Sebuah Perjalanan Menyembuhkan Diri
Mengabaikan setiap emosi akibat suatu peristiwa hidup sama saja dengan menunggu bom waktu.

Poster film Milea: Suara dari Dilan dipasang di salah satu bioskop di Indonesia, Jakarta, Sabtu (15/2/2020). Film yang mulai tayang pada 13 Februari 2020 ini merupakan film terakhir dari seri trilogi Dilan.
Melalui film Milea: Suara dari Dilan dan Toko Barang Mantan, penonton diajak untuk menelaah kembali permasalahan yang belum usai di masa lalu dan melakukan sebuah perjalanan untuk menyembuhkan luka.
Film Milea: Suara dari Dilan bercerita mengenai hubungan kasih antara Dilan (diperankan oleh Iqbaal Ramadhan) dan Milea (diperankan oleh Vanesha Prescilla) semasa SMA hingga kuliah. Film yang tayang pada 13 Februari 2020 ini, sehari menjelang Hari Kasih Sayang, merupakan film terakhir dari seri trilogi Dilan.
Dalam dua film sebelumnya, Dilan 1990 dan Dilan 1991, sudut pandang cerita mengenai hubungan mereka diambil dari karakter Milea. Adapun film terakhir ini mengambil perspektif Dilan.
Milea: Suara dari Dilan, yang diproduksi oleh Max Pictures, mengajak penonton untuk memahami karakter Dilan mulai dari masa kecil, hubungan dengan keluarga, hingga akhirnya jatuh cinta dengan Milea. Film ini juga menjelaskan relasi Dilan sebagai ”panglima tempur” dan interaksi dengan teman-temannya anggota geng motor.
Kalau dalam dua film sebelumnya penuh dengan rayuan gombal dan adegan jenaka, film pamungkas ini justru memperlihatkan adegan-adegan yang menguras emosi. Kerapuhan Dilan, misalnya, terlihat ketika sahabatnya, Akew, mati. Kepedihannya bertambah karena Milea justru menjauh.
”Aku benar-benar butuh Milea saat itu. Kehilangan sahabat sungguh menyakitkan. Lebih menyakitkan saat kehilangan sahabat tidak ada yang duduk di sampingmu menguatkan,” tutur Dilan.
Sejak dulu, Milea tidak suka Dilan menjadi anggota geng motor dan pernah terang-terangan meminta Dilan mundur dari geng itu. Perbedaan pandangan mereka tentang geng motor menjadi pangkal permasalahan hubungan Dilan dan Milea.
Milea menganggap geng motor punya citra buruk karena identik dengan aksi kekerasan, sedangkan Dilan memandang geng motor sebagai bagian dari hidupnya. Hubungan Dilan dan Milea merenggang sejak kematian Akew karena Milea mengira Dilan terlibat dalam insiden itu. Padahal, Dilan tidak tahu-menahu. Mereka akhirnya putus.

