Efek Rumah Kaca: Dari Jalan Enam Tiga
Secara resmi jalan yang berada di salah satu persimpangan pada kawasan Manhattan, New York, Amerika Serikat itu bernama 63rd Street
Jika dibandingkan dengan kebanyakan lagu-lagu Efek Rumah Kaca (ERK) yang lain, lagu berjudul sama dengan nama albumnya kali ini, “Jalan Enam Tiga”, memang terdengar lebih ringan dan jenaka.
Tak terlalu banyak kata atau kalimat bijak serta puitis bertaburan, namun rima masih terdengar jelas dalam lagu ini. Lagu “Jalan Enam Tiga” menjadi salah satu dari empat tembang, yang diluncurkan dalam album mini terbaru ERK.
Peluncuran sekaligus konser tunggal perdana sejak kepulangan sang vokalis, Cholil Mahmud, dari Negeri Paman Sam setelah lima tahun bermukim dan menimba ilmu di sana. Konser tunggal perdana digelar di Livehouse M Bloc, Jakarta, Selasa (28/01/2020).
Lagu “Jalan Enam Tiga” sendiri memang bercerita tentang hal-hal ringan keseharian hasil pengalaman dan pengamatan Cholil selama di sana. Cerita tentang ajakan untuk berjalan-jalan ke sana, naik kereta, serta beragam jenis ras, budaya, serta profesi orang-orang yang lalu lalang di jalan itu.
Secara resmi jalan yang berada di salah satu persimpangan pada kawasan Manhattan, New York, Amerika Serikat itu bernama 63rd Street. Namun sejak Mei lalu pemerintah kota sana memberi nama baru, Sesame Street. Nama sebuah program televisi berisi hiburan dan pendidikan anak, yang sudah sangat mendunia.
Sebagai seorang ayah Cholil juga sibuk mengasuh putranya, Angan Senja, selama di sana, membantu sang istri yang saat itu sibuk mengambil program doktoral. Program Sesame Street sangat berkesan bagi Cholil dan secara kasat mata jalan yang tadinya hanya rekaan itu menjelma secara fisik di Jalan Enam Tiga.
“Kepinginnya album mini ini juga dikasih nama Jalan Sesama. Tapi karena waktunya mepet dan pasti akan rumit mengurus hak cipta makanya kami putuskan memakai nama Jalan Enam Tiga saja. Toh, intinya sama,” ujar Cholil saat memberi pernyataan pers jelang tampil bersama ERK.
Cholil mengaku terinspirasi menulis lagu dari jalan itu. Menurutnya ruas jalan satu itu menjadi semacam representasi kebaikan, yang dia rasakan selama berada di Negeri Paman Sam. Album mini terbaru ERK juga terdiri dari tiga lagu lain.
Salah satunya sudah sejak September lalu diluncurkan menjadi single, “Tiba-Tiba Batu”. Tak heran saat Cholil dan dua rekan sebandnya, Akbar Bagus Sudibyo (drum) dan Poppie Airil (bass) membawakan lagu itu di atas panggung, para penonton ikut bernyanyi.
Dua lagu lainnya adalah “Normal Yang Baru” dan “Palung Mariana”. Lagu “Normal Yang Baru” sebetulnya menjadi semacam fokus dari album mini ERK kali ini. Tiga lagu selain “Jalan Enam Tiga, adalah materi lama ERK, yang sebetulnya telah direkam kasar sebelum Cholil melanjutkan studi di AS.
Album mini ini digarap menjelang kepulangan Cholil dan keluarganya usai menamatkan studi di AS. Bagi Cholil, adalah sesuatu yang baik jika kepulangannya itu menjadi kesempatan bagi ERK menghasilkan semacam karya oleh-oleh dari “residensi” mereka selama beberapa waktu di sana.
Selama tiga pekan di awal musim panas 2019 Cholil, Akbar, dan Poppie mempersiapkan dan merekam empat lagu mereka di salah satu studio musik, Studio Trout di kawasan Brooklyn. Akbar dan Poppie tinggal di apartemen tempat Cholil dan keluarga.
Menurut Cholil, ERK sangat beruntung lantaran di studio itu mereka ditangani dua penata suara kawakan, Bryce Goggin dan Scott Hull. Hull di tahun 2001 menggarap album peraih Grammy Award, “Two Against Nature” dan juga album debutan penyanyi dan gitaris John Meyer, “Room for Squares”.
Konser tunggal perdana
Konser peluncuran album mini ERK kali ini adalah konser tunggal perdana mereka sepulang Cholil dari AS. Penampilan ERK sendiri terbilang unik lantaran dibagi dalam tiga babak. Babak pertama aksi di atas panggung juga diramaikan atraksi pantomim dari Wanggi Hoedianto, artis pantomim asal Pantomim Indonesia.
Pada babak awal itu ERK membawakan sejumlah lagu, terutama dari album lama mereka, “Sinestesia” (2015), yang dimainkan secara medley dan juga dengan aransemen musik baru. Sayangnya panggung yang tak terlalu luas relatif tak memberi terlalu banyak ruang gerak bagi para personel ERK untuk tampil sedikit atraktif.
Area konser yang mampu menampung maksimal 500 orang penonton itu lumayan ramai walau tak sampai terisi penuh hingga padat berdesak-desakan. Dengan dibantu tata cahaya panggung, yang kadang terlalu “riuh” dan sedikit mengganggu pandangan mata, para penonton terdengar antusias.
Malam itu keberadaan para penggemar ERK juga resmi diberi nama, dengan sebutan para Penerka. Mereka ikut bernyanyi bersama dengan penuh semangat. Bait demi bait lagu yang berisi padat kata serta kalimat puitis nan simbolis dengan lancar mereka “rapalkan” bersama sang vokalis utama, Cholil.
Pada babak kedua lagu-lagu dari album mini terbaru dimainkan. Selain lagu “Tiba-Tiba Batu”, para penggemar fanatik ERK terdengar belum terlalu fasih untuk ikut menyanyikan. Empat lagu dibawakan dengan relatif datar walau juga dibantu tayangan klip video, yang juga dibuat di New York.
Baru pada segmen ketiga suasana konser tunggal ERK mulai memanas seiring dibawakannya sejumlah lagu hits mereka. Dimulai dengan lagu “Tubuhmu Membiru Tragis” dan diikuti “Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa”, yang dibawakan dengan lebih bersemangat dan beat yang cepat serta keras.
Sepanjang babak ketiga ini para penonton semangat ikut bernyanyi. Banyak dari mereka dengan fasih ikut menyanyikan bait demi bait syair lagu, yang terbilang lebih pada kata dan sarat makna itu. kalimat-kalimat puitis penuh permainan kata, yang kebanyakan juga kontemplatif. Beberapa berisi kritik tajam atas kondisi kekinian.
Beberapa lagu seperti “Menjadi Indonesia”, “Balerina”, atau lagu tentang bagaimana saat seseorang mengalami kematiannya di “Tembang”. Juga lagu “Rahim Ibu”, yang pada salah satu baitnya berisi keinginan negeri ini senyaman dan serupa rahim seorang ibu.
Antusiasme semakin meningkat dan suasana penonton semakin bersemangat ketika tiga lagu pujaan dimainkan berurutan. Mulai dari “Desember”, “Sebelah Mata”, yang kemudian ditutup dengan lagu “Cinta Melulu”, sebuah karya fenomenal yang mengangkat ERK masuk dalam jajaran band papan atas tanah air.