Bangkit dari “Mati Suri”, PFN Targetkan Empat Film Per Tahun
Oleh
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Setelah hampir tiga dekade “mati suri”, perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) Produksi Film Negara (PFN) bakal kembali berproduksi. Hal itu ditandai dengan proses pengambilan gambar (shooting) film bergenre drama komedi, “Kuambil Lagi Hatiku”, yang rencananya selain dilakukan di Taj Mahal, Agra, India, juga di beberapa lokasi wisata terkenal tanah air, Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Jawa Tengah.
Hal itu disampaikan Direktur Utama PFN, M Abduh Aziz, dalam jumpa pers Kamis (30/8/2018) di Jakarta. Sebelumnya PFN dikenal dengan nama Pusat Produksi Film Negara (PPFN) dan tenar dengan serial boneka favorit anak-anak, “Si Unyil” di era 1980-an.
“Untuk tahap awal, pelan-pelan dulu lah. Ibarat kendaraan, mesinnya ini kan sudah lama tidak dipakai. Tapi rencananya hingga tahun 2020 kami memproyeksikan bakal bisa membuat setidaknya empat judul film per tahun,” ujar Abduh.
Selain itu PFN juga berencana menjadikan dirinya sebuah studio utama (major studio) sekaligus perusahaan pendanaan film (film financing), yang membuka kerjasama seluas mungkin dengan para kreator dan rumah-rumah produksi.
Dalam sejarahnya, tambah Abduh, PFN atau PPFN pernah menjadi laboratorium pemrosesan film terbesar bahkan di Asia Tenggara. Namun peran itu semakin berkurang dan menghilang terutama setelah teknologi film bergeser ke digital.
Pihak PFN terakhir kali memproduksi film pada tahun 1992 berjudul “Surat Untuk Bidadari”, yang disutradarai Garin Nugroho, dan “Pelangi di Nusa Laut”, yang disutradarai MT Risyaf. Film terbaru PFN kali ini disutradarai Azhar “Kinoi” Lubis dan produser eksekutif Salman Aristo dari Wahana Kreator Nusantara.
Film tersebut juga akan dibintangi penyanyi Lala Karmela, Sahil Shah, serta dua artis senior, Cut Mini dan Ria Irawan.
Dalam produksi kali ini PFN juga bekerjasama dengan sejumlah perusahaan BUMN seperti PT Pertamina (Persero), PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero), Perusahaan Gas Negara (PGN), Pelindo 3, Waskita, BNI, BRI, Bank Mandiri, Pupuk Indonesia.
Sementara itu dalam jumpa pers Salman menambahkan, dari hasil riset yang sebelumnya diyakini film ini akan mengambil segmen pasar penonton sekitar usia 18-25 tahun. Namun film tersebut juga tak menutup kemungkinan untuk dinikmati para penonton dengan segmen usia di atas lagi.
“Tapi kalau ditanya target penontonnya berapa, agak tricky sih. Tentu saja kami berharap jumlah penontonnya bisa semaksimal mungkin,” ujar Aris.