Film Cerita Panjang Terbaik, ”Women from Rote Island”, menambah warna FFI 2023 lantaran sutradaranya mengakar di teater.
Oleh
DWI BAYU RADIUS, WISNU DEWABRATA
·6 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Sutradara Jeremias Nyangoen meraih Piala Citra Festival Film Indonesia 2023 kategori Sutradara Terbaik dalam film Women from Rote Island di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Selasa (14/11/2023). Jeremias Nyangoen juga meraih Penulis Skenario Asli Terbaik. Sementara film Women from Rote Island meraih Piala Citra Festival Film Indonesia 2023 kategori Film Cerita Panjang Terbaik.
Festival Film Indonesia 2023 menyodorkan kejutan dengan kekritisan yang semakin bernas. Banyak pula karya yang diajukan dinilai bermutu sehingga penilaiannya cukup ketat. Pemenang festival kali ini bahkan memainkan teknik hingga pemeran-pemeran di luar kelaziman.
Lewat tengah malam, Ciputra Artpreneur masih saja riuh dengan para pesohor. Lokasi penyelenggaraan FFI 2023 itu dipadati undangan berbatik, kebaya, hingga tuksedo yang berlalu lalang. Lebih dari satu jam pengumuman para pemenang pergelaran di Jakarta, Selasa (14/11/2023), itu usai, tetapi sejumlah pengunjung masih asyik membahas film-film yang difestivalkan.
Semisal Women from Rote Island, kreasi tersebut berkisah soal pengalaman pahit seorang buruh migran ilegal perempuan yang diperkosa di Malaysia lalu dipaksa pulang ke Tanah Air. Isu-isu sosial yang dibentangkan dalam FFI nyatanya juga lebih berbobot lewat Budi Pekerti dengan cerita perundungan terhadap guru dan keluarganya lewat dunia maya.
Ajang kali ini juga menyeruakkan kekagetan bagi sebagian penggila sinema dengan Budi Pekerti yang menggapai hingga 17 nominasi, tetapi Women from Rote Island dinobatkan sebagai Film Cerita Panjang Terbaik. Tontonan itu meraih Piala Citra dari semua nominasi yang ditembusnya, selain sutradara terbaik, penulis skenario asli terbaik, dan pengarah sinematografi terbaik.
Bikin saja sehingga terlihat alami. Kami jadi teryakinkan dengan ceritanya. Enggak kayak lihat bintang film, tapi memang sehari-hari demikian.
Tanpa gemerlapnya bintang-bintang dalam dunia perfilman, karya arahan Jeremias Nyangoen atau kerap disapa Jerry itu mementaskan para pemain yang seakan menjadi diri sendiri. Rumah reyot dari kayu, kekejian yang berjalin dengan duka, dan tanah bercadas menghamparkan sekuens neorealisme yang seolah membawa penonton ke Rote.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Sutradara Wregas Bhanuteja hadir dalam Malam Anugerah Piala Citra Festival Film Indonesia 2023 di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Selasa (14/11/2023).
”Tema Women from Rote Island tergolong berani. Pertama, kekerasan seksual di daerah terpencil,” ujar anggota Dewan Juri Akhir (DJA) Film Cerita Panjang FFI 2023, Ekky Imanjaya. Kedua, menariknya justru mereka yang membintangi film itu tidak dikenal. Adegan-adegan pun meluncur bak menampilkan peristiwa natural.
”Suara dari sutradaranya sangat kuat. Meski laki-laki yang mengangkat isu perempuan, tetapi tak ada bias jender yang turut jadi kekuatan,” ujarnya. Ekky pun mengapresiasi itikad Jerry untuk menyoroti Indonesia wilayah timur yang jarang dipanggungkan.
”Indonesia bukan cuma Jakarta dan cerita-ceritanya. Tidak juga turisme saja yang mungkin berjarak dengan masalah. Benar-benar melebur dilihat dari cerita orang Rote,” katanya. Ekky menilai Jerry seakan menggarap filmnya tanpa beban soal kemungkinan penonton tidak suka atau memikirkan bisnis.
”Bikin saja sehingga terlihat alami. Kami jadi teryakinkan dengan ceritanya. Enggak kayak lihat bintang film, tetapi memang sehari-hari demikian,” ujarnya. Film itu dimenangkan karena dianggap mengetengahkan isu sosial dan terang benderang memampangkannya.
”Paling kuat dan posisinya jelas mau menampilkan apa. Film yang dinominasikan bagus-bagus sehingga termasuk sengit,” katanya. Meski argumentatif, pemilihan pemenang berjalan dengan mufakat. Bisa saja pikiran juri tertentu berubah setelah menyimak pertimbangan rekannya yang meyakinkan.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Refal Hady hadir dalam Malam Anugerah Piala Citra Festival Film Indonesia 2023 di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Selasa (14/11/2023).
Kerja DJA FFI 2023 yang luar biasa padat dan melelahkan turut disampaikan anggotanya, Shanty Harmayn. Untuk Film Cerita Panjang, kedelapan anggotanya berjibaku secara maraton selama dua pekan. Mereka menonton semua film yang masuk nominasi lalu mendiskusikannya. Selama berjam-jam mereka beradu argumen.
”Bukan perkara selera atau tidak. Dari sekian kategori dibahas satu per satu. Lamanya minta ampun,” ujar Shanty. Keunggulan Women from Rote Island dinilai dari kemampuannya menghasilkan orkestrasi semua unsur, baik rasa, estetika, dan kekuatan gagasan. Mendapatkannya di tengah perfilman Indonesia yang tengah tumbuh ibarat menemukan sebutir berlian.
