Berita Sensasi Dinilai Merenggut Nyawa Caroline Flack
Bintang televisi asal Inggris, Caroline Flack, meninggal bunuh diri diduga akibat tekanan media massa. Hal ini memicu masyarakat membuat petisi daring agar pemerintah menyelidiki media massa yang menjual sensasi.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
Kematian bintang televisi Inggris, Caroline Flack (40), membangkitkan seruan agar media berhenti menulis berita yang menyudutkan dan menjual sensasi kemalangan individu. Pemberitaan seperti itu dinilai telah menjatuhkan mental, bahkan berkontribusi dalam merenggut nyawa seseorang, termasuk Flack.
Caroline Flack ditemukan tewas diduga karena bunuh diri di apartemennya di London, Inggris, Sabtu (15/2/2020). Dikutip dari CNN, sebelum meninggal, presenter acara terkenal X Factor dan reality show Love Island itu dirundung masalah hukum karena diduga melakukan kekerasan terhadap kekasihnya, Lewis Burton (27). Pada persidangan Desember lalu, Flack membantah semua tuduhan.
Namun, pemberitaan media kerap menyudutkan dirinya. Perempuan itu kemudian mengalami depresi akibat kasus hukum dan hujatan dari berbagai pihak. ”Ini adalah situasi terburuk dalam hidupku. Aku tidak tahu ke mana harus pergi. Ke mana harus mencari. Siapa yang harus dipercaya, atau siapa aku,” tulisnya melalui akun Instagram, Desember lalu.
Dikutip dari koran lokal Skotlandia, The Scotsman, juru bicara dari pihak manajemen mengatakan, Flack ”berada di bawah tekanan besar” sejak menjalani proses hukum. Ia dijadwalkan akan diadili atas kasus serangan pada bulan Maret.
Kematian Flack yang mengenaskan telah mendorong masyarakat menandatangani petisi daring (online) yang meminta Pemerintah Inggris menyelidiki liputan media yang terlalu berlebihan menjual sensasi. Pemerintah juga diminta merevisi undang-undang pers.
Tuntutan tersebut disampaikan melalui petisi daring pada laman media@38degrees.org.uk yang dibuat oleh Dennis Patton. Hingga Selasa (18/2/2020), lebih dari 500.000 tanda tangan telah terkumpul di laman tersebut.
Patton menuliskan, media Inggris telah bertindak dengan impunitas. Hal itu ditunjukkan dengan adanya sejumlah pemberitaan di mana media berusaha membuat sensasi kemalangan individu, terutama yang sudah dikenal publik, sehingga merugikan mental individu, seperti yang terjadi pada kasus Carolina Flack.
”Kita tidak akan pernah mengetahui semua hal yang ada di dalam pikiran Caroline ketika ia mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya. Namun, kita tahu bahwa ada bagian-bagian media yang cukup senang menyeret hidup Caroline dalam rangka menjual lebih banyak halaman (berita), dan itu tidak benar,” tulis Patton.
”Berapa harga sebuah kehidupan? Ini bukan pertama kalinya terjadi. Saya khawatir, tanpa undang-undang terbaru, kasus ini tidak akan menjadi yang terakhir,” lanjutnya dalam tulisan itu.
Status selebritas tidak berarti kekebalan dari perasaan dan penderitaan. Sebenarnya, itu jelas sesuatu yang disertai dengan tingkat tanggung jawab dan kerentanan.
Sejumlah tabloid Inggris, seperti The Sun, menjadi target protes masyarakat. Tabloid itu dalam beberapa bulan terakhir telah memublikasikan berita negatif dan mengolok-olok Flack. The Sun telah menurunkan sebuah tulisan tentang Flack yang dipublikasikan pada Hari Valentine di situs web. Sebelumnya, The Sun juga kerap mengeluarkan berita utama atau headline yang menjual sensasi dan menyudutkan mantan anggota Kerajaan Inggris, Meghan Markle.
Seorang warganet, Natasha G, menuliskan dalam komentar bahwa penindasan secara daring harus dihentikan. ”Saya tahu sendiri betapa traumatisnya ditindas secara daring dan saya pernah mempertimbangkan mengakhiri hidup karena hal itu. Ini terjadi pada Diana, dan sekarang juga terjadi pada Harry dan Meghan, dan itu harus dihentikan,” tulisnya.
Warganet lainnya, Chelsie R, menuliskan, dirinya muak dengan pemberitaan media cetak dan digital yang telah menyudutkan tokoh publik. ”Mereka melecehkanmu sehingga mereka dapat mengalahkanmu dan menghancurkan hidupmu. Kita telah kehilangan perempuan baik hati dan inspirasional. Bersikaplah baik selalu, jangan pernah menggertak. Anda tidak tahu apa yang sedang dialami seseorang. Kami cinta kamu, Caroline. Kamu akan ada bersama kami selalu. Istirahat dengan tenang,” tulisnya.
Bintang televisi Miranda Hart menuliskan ungkapan dukacita melalui Twitter. ”Status selebritas tidak berarti kekebalan dari perasaan dan penderitaan. Sebenarnya, itu jelas sesuatu yang disertai dengan tingkat tanggung jawab dan kerentanan. Dalam keadaan apa pun, demi kepentingan publik, tidak ada yang perlu menuliskan bahwa seseorang terlihat lelah, atau gemuk, atau kurus, atau berantakan, atau sakit,” tulis Hart.
”Kenyataannya, kematian Caroline mungkin tidak mengubah akuntabilitas dalam jurnalisme dan kata-kata di balik perundungan. Namun, saya pikir, kita semua bisa sepakat bahwa jauh di lubuk hati tidak ada yang mau seseorang menderita hingga mengakhiri nyawa mereka sendiri,” tulisnya.