Taika Waititi menjadi warga Maori pertama yang merebut Piala Oscar lewat film ”Jojo Rabbit”. Kemenangan Waititi menunjukkan masyarakat adat bisa berkontribusi dalam industri perfilman dunia.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
Cerita perhelatan Academy Awards ke-92 di Hollywood, California, Amerika Serikat, Minggu (9/2/2020) waktu setempat, tampaknya belum habis. Begitu banyak kejutan muncul. Salah satunya adalah Taika Waititi (44) yang merebut Oscar dalam nominasi Skenario Adaptasi Terbaik untuk Jojo Rabbit (2019).
Waititi bukanlah anggota masyarakat adat pertama yang menerima Oscar. Namun, ia adalah warga suku Maori di Selandia Baru pertama yang masuk nominasi Skenario Adaptasi Terbaik dan merebut piala itu. Pengakuan terhadap karya Waititi jelas mempertegas persepsi bahwa masyarakat adat dapat berkontribusi dalam industri perfilman.
”Saya mendedikasikan penghargaan ini untuk semua anak-anak pribumi di dunia yang ingin melakukan seni, menari, menulis cerita. Kita adalah pendongeng asli dan kita bisa sampai di sini juga,” kata Waititi dalam pidato kemenangannya.
Lahir di Raukokore, Selandia Baru, Waititi membawa pulang Piala Oscar berkat adaptasi novel Caging Skies karya Christine Leunens ke dalam film bergenre komedi gelap Jojo Rabbit.
”Terima kasih telah menjadi ibu saya dan telah memberi saya buku yang saya adaptasi itu. Film ini tidak akan ada tanpa ibu,” ujar laki-laki lulusan Victoria University of Wellington ini.
Jojo Rabbit bercerita tentang kehidupan seorang bocah laki-laki Jerman, Johannes ”Jojo” Betzler (10), pada masa Perang Dunia II. Jojo sangat fanatik terhadap Adolf Hitler. Ia bahkan memiliki teman imajiner dalam rupa Hitler.
Namun, hidupnya mulai berubah setelah mendapati ibunya, Frau Rosie Betzler, menyembunyikan seorang gadis Yahudi, Elsa Korr. Interaksinya dengan Korr membuat Jojo mulai mengubah pandangannya mengenai Yahudi.
Selain menulis skenario, Waititi juga menyutradarai dan berakting dalam Jojo Rabbit. Dia menjadi sosok Adolf Hitler yang kerap bertindak konyol. Secara keseluruhan, Jojo Rabbit memperoleh satu kemenangan untuk Skenario Adaptasi Terbaik dan lima nominasi, yakni Film Terbaik, Aktris Pendukung Terbaik, Desain Kostum Terbaik, Pengeditan Film Terbaik, dan Desain Produksi Terbaik.
”Saya cukup terbuka terhadap Christine Leunens (penulis Caging Skies) mengenai rencana perubahan-perubahan adaptasi (dalam film). Dia juga telah melihat film-film saya sehingga dia tahu saya ’tidak mampu’ membuat drama,” kata Waititi sambil bercanda.
Laki-laki yang juga berprofesi sebagai komedian ini sebelumnya terkenal dengan karya film Boy (2010) dan What We Do in the Shadows (2014). Ia juga menyutradarai film blockbuster Marvel, Thor: Ragnarok (2017) dan akan melanjutkannya dalam Thor: Love and Thunder yang akan dirilis pada 2021. (CNN)