Sahur Rasa Wisata Kuliner
Rumah makan, warteg, hingga restoran di hotel yang beroperasi selama 24 jam terus bertambah. Pasar pun semakin terbuka.
Kian maraknya tujuan bersantap yang buka 24 jam spontan menyuguhkan pula aneka tawaran untuk menyantap sajian sebelum berpuasa. Sejumlah lokasi ternama yang jamaknya disinggahi pada pagi hingga malam lantas menggeser paradigma berwisata kuliner lantaran bisa dinikmati saat pagi buta.
Gerimis tak menghalangi pembeli untuk berbondong-bondong menuju Warmo Tebet, Kamis (14/3/2024), pukul 03.30 WIB. Mereka mengantre dengan tertib diselingi beberapa pengojek yang hendak mengantar makanan. Meski sangat ramai, selalu tersedia kursi kosong.
Pengunjung menyampaikan pesanannya untuk diambilkan karyawan di etalase. Pegawai lain dengan sigap menanyakan minuman yang dikehendaki konsumen. Di warteg itu terlihat tiga meja panjang dari semen dan keramik yang menyatu dengan dinding.
Kerupuk dan emping tergantung dengan tali yang diikat di paralon. Sekitar pukul 04.15, Warmo Tebet yang berdiri sejak tahun 1969 baru berangsur sepi. Seusai imsak, beberapa pegawai masih memasak untuk menyiapkan konsumsi karyawan yang ingin sarapan.
Selepas tengah malam saja, konsumen sudah mulai berdatangan yang mulai ramai, tiga jam kemudian. Antrean hari itu pun masih tak sepadat biasanya. ”Habis, hujan. Jadi, sebagian pembeli malas keluar,” ucap karyawan Warmo Tebet, Adam (23).
Jika sangat sesak, pembeli makan di luar warteg dengan bangku, bahkan lesehan di tikar yang disediakan pegawainya. Sejumlah konsumen yang berdiri untuk menunggu giliran duduk sudah lumrah terlihat. Warmo Tebet biasanya mencapai puncak keramaian saat sahur pada pertengahan bulan puasa.
”Jumlah pengunjung yang sahur setiap hari sekitar 150 orang. Kalau totalnya, 500 orang, bahkan 1.000 orang per hari,” ujar Adam. Di Warmo Tebet yang terletak di Jalan Tebet Raya itu tersedia sekitar 50 makanan. Ayam rica-rica dan telur dadar paling disukai pengunjung.
Keunggulan Warmo Tebet, ukuran lauknya tergolong besar. Ayam rica-rica yang dilapisi tepung tercecap tak terlalu pedas dengan selintas manis. Sementara telur dadar yang tebal begitu gurih saat dikunyah. Harga sepotong ayam rica-rica Rp 15.000 dan telur dadar Rp 5.000.
Baca juga: Sedapnya Berbuka dengan Nasi Rempah Jeruk Lidah
Tak jauh berbeda, Warteg Gang Mangga didatangi sejumlah pengunjung yang menembus hujan, Sabtu (16/3/2024). Tujuan wisata kuliner di Jalan Kemurnian V, Glodok, itu dikenal karena ayam serundengnya dengan lauk lain, seperti telur dadar, sayur asam, dan perkedel.
Semakin ramai
Ayam yang besar bertekstur kenyal dengan bumbu serundeng melimpah. Sangrai kelapa kecoklatan itu terasa gurih diselingi sedikit manis. Sayur asam dengan kuah yang lumayan pekat bisa ditempatkan di mangkuk terpisah jika konsumen memintanya.
Kecap atau sambal dengan sensasi pedas dan masam yang tersedia di setiap meja kian menggugah selera. Harga seporsi ayam serundeng Rp 15.000, telur dadar Rp 6.000, dan sayur asam Rp 7.000. Di warteg yang sudah berdiri sejak lebih kurang 45 tahun lalu itu, tersedia sekitar 40 lauk.
”Saya enggak tahu berapa konsumen yang sahur. Enggak hitung, tapi total pembeli yang datang sehari bisa ratusan orang,” ucap karyawan Warteg Gang Mangga, Daras (40). Konsumen biasanya semakin ramai mulai menjelang Lebaran, bahkan selama liburan.
