Seba, Lintas Budaya Saat Imlek
Bagi Sebastian Gunawan, baju untuk Imlek 2024 tak mesti harus model ”cheongsam” penuh dan berwarna merah.
Bagi Sebastian Gunawan, baju untuk Imlek 2024 tak mesti harus model cheongsam penuh dan berwarna merah. Pada koleksi bernama Yu Garden, ia menyuguhkan 48 baju untuk remaja hingga warga senior bergaya cheongsam, ao dai, dan kimono dalam warna tren 2024.
Koleksi di bawah jenama Sebastian Gunawan Signature yang punya variasi aneka model tersebut tersedia dalam warna pink coral, hitam, putih, krem, biru, hijau toska, emas, serta ungu. Warna merah kali ini menjadi warna bunga saja pada gaun berwarna dasar hitam.
Dalam membuat busana, Seba, panggilan akrab Sebastian, dan istrinya, Christina Panarese, tetap mengacu kepada tren warna mode setiap tahun. Bagaimanapun pasar pasti mencari baju dengan warna-warna seperti itu.
Pada pergelaran spesial yang digelar pada Senin (15/1/2024) di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, baju karya Seba dan istri tetap dominan bersiluet feminin tetapi tidak semua ngepas di tubuh. Elemen rancangan pada koleksi ini berupa terusan dengan bagian rok mekar seperti balon, blus panjang dikombinasikan celana pendek, celana panjang berpipa lebar, gaun mini, setelan crop-top, rok span serta terusan panjang.
Baca juga: Reinkarnasi Mode 90-an di Tangan Gen Z
Secara umum, untuk koleksi Imlek tahun Naga Kayu ini, dua desainer itu terinspirasi dari keindahan Yu Garden di Shanghai, China, yang dibangun Dinasti Ming, sekitar 450 tahun lalu. Taman penuh aneka bunga dengan hiasan karya tangan yang indah tersebut merupakan persembahan Gubernur Pan Yunduan bagi orangtuanya.
Seba mengaku mengambil filosofi dari pembuatan taman itu ia jadikan panduan untuk pembuatan baju karya dia dan istrinya. Jadilah aneka bunga elok dan warna-warni muncul sebagai motif pada baju. Ia juga menerapkan pembuatan bordir dengan tangan berhias manik yang rumit yang ia aplikasikan pada busana karyanya. Guna memberikan keindahan maksimal dipilihlah bahan baju dari lace, organza, organza embossed, tulle, dan sutra.
Perihal model baju lintas budaya seperti ditunjukkan antara lain pada blus panjang warna hijau tosca ala ao dai yang merupakan baju perempuan khas Vietnam. Seba memadukannya dengan bawahan panjang plisket warna krem yang mengintip tatkala model yang memakainya berjalan. Perempuan Vietnam biasa memakai blus ao dai dengan celana panjang lebar.
”Baju perempuan khas Vietnam sebenarnya juga mengambil dari budaya China. Sebenarnya mirip-mirip kok,” kata Seba, Rabu (31/1/2024), di Jakarta.
Baju itu tampaknya sederhana ya. Namun, kalau dilihat teliti, akan tampak kerumitan pembuatannya karena dilihat dari samping konstruksi gaun beda dari yang lain. ( Sebastian Gunawan)
Seba juga terinspirasi oleh busana kimono asal Jepang yang ia tuangkan menjadi setelan blus kembang warna-warni dengan dasar krem berkerah lebar menyerupai kerah pada kimono. Sebagai padanan, model memakai rok span panjang warna biru muda dengan belahan tinggi di sisi kiri. Jelas sekali Seba memadukan blus gaya busana Jepang dengan model cheongsam pada rok span ukuran midi itu.
Ia memberikan sentuhan bros dari batu giok warna hijau pada blus, sebab keberadaan batu giok terutama pada perayaan Imlek menjadi sesuatu yang penting karena melambangkan keindahan dan keanggunan.
Baca juga: Sederhana Itu Rumit dan Sulit, tapi Indah
Di antara 48 koleksi, Seba menceritakan baju terusan putih sedengkul sebagai look yang paling sulit pembuatannya. ”Baju itu tampaknya sederhana ya. Namun, kalau dilihat teliti, akan tampak kerumitan pembuatannya karena dilihat dari samping konstruksi gaun beda dari yang lain. Ada permainan aplikasi renda dengan detail banyak tetapi aku enggak mau tampak rame,” jelasnya.
Ia mau dua garis renda itu imbang guna mendapatkan bentuk yang indah ketika gaun dipakai. Seba dan tim harus membongkar pasang renda panjang bak tubuh naga yang meliuk serta bagian lain sampai tiga kali. ”Itu proses bikinnya paling lama. Yang lain sih cukup sekali bongkar sudah beres, yang itu sampai bongkar pasang tiga kali, he-he-he,” katanya.
Untuk remaja
Tak seperti tahun sebelumnya, Seba dan istri tahun ini juga membuatkan look buat para remaja usia mulai usia 15-an tahun. Ini menjadi perluasan rentang usia pemakai bajunya yang semula mulai usia 25 tahun sekarang turun menjadi 15 tahun.
Setelan crop-top warna hitam dan setelan atasan warna krem dengan aplikasi bunga beraksen lengan panjang di sisi kiri dan u can see di tangan kanan umpamanya. Atasan itu dipadu celana pendek warna biru, amat cocok buat para remaja.
”Crop top warna hitam itu sengaja kami buat ngepas di badan dengan bawahan rok celana. Model begitu cocok buat anak muda yang badannya masih bagus. Mereka tentu berani memakainya. Kalau yang sudah usia 50-an tahun, saya kasih gaun,” saran Seba.
Ada lagi terusan mini warna biru dengan ujung lengan model puff yang diangkat seperti model lengan pada baju perempuan Filipina. Gaun ngepas di badan dengan hiasan aplikasi dan bordir warna emas dengan manik-manik. Tambahan bulu-bulu pada bagian bawah yang senada dengan warna gaun mengesankan modelnya lebih ringan. Model gaun dengan bagian dada lebih lebar dan lengan terkesan maskulin itu bisa menjadi alternatif untuk bergaya di hari Imlek, selain terusan mini tembus pandang warna krem.
Baca juga: Gaya Elegan Ratu Baru Denmark
Berhubung waktu perayaan tahun baru China, tahun ini tak jauh dari perayaan Idul Fitri, Seba membuatkan baju-baju yang sekaligus bisa dipakai untuk dua kesempatan istimewa tersebut. Setelan yang terdiri dari atasan pendek warna krem-rok midi warna senada dengan garis biru penuh karya bordir tangan yang dipadu celana panjang krem merupakan salah satu pilihan untuk merayakan Lebaran.
Satu lagi, terusan panjang warna putih model kimono dengan kerah Shanghai yang di pinggir diberi bis (pinggiran) warna abu berhias bordir tangan pun bisa untuk mengikuti shalat Ied atau acara kumpul keluarga. ”Tinggal pakai celana panjang dan nambah hijab putih, sudah aman buat shalat Id atau merayakan Idul Fitri,” ujar Seba.