Nasi Jamblang dan Empal Gentong, Kuliner Pengingat Cirebon
Nasi jamblang dan empal gentong tidak hanya menjadi kuliner pilihan mengisi perut, tetapi juga pengingat untuk Kota Cirebon, Jawa Barat. Saat melintas di kota ini, pengunjung wajib mencoba dua kuliner pilihan tersebut.
Nasi jamblang dan empal gentong tidak hanya menjadi kuliner pilihan mengisi perut, tetapi juga pengingat untuk Kota Cirebon, Jawa Barat. Rasanya tidak lengkap jika mengunjungi ”Kota Wali” saat libur Natal dan Tahun Baru tanpa menikmati makanan khas tersebut.
Ketika mendengar nasi atau sega jamblang, ingatan kita tertuju pada nasi yang terbungkus daun jati. Di dalamnya berbagai aneka lauk tersaji.
Istilah ”jamblang” berasal dari nama daerah di sebelah barat Kota Cirebon. Sajian ini disebut sudah ada sejak akhir abad ke-14 silam.
Kuliner legendaris itu tersebar di pusat kota hingga pelosok desa. Penjualannya pun beragam mulai dari dijual keliling dengan cara dipikul, sampai disuguhkan di rumah makan berpendingin ruangan. Salah satu yang terkenal adalah Nasi Jamblang Ibu Nur di Jalan Cangkring 2 Nomor 34.
Baca Juga: Tawaran Baru Menikmati Cirebon Lebih Lama Lagi
Letaknya hanya sekitar 1,4 kilometer dari Balai Kota Cirebon. Meskipun tidak berada di pinggir jalan raya, rumah makan ini punya tempat parkir memadai, termasuk untuk bus. Beroperasi setiap hari, pukul 07.00–21.00, tempat ini paling ramai saat jam makan siang.
Seperti Selasa (5/12/2023) siang lalu, lebih dari 20 orang mengantre untuk menikmati nasi jamblang yang disajikan secara prasmanan. Awalnya, pelayan akan mengambil piring beralas daun jati dan menanyakan jumlah nasi yang diinginkan. Jangan lupa mencicipi sambalnya.
Selanjutnya, pengunjung bisa memilih puluhan lauk dalam mangkuk. Mau menu khas jamblang, seperti tempe goreng, sayur tahu, telur dadar, dan perkedel kentang atau hidangan lainnya. Ada udang, opor ayam, ikan tuna, hingga cumi hitam. Semuanya dimasak dadakan.
”Kami punya sekitar 40 menu. Semuanya fresh, dimasak langsung dari dapur,” ucap Wahid Chozim, pemilik Nasi Jamblang Ibu Nur. Harga setiap menu bervariasi, mulai sayur tahu dengan Rp 2.000 per buah, pepes rajungan (Rp 8.000), hingga Rp 28.000 untuk cumi hitam.
Adapun nasi per bungkus Rp 4.000 dan sambal goreng Rp 3.500 per porsi. Bermodalkan Rp 20.000-an, pengunjung sudah bisa mengisi perut. ”Jamblang ini kan makanan rakyat. Kalau dipatok terlalu mahal, khawatir juga,” ucap Wahid yang berjualan jamblang sejak 2007.
Pengunjung pasti meningkat karena Jalan Tol Cisumdawu sudah beroperasi.
Meski identik dengan makanan rakyat karena pernah disantap oleh pekerja di Zaman Belanda, nasi jamblang juga dinikmati pejabat. Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Indonesia periode 2004–2014, misalnya, pernah mampir ke Nasi Jamblang Ibu Nur.
Saat libur Natal dan Tahun Baru kali ini, rumah makan yang menggunakan nama ibu Wahid itu bakal semakin ramai. ”Biasanya, kalau libur bisa sekitar 300 pengunjung saat makan siang. Pengunjung pasti meningkat karena Jalan Tol Cisumdawu sudah beroperasi,” ucapnya.
