Alunan musik klasik memenuhi ruangan konser lantai dua Erasmus Huis Jakarta Selatan, Minggu (27/1/2019) malam lalu. Sebuah kelompok musik dari Belanda bernama Pynarello menyuguhkan hiburan kesenian bagi penonton yang kebanyakan adalah anak muda.
Gesekan violin, Cello, Viola dan sejenisnya, ditambah tiupan suara dari Klarinet menjadi perpaduan irama yang apik. Uniknya, kelompok tersebut bermain tanpa konduktor, bahkan beberapa lagu dimainkan tanpa lembaran berisi not balok.
Menurut Wakil Kepala atau Manjer Erasmus Huis Joyce Nijssen, berbagai acara musik atau pun pertunjukan kesenian lainnya yang diadakan oleh Erasmus Huis untuk menghubungkan orang-orang yang ingin belajar tentang kebudayaan dan dapat menginspirasi satu sama lain.
“Banyak orang Indonesia tertarik dengan budaya Belanda, dan begitu juga sebaliknya. Untuk itu, kami menjembatani itu dengan mengundang berbagai seniman dari belanda untuk tampil disini,” ujar Joyce di Erasmus Huis usai konser.
Kapasitas ruangan yang bisa menampung 340 orang dengan sekejap penuh dan tidak bisa lagi menampung penonton yang terus berdatangan. Mereka yang tidak bisa masuk kemudian disediakan layar proyektor di ruang perpustakaan untuk tetap bisa menonton konser Pynarello.
“Hebat sekali kami bisa bertemu dengan teman-teman disini dan ini merupakan kali pertama kami ke Indonesia. Kami sangat menikmati,” ujar salah satu pemain violin Lonneke van Straalen.
Pynarello bermain tanpa konduktor untuk memberikan lebih banyak kebebasan dan fleksibilitas, selain juga meningkatkan komunikasi antar musisi. Satu hal yang juga berbeda adalah penonton diberi kesempatan untuk merapat ke atas panggung dan bisa mendengarkan lebih dekat.
Mengajak penonton mendekat adalah cara mendengarkan musik untuk pengalaman yang berbeda. Saat penonton semakin mendekat ke sumber suara, akan merasakan musiknya lebih hidup.
“Saya pikir, penonton akan punya pengalaman lebih baik dan lebih hidup ketika masuk lebih dalam sehingga mengajak mereka untuk merapat ke panggung, bernafas bersama alunan kami,” terang dia.
Pada akhir penampilan, kelompok musik tersebut memainkan sebuah lagu “Burung Kakatua” dan menjadi penutup indah. Penonton pun menyambut dengan tepuk tangan, teriakan gembira dan bernyanyi bersama.
Menurut Joyce Erasmus Huis banyak menggelar acara yang berkaitan dengan kesenian terutama musik. Mulai dari musik jazz, rock, pop, maupun DJ yang akan mengisi podium di pusat budaya Erasmus Huis.
“Semua orang akan disambut tanpa memandang jenis kelamin, tanpa memandang usia, tanpa memandang agama, dan terlepas dari preferensi seksual, kami ingin menjadi pusat budaya terbuka untuk orang belajar dan bertemu,” imbuh dia. (FRANSISCA NATALIA ANGGRAENI)