Salah satu adegan romantis Dilan dan Milea di film Dilan 1991.
Hal menarik dari film Milea: Suara dari Dilan adalah bagaimana Dilan berusaha keluar dari unfinished business alias hubungan masa lalu yang belum selesai dengan Milea. Meskipun masih mencintai Milea, Dilan berusaha menerima kenyataan bahwa dirinya tidak lagi bersama Milea.
Dilan menunjukkan kesadaran terhadap setiap emosi yang dirasakannya terhadap Milea. Dia mengaku sedih ketika Milea mengabaikannya. Dilan juga mengakui pada saat-saat tertentu ia merindukan Milea. ”Putus dari Lia adalah sesuatu yang mengejutkan, aku tidak tahu harus berbuat apa. Energiku seperti sudah habis,” katanya.
Tidak hanya mengakui, Dilan juga menunjukkan sikap bahwa dirinya telah menerima kenyataan Milea telah menggandeng pacar baru. Dilan dengan tegar berkenalan dengan pacar Milea. Hancurnya hati Dilan hanya terlihat dari sorot matanya yang berkaca-kaca ketika berbincang dengan Milea melalui telepon seusai berpisah.
Kedewasaan Dilan untuk menerima kenyataan juga terlihat dalam berbagai tindakannya. Dilan tetap melanjutkan pendidikan di sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta. Ia juga sempat magang di sebuah perusahaan di Jakarta. Dilan juga tetap menjalin hubungan dengan teman-teman dengan ikut dalam reuni SMA-nya di Bandung meskipun harus bertemu Milea dan pacar barunya.
”Dulu aku mikir akan selamanya bersama kamu. Sama sekali tidak terpikir berpisah. Tetapi, itulah kenyataan. Semoga kita kuat, sekuat kehidupan. Kegagalan tidak berarti kekalahan. Terima kasih Lia, sekarang yang tetap di dalam diriku adalah kenangan. Di sanalah kamu selalu,” ujar Dilan.
Menanggapi perpisahan
Film komedi romantis Toko Barang Mantan turut bercerita mengenai bagaimana mantan sejoli bergelut menanggapi perpisahan mereka. Tristan (diperankan oleh Reza Rahadian) memutuskan untuk membuka toko jual-beli barang bagi orang-orang yang ingin melupakan mantannya. Tristan bahkan rela meninggalkan bangku kuliah untuk fokus pada toko itu.
Film yang tayang pada 20 Februari 2020 ini menunjukan, meskipun terlihat cuek, Tristan sebenarnya memiliki kisah percintaan yang pahit. Hubungannya berakhir tanpa kata putus dengan teman kuliahnya, Laras (diperankan oleh Marsha Timothy).
Hidup Tristan kembali jungkir balik ketika Laras muncul lagi dalam hidupnya. Laras berkunjung ke tokonya untuk menyampaikan undangan pernikahan. Terpana melihat Laras, Tristan sadar dirinya belum bisa melupakan Laras.
Tristan berupaya merebut hati Laras kembali, mengingat Laras akhirnya batal menikah. Strateginya adalah menyukseskan tokonya dengan segala cara meskipun harus berbohong kepada pelanggan mengenai barang jualannya.
Di tengah perjuangan Tristan, Laras kembali teringat alasan meninggalkan Tristan. Laras menganggap Tristan tidak mengerti cara mencintai yang tulus, tanpa syarat. Tristan tidak pernah secara blakblakan mengakui perasaannya dan hubungan mereka berjalan tanpa tujuan. Padahal, Laras menganggap dua hal itu penting.
Prinsip mereka bertentangan. Tristan justru menganggap remeh pandangan Laras. Menurut dia, cinta hanya perlu disampaikan melalui tindakan.
Laras juga membenci sikap bermusuhan Tristan terhadap ayahnya karena kembali menikah setelah ibunya meninggal. Padahal, jika Tristan benar-benar menyayangi ayahnya, Tristan akan mendukung kebahagian ayahnya. Akhirnya, Laras memutuskan untuk melanjutkan pertunangan dengan pacarnya ketimbang kembali dengan Tristan.
”Tristan memiliki karakter temperamen, cuek, galak, gengsi-gengsian, dan tidak romantis kepada pasangan. Dalam film ini, tidak ada hal yang kecil karena setiap hal memiliki dampak yang berbeda. Seperti kata karakter Laras, apa yang kamu anggap kecil bisa dianggap orang lain besar,” tutur Reza dalam Press Screening dan Press Conference Film Toko Barang Mantan di Jakarta, Selasa (11/2/2020).

Suasana Press Screening dan Press Conference Film Toko Barang Mantan di Jakarta, Selasa (11/2/2020). Film yang dibintangi Reza Rahadian dan Marsha Timothy ini dirilis pada 20 Februari 2020.
Sama seperti Milea: Suara dari Dilan, film Toko Barang Mantan yang diproduksi MNC Pictures ini bercerita dari sudut pandang pemeran utama laki-laki. Di film itu terlihat Tristan sadar dirinya tidak bisa memaksakan perasaannya kepada Laras.
Dia akhirnya menerima kenyataan itu dengan menaruh cincin, yang sebelumnya dibeli untuk Laras, di toko barang mantan. Tindakan itu menunjukkan Tristan telah siap untuk melupakan Laras meski masih mencintainya.
Sebagai gantinya, Tristan berusaha memperbaiki diri. Dia akhirnya memberikan toko itu kepada sahabat-sahabatnya, Amel (diperankan oleh Dea Panendra) dan Rio (diperankan oleh Iedil Putra). Tristan memutuskan untuk melanjutkan kuliah hukum agar menjadi pengacara serta memperbaiki hubungan dengan ayah dan ibu tirinya.
”Cerita bertema mantan menarik untuk difilmkan. Film ini tidak hanya bercerita tentang barang mantan, tetapi juga tentang cinta. Film itu bercerita tentang bagaimana caranya orang bisa melupakan mantan kekasih sekaligus berdamai dengan masa lalu. Hal-hal yang menyakitkan hati sebaiknya dilupakan,” kata sutradara film Toko Barang Mantan, Viva Westi.
Menyembuhkan luka
Pendidik dan psikolog remaja Asta Dewanti, di Jakarta, Sabtu (15/2/2020), mengatakan, manusia tidak dapat disalahkan atas kejadian buruk yang menimpa dirinya. Namun, setiap manusia bertanggung jawab memulihkan dirinya sendiri.
”Ada tiga prinsip untuk menyembuhkan luka diri. Pertama, sadar terhadap emosi yang dirasakan. Kedua, menerima bahwa peristiwa, terlepas dari baik atau buruk, pernah terjadi pada hidup seseorang tanpa perlu menghakimi atau menyakiti diri sendiri. Ketiga, menyembuhkan diri dengan berbagai cara, seperti self-reflection, dan menemukan kembali nilai dan tujuan hidup,” kata Asta.
Film Milea: Suara dari Dilan dan Toko Barang Mantan menunjukan tiga tahapan tersebut. Pemeran utama laki-laki, baik Dilan maupun Tristan, sama-sama mengakui dan menerima bahwa perpisahan dengan masing-masing kekasih telah terjadi. Namun, mereka juga kembali menemukan nilai dan tujuan hidup.