melihat bukti konsumen \'menggali\' sedikit lebih dalam katalog musik yang lebih tua dari 18 bulan. Konsumsi katalog audio dan video tercatat mencapai titik tertinggi dalam enam minggu terakhir. Streaming katalog musik mencakup 64,5 persen dari total streaming musik per 2 April, tertinggi sejak 13 Februari,” kata Kepala Analitik dan Wawasan MRC Data/Nielsen Music, David Bakula.
Sementara itu, penjualan album naik tipis 0,5 persen selama 27 Maret-2 April 2020, yaitu sebesar 12,54 juta kopi. Secara keseluruhan, jumlah penjualan album tumbuh 9,3 persen sejak awal tahun, yaitu sebanyak 177,2 juta kopi.
Untuk rinciannya, penjualan album fisik turun 11,6 persen. Penjualan album dalam bentuk CD turun 20,9 persen dan dalam bentuk vinyl tumbuh 17,7 persen. Sementara penjualan album digital tumbuh tipis menjadi 814.000 unduhan dan lagu singel tumbuh 9,3 persen menjadi 5,03 juta unduhan.
Adapun musik klasik, folk, dan musik anak-anak merupakan genre yang populer hampir sepanjang Maret 2020. Belakangan, genre musik lainnya baru kembali mengalami tren peningkatan popularitas, seperti musik Latin, rock, country, pop, R&B, dan hip-hop.
Sempat turun
Sebelumnya, penjualan musik digital dan layanan musik streaming di Amerika Serikat tercatat sempat menurun. Padahal, pembatasan sosial dan karantina mandiri biasanya membuat orang mengalihkan kegiatan untuk berselancar di dunia maya.
Alpha Data mencatat, layanan streaming turun 7,66 persen selama 13-19 Maret 2020, jauh lebih besar dibandingkan penurunan sebesar 2 persen pada 6-12 Maret 2020. Alpha Data adalah penyedia data analisis bagi Rolling Stone, Variety, dan Music Business Worldwide.
Penurunan seperti ini jarang terjadi. Biasanya, fenomena ini baru terjadi pada minggu-minggu setelah perayaan hari Natal ketika masyarakat mulai kembali melakukan streaming musik secara normal pasca minggu perayaan yang sibuk.
Sejumlah petinggi perusahaan musik sebenarnya tidak kaget dengan penurunan tersebut. Masyarakat biasanya melakukan streaming musik ketika bekerja, berolahraga, atau perjalanan menuju sekolah dan kantor pada hari normal. Namun, kebiasaan itu berubah setelah pemberlakuan pembatasan sosial dan karantina mandiri akibat Covid-19.
Masyarakat di rumah lebih memilih untuk mengakses televisi untuk mencari berita mengenai pandemi Covid-19, menonton film secara streaming, atau berinteraksi dengan keluarga. Nielsen Media Research melaporkan kenaikan 60 persen menonton televisi dalam sepekan per 20 Maret 2020.
Pendiri dan CEO Empire Ghazi Shami juga menyoroti perubahan kecenderungan pelanggan dalam mendengarkan musik selama pembatasan sosial. Empire adalah sebuah perusahaan label rekaman yang berkantor di San Fransisco, AS.
”Anak-anak sudah di rumah. Anda memiliki empat orang dalam satu rumah. Anda kemungkinan besar akan mendengarkan hal yang sama, daripada semua orang mendengarkan hal yang berbeda,” kata Shami.
Pengaruh streaming
Sejumlah pelaku usaha di industri musik menganggap tren penurunan atau kenaikan jumlah streaming sebetulnya tidak terlalu berpengaruh terhadap profit bisnis. Mereka justru lebih mengkhawatirkan prospek penjualan album dan digital atau pendaftaran pelanggan layanan streaming baru.
”Hal utama bagi industri ini adalah (penurunan streaming) mungkin tidak mengganggu pendapatan karena kebanyakan orang tidak mematikan akun Spotify, Apple Music, Amazon, atau Youtube. Pertanyaan yang lebih besar adalah apakah perusahaan-perusahaan partner ini masih memperoleh pelanggan baru. Untuk saat ini, pendapatan tetap sama,” kata seorang pejabat label musik, tanpa menyebutkan nama.
Meski demikian, bagi beberapa musisi, layanan streaming musik sangat berpengaruh pada keberlangsungan mereka mengingat Covid-19 memaksa mereka untuk membatalkan konser dan tur. Apalagi, pandemi ini juga tampaknya belum akan berakhir dalam waktu dekat.
Musisi Evan Greer, misalnya, membuat petisi di actionnetwork.org agar Spotify meningkatkan royalti musisi. Tuntutan ini dinilai Greer masuk akal mengingat jumlah streaming meningkat selama pembatasan sosial. ”Ini adalah saat ketika perusahaan teknologi besar perlu melakukan bagian mereka untuk membantu,” tulisnya. (BILLBOARD/ROLLING STONE/VARIETY)