Tidak hanya Nasi Jamblang Ibu Nur, kuliner khas ini juga bisa dinikmati di Nasi Jamblang Mang Dul di Jalan Cipto Mangunkusumo No 8 atau Nasi Jamblang Bu Marni di sekitar Pelabuhan Cirebon. Pengunjung dari berbagai daerah ini kerap mampir ke tiga tempat itu.
Empal Gentong
Selain nasi jamblang, kuliner pengingat Cirebon yang lain adalah empal gentong. Makanan yang satu ini serupa gulai, berisi potongan daging sapi.
Daging direndam dalam kuah santan bercampur bumbu kuning. Masakan ini juga dilengkapi kucai, bawang merah, dan bubuk cabai merah.
Salah satu yang tenar adalah Rumah Makan H Apud di Jalan Ir Juanda, Desa Battembat, Tengah Tani, Kabupaten Cirebon. Hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari Gerbang Tol Plumbon, tempat makan ini mengumumkan buka pukul 08.00 hingga persediaan habis.
Ketika masa libur, seperti Natal dan Tahun Baru, belasan bahkan puluhan mobil hingga bus pariwisata berjejer di sisi jalan. Kepadatan pun berpotensi terjadi. Apalagi, kawasan itu merupakan sentra kuliner empal gentong, tongseng, hingga toko oleh-oleh khas Cirebon.
Jika tidak kebagian tempat, pengunjung dapat mampir di dua cabang RM Empal Gentong H Apud lainnya, yakni di Pasar Batik Trusmi dan Jalan Tuparev. Meski tempatnya berbeda, pemiliknya, H Machfud Abbas, memiliki resep yang sama dan menggugah selera.
Saking sedapnya, konsumen kerap menyeruput kuahnya hingga tetes terakhir. Slruup…! Rasa rempahnya terasa. Apalagi, bila ditambah bubuk cabai merah kering. Potongan dagingnya juga cukup empuk. Harga seporsi empal gentong Rp 25.000 dan nasi Rp 6.000 sepiring.
Jika enggan bersantan, pengunjung dapat menikmati empal asem yang juga berisi potongan daging dan sayuran. Bedanya, kuah empal asem tampak bening dan bercampur belimbing wuluh. Seperti namanya, rasanya asem dan segar. Harganya juga Rp 25.000 per porsi.
Ratusan orang bisa berkunjung ke tempatnya saat jam makan siang atau malam. Kehadiran jalan tol turut menambah pengunjung di restoran itu. Bahkan, Presiden Joko Widodo dan presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono, juga sudah pernah ke sana.
Selain empal gentong dan asem, ada juga menu sate kambing muda dan sapi seharga Rp 60.000 per porsi (10 tusuk). Dagingnya bertekstur empuk dan bertabur bawang merah hingga acar. Bahan bakunya didapatkan dari rumah pemotongan hewan di Battembat.
Konsumen pun bisa menjadikan kuliner itu sebagai oleh-oleh. Sejak 2018, rumah makan ini membuat empal gentong dan empal asem dalam kaleng. ”Ini salah satu inovasi kami. Banyak pelanggan penasaran dan tertarik ke sini,” kata Machfud yang merintis usahanya sejak 1995.
Selain di H Apud, kuliner ini juga dapat dinikmati di Empal Gentong Mang Darma yang punya banyak cabang dan Empal Gentong Krucuk di daerah Krucuk. Ada pula pedagang yang menjajakan makanan itu sambil berkeliling.
Imam Baehaqi (33), warga Cirebon, menganggap empal gentong dan nasi jamblang sebagai makanan pengingat daerah berjuluk ”Kota Udang” itu. ”Saking khasnya, kalau makan kuliner itu di luar Cirebon rasanya beda dengan di Cirebon. Beda aja vibes (suasana)-nya,” ucapnya.
Soal selera, memang bisa berbeda. Tapi, sekali saja makan nasi jamblang dan empal gentong, pasti mengingat Cirebon.
Baca Juga: Perjalanan Lebih Bermakna Melewati Jalan Tol Trans-Jawa