Durasi panjang
Jerry mengungkapkan, filmnya yang kerap menggunakan long take atau perekaman dengan durasi panjang. Teknik yang sebenarnya masih jarang dilakukan sineas dalam negeri. ”Kalau ditanya menurut saya kelebihannya, ya, begitu. Enggak sekadar gagah-gagahan. Kalau salah, ulang dari awal,” ujarnya.
Jerry juga menggarap adegan dengan gerakan kamera yang menayangkan dua waktu berbeda. Tak hanya efektivitas yang dikedepankan, tetapi juga rasa. ”Lalu, warnanya berbeda. Terkesan membuat perasaan tak nyaman karena ceritanya memang sakit. Rote begitu indah, tetapi persoalannya tidak,” ujarnya.
Jerry menilai penjurian FFI tahun ini agak berbeda. Ia tak berkomentar banyak, tetapi menautkannya dengan beberapa kenalan yang mempertanyakan ketiadaan nominasi untuk pemain-pemain Women from Rote Island. Sutradara yang baru memulai debut menuntaskan film panjang itu juga menyebutnya dirinya di luar circle atau lingkaran.
ARMAN FEBRYAN UNTUK FFI 2023
Sutradara Jeremias Nyangoen (kanan) meraih Piala Citra Festival Film Indonesia 2023 kategori Sutradara Terbaik dalam film Women from Rote Island di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Selasa (14/11/2023).
”Juri, kan, ada tahapannya. Mungkin satu sisi ada perubahan FFI sehingga lebih baik. Bukan berarti pemain saya harus menang, melainkan nominasi pun tidak,” ujarnya. Jerry terlihat kerap bicara tertahan-tahan hanya mengatakan, tak hendak menunjuk hidung.
”Bicara film, bukan karena saya suka atau tidak, melainkan memang karyanya bagus. Mungkin Tuhan berpesan sama saya, jangan bikin ramailah,” katanya sambil tersenyum. Jerry meminta mereka yang memandang Women from Rote Island dibintangi tanpa artis-artis ternama, jangan lantas menilainya tidak baik.
Rada outsider (di luar) dalam dunia perfilman. Tandanya, evaluasi atau dialektika yang lebih lanjut dari perkembangan film Indonesia.
Sutradara Budi Pekerti, Wregas Bhanuteja, mengaku bangga bersaing dengan banyak film bagus dalam FFI 2023. Ia puas filmnya bisa memenangi kategori Pemeran Utama Perempuan Terbaik (Sha Ine Febriyanti) dan Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik (Prilly Latuconsina). Wregas tak patah semangat.
”Ah, biasa aja karena saya juga enggak pernah berharap. Dapat dua Piala Citra sudah senang banget. Dari awal aku melihat filmnya bagus-bagus,” ujar Wregas. Ia lebih senang dan menghargai ketika penonton filmnya beramai-ramai ke bioskop lalu memberi penilaian secara tulus. Entah dalam bentuk komentar di media sosial atau dengan menyampaikan apresiasi secara langsung usai menonton.
ARMAN FEBRYAN UNTUK FFI 2023
Ketua Komite Festival Film Indonesia (FFI) periode 2021-2023 Reza Rahadian menyalami Sekar Ayu Asmara, salah satu anggota Dewan Juri Akhir FFI 2023, disaksikan beberapa anggota Dewan Juri Akhir FFI 2023.
Mengakar teater
Pengamat film Hikmat Darmawan menilai Women from Rote Island menambah warna FFI 2023 lantaran Jerry yang mengakar di teater. ”Rada outsider (di luar) dalam dunia perfilman. Tandanya, evaluasi atau dialektika yang lebih lanjut dari perkembangan film Indonesia,” ujarnya.
Salah satu penggagas Festival Film Madani itu menyambut baik keragaman dalam FFI 2023 sehingga membuka jelajah potensi, baik estetis maupun potensi tematik yang kuat. ”Jadi, selain keragaman tema, cara bertutur film-filmnya juga kian maju,” ujarnya.
Wakil Ketua Dewan Kesenian Jakarta periode 2021-2023 itu juga memandang karya-karya yang difestivalkan menimbulkan kepercayaan bahwa secara modalitas, kultural, gagasan, dan kreativitas, fondasi film Indonesia cukup kuat untuk berkembang sebagai industri.
Produser film Meiske Taurisia mengatakan, setiap festival atau penyerahan penghargaan memiliki gaya penjurian yang berbeda. Produser Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas itu mengikutsertakan filmnya dalam Locarno Film Festival 2021 yang merebut penghargaan tertinggi atau Golden Leopard.
ARMAN FEBRYAN UNTUK FFI 2023
Suasana gladi bersih Festival Film Indonesia 2023 di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Senin (13/11/2023).
Dede, demikian sapaannya, mengungkapkan, film yang memenangi festival tertentu belum tentu berjaya dalam ajang lain. ”Dari Locarno, film saya jadi pembuka di Singapore International Film Festival. Lalu, premier nasional waktu JAFF (Jogja-Netpac Asian Film Festival),” ujarnya.
Dede tak menampik jika film itu disorongkan ke Locarno Film Festival pada tahun yang berbeda, belum tentu capaiannya sama. ”Jangankan antarfestival. Festival yang sama, kalau film tertentu diajukan tahun depan dengan komposisi juri berlainan, hasilnya bisa jadi beda,” katanya.
Setiap festival memiliki pasar, kurator, dan juri yang berbeda. Terlebih, isu yang mengemuka setiap tahun pun tak sama. ”Variabel bisa berubah, tetapi serunya festival pas jagoan kita menang. Bisa juga film lain menang, tetapi waktu nonton, kita kaget karena memang lebih bagus,” katanya sambil tertawa.
Women from Rote Island dan Budi Pekerti menjadi perbincangan terkait isu yang diangkat ke dalam layar lebar. Keduanya memberi bobot lebih pada film nasional.