Sonic, si landak biru, terdampar di Bumi. Dia harus melawan Dr Robotnik yang ingin menguasai kekuatan larinya yang super cepat. ”Sonic the Hedgehog” meraup pendapatan terbesar pada pekan pertamanya untuk film gim video.
Oleh
Fransisca Romana Ninik
·5 menit baca
PARAMOUNT PICTURES
Film Sonic the Hedgehog
Memuaskan pemirsa film yang diadaptasi dari gim video terbukti sangat menantang, terutama para penggemar permainan tersebut. Setelah dikritik dan ditunda, si landak biru, Sonic the Hedgehoge, siap menghibur dengan kecepatan supernya.
Perjalanan Sonic tampil di layar lebar mengalami beberapa kali penundaan dengan beragam alasan. Awalnya Sonic the Hedgehog akan dirilis oleh Sony Pictures Releasing di bawah label Columbia Pictures pada 2018. Namun, setelah produksinya diambil alih Paramount Pictures, rilis ditunda pada November 2019.
Setelah cuplikan pertama ditayangkan, para penggemar langsung menyerbu dengan pernyataan ketidakpuasan terhadap penggambaran Sonic. Akhirnya, sang sutradara, Jeff Fowler, kembali ke meja gambar dan membenahi penampilan Sonic hingga akhirnya dirilis perdana di Amerika Serikat pada 14 Februari 2020. Di Indonesia, Sonic menjumpai penggemarnya pada pekan terakhir Februari.
Sonic the Hedgehog adalah sebuah seri gim video Jepang milik perusahaan Sega. Permainan Sonic pertama dirilis tahun 1991, bersaing dengan maskot Nintendo, Mario. Permainan Sonic pada dasarnya mengikuti upaya Sonic untuk menghentikan ilmuwan gila, Eggman, yang mencari Emerald untuk menguasai dunia. Eggman, oleh Sega of America, diberi nama Robotnik.
Dalam film Sonic the Hedgehog, penonton disuguhi alur cerita serupa. Sonic (suaranya diisi Ben Schwartz) harus lari dari planetnya dan terdampar sendirian di Bumi. Dipicu kejengkelan karena selalu sendirian, Sonic menyebabkan listrik di sebagian besar wilayah padam.
Militer yang ketakutan memerintahkan Dr Robotnik (Jim Carrey) untuk menyelidiki dan mencari tahu dalang peristiwa tersebut. Sonic mencari bantuan kepada sherif setempat, Tom Wachowski (James Marsden), melawan Robotnik yang ingin menyerap kekuatan tak terhingga Sonic untuk menguasai dunia.
Tidak banyak keistimewaan dalam alur sederhana yang mudah ditebak tersebut. Namun, beberapa detail membuat film ini cukup menarik. Pengenalan planet tempat tinggal dibuat serupa dengan dalam gim video, dengan lintasan meliuk-liuk dan loop tempat Sonic berlarian super cepat hingga hanya menyisakan garis biru berpendar.
Schwartz juga bisa menggambarkan karakter Sonic melalui suaranya, dengan energi dan antusiasme yang seakan tiada habisnya. Pujian diberikan justru kepada Carrey, yang beberapa lama absen dari sorotan kamera.
Perannya sebagai Robotnik, dengan kumis kaku melintang terpuntir pada ujungnya, ditambah cara berbicaranya yang merendahkan tetapi mengundang tawa, memberi bumbu lebih sedap pada film tersebut.
Carrey dikenal piawai membawakan peran dengan karakter komedi nan konyol, seperti dalam Ace Ventura, Dumb and Dumber, dan The Mask. Kali ini pun kegilaan Robotnik yang memimpin sepasukan drone canggih tersampaikan dengan baik.
Demi penggemar
sejumlah kritikus mengakui, film Sonic the Hedgehog rasa-rasanya dibuat demi memuaskan penggemarnya, terutama mereka yang pernah mengenal dan memainkan gim video tersebut saat tumbuh besar. Mereka akan sangat terhubung dengan karakter landak biru tersebut dan bisa dipastikan terusik memorinya saat memegang konsol.
PARAMOUNT PICTURES
Film Sonic the Hedgehog
Kalaupun kita bukan penggemar atau pemain gim video tersebut, film dengan tema keluarga tersebut tetap bisa diikuti. Humor bisa membuat kita cekikikan. Cinta bisa membuat kita merasa hangat.
Redesain tokoh Sonic agar lebih mirip bentuknya di gim video juga semata-mata demi kepuasan penggemar. Fowler bermain-main dengan ranah ini. Terbukti antusiasme penonton meningkat setelah penampilan baru Sonic muncul.
Ini bisa dilihat dari perolehan Sonic the Hedgehog pada pekan pertama pemutarannya. Seperti dilansir The New York Times, film ini meraup pendapatan 57 juta dollar AS di pasar domestik dan 100 juta dollar AS secara global dibandingkan dengan biaya pembuatannya yang mencapai 87 juta dollar AS.
Dengan angka tersebut, Sonic the Hedgehog sukses merajai box office dan menggeser aksi Harley Quinn dan kawan-kawan dalam Birds of Prey yang memuncaki box office selama beberapa pekan. Perolehan tersebut juga menobatkan Sonic the Hedgehog sebagai film adaptasi gim video dengan pendapatan awal terbesar sepanjang sejarah.
Tidak banyak film adaptasi gim video, terutama jenis live-action, yang bisa melakukannya. Malah, alih-alih sukses, banyak film adaptasi gim video mendapat tanggapan kurang menyenangkan.
Salah satu yang berhasil sebelumnya adalah Detective Pikachu (2019) yang dibuat berdasarkan waralaba Pokemon ciptaan Satoshi Tajiri serta diadaptasi dari gim video berjudul sama tahun 2016. Film ini secara umum mendapat tanggapan positif dan meraup pendapatan lebih dari 433 juta dollar AS di seluruh dunia.
Sejak Super Mario Bros dirilis pada Mei 1993, sudah puluhan gim video diadaptasi menjadi film layar lebar, bahkan beberapa di antaranya memiliki sekuel. Sekadar menyebut ada Mortal Kombat (1995), Lara Croft: Tomb Raider (2001) yang dibintangi Angelina Jolie, Resident Evil (2002) bersama Milla Jovovic, Prince of Persia: The Sands of Time (2010) dengan bintang utama Jake Gylenhall, serta Rampage (2018) yang dibintangi Dwayne Johnson.
The Guardian dalam artikelnya, ”Are there any good movies based on video games” (10 Mei 2019), menyebutkan, kutukan film gim video telah lama tercatat. Stigma bahwa tidak mungkin membuat film bagus dari adaptasi gim video, berapa pun banyaknya uang yang dihamburkan, dan siapa pun aktor yang memerankan, juga mencengkeram genre film tersebut.
Film-film tersebut dinilai sebatas menyuguhkan nostalgia, tidak lebih. Namun, Detective Pikachu dan kini Sonic the Hedgehog bisa melampaui batasan tersebut. Setidaknya, suguhan nostalgia yang digarap dengan baik. Cerita yang menyentuh, visual yang menarik, dan kedekatan yang dibangun dengan penonton, membuat si landak berbulu biru ini melesat ke atas secepat larinya.