”Biasanya mulai H-5, banyak ART (asisten rumah tangga) sudah pulang. Jadi, konsumen pada nyerbu. Restoran dan warteg lain juga tutup,” ucap Daras. Peningkatan tersebut diperkirakan berlangsung hingga sekitar seminggu setelah Idul Fitri.
Di Haka Dimsum, Jalan Hasanuddin Dalam, Blok M, Rabu (13/3/2024), pembeli datang silih berganti di sela beberapa pengojek yang memenuhi order konsumen. Restoran yang menyajikan hidangan halal itu mengandalkan xiao long bao, siomay udang ayam, dan hakau.
Konsumen sepertinya makin banyak, minggu kedua dan ketiga bulan puasa. Bisa mencapai 60 orang setiap hari kerja.
Xiao long bao berisi ayam dipadu cita rasa jahe yang kuat. Hidangan bulat seukuran bola golf itu bertekstur lembut sedikit basah dari uap seusai dikukus dalam keranjang kayu kecil. Sementara hakau yang melingkupi udang dengan kulit semitransparan juga terlumat karena empuknya.
Serupa pula dengan siomay, udang mendominasi, tetapi dengan kulit kekuningan yang lebih kenyal. Dimsum bertambah sedap dengan saus sambal, mayones, atau kecap yang tersedia di meja tersendiri. Racikan kondimen, chili oil, juga bisa dipesan secara cuma-cuma.
Baca juga: Harmoni Sate dan Keroncong
Harga xiao long bao dan siomay masing-masing Rp 25.000 per porsi, sedangkan hakau Rp 26.000 yang sudah termasuk pajak serta servis. Jika ingin memesan makanan dengan porsi lebih besar, tak perlu khawatir karena aneka nasi, sup, mi, dan bubur juga tersedia.
Restoran yang menghidangkan sekitar 45 makanan dan tujuh minuman itu berkapasitas sekitar 120 pengunjung dengan 32 meja. Pada pekan pertama Ramadhan, jumlah pengunjung yang sahur masih sekitar 30 orang per hari. Mereka mulai berdatangan sejak pukul 01.00.
Harus menunggu
”Konsumen sepertinya makin banyak minggu kedua dan ketiga bulan puasa. Bisa mencapai 60 orang setiap hari kerja,” ucap Manajer Store Haka Dimsum Blok M Muh Febriliyan. Pada akhir pekan, restoran itu diprediksi semakin padat hingga sejumlah pengunjung mungkin harus menunggu.
Riyan, demikian sapaannya, menyarankan konsumen untuk datang sekitar pukul 02.00 jika ingin bersantap saat restoran belum ramai. Haka Dimsum Blok M bergaya oriental klasik yang mengingatkan pengunjung akan pertokoan Hong Kong pada masa silam, lengkap dengan aksara Mandarin dan plang berlampu.
Jika jaraknya cukup jauh, konsumen bisa singgah di cabang lain karena Haka Dimsum mengelola tujuh restoran yang tersebar di Jakarta, Tangerang Selatan, dan Bogor. ”Awal April nanti, satu lokasi dibuka lagi di Bogor. Harga makanan di semua tempat sama,” katanya.
Riyan memandang banyaknya tujuan bersantap dengan waktu buka 24 jam menghadirkan tawaran yang semakin beragam untuk sahur. ”Bisa sambil wisata kuliner. Enggak hanya restoran waralaba seperti dulu. Sekarang, Haka Dimsum yang menyajikan chinese food (makanan China) juga jadi pilihan,” tuturnya.
Warga Pos Pengumben, Jakarta, Diar Wahyundarta (46), yang gemar wisata kuliner memilih sahur di Bibi Kelinci, Kemang. Ia memesan bubur ayam gurih komplet dan sup sapi lai make. ”Enak. Enggak sia-sia bangun pukul 02.30,” kata pekerja sertifikasi ketenagalistrikan dan konstruksi itu sambil tertawa.
Sekretaris Jenderal Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Maulana Yusran mengamati, rumah makan, warteg, hingga restoran di hotel yang beroperasi nonstop terus bertambah. Pilihan itu membuka pasar karena masyarakat bisa sahur sekaligus wisata kuliner.
Beberapa restoran juga mengatur strategi dengan buka hingga nyaris subuh karena kunjungan konsumen yang menurun selama jam puasa. ”Banyak tujuan wisata terkenal yang buka 24 jam. Opsinya kian variatif. Begitu permintaan meningkat, peluang pun muncul,” tuturnya.