Semangkuk Bubur Hangat untuk Perut Warga Jakarta
Salah satu menu favorit sarapan warga Jakarta tentunya bubur. Segala jenis bubur tersedia di Ibu Kota.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F15%2F90a7220b-1dea-4e4c-9f37-3399565cd262_jpg.jpg)
Bang Lopi atau Lutfi Aspani melayani pembeli yang memesan bubur ase di pertigaan Jalan Kebon Kacang 9, Tanah Abang, Jakarta Pusat, dekat Pasar Gandaria, Selasa (14/11/2023). Bubur ase atau asinan semur adalah makanan khas Betawi.
Sarapan menjadi salah satu persiapan masyarakat Jakarta untuk menjalani hari. Dari berbagai jenis pilihan tersedia, ada kalanya semangkuk bubur hangat di gerobak pinggir jalan sudah cukup untuk menghangatkan perut keroncongan dan memompa tenaga. Segala jenis bubur tersedia di kota metropolitan ini.
”Pak, pesanan yang satu enggak pakai taoge ya!” kata Dina (41) dari atas sepeda motor di pertigaan Jalan Kebon Kacang 9, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (14/11/2023). Setelah memarkirkan sepeda motor di tepi jalan, Dina bersama putra dan ibunya duduk di meja.
Dina sekeluarga jauh-jauh datang dari Rawa Belong, Jakarta Barat, untuk sarapan bubur ase atau asinan semur, makanan khas Betawi ini. Mereka sudah lama kenal dengan sang penjual, Bang Lopi. ”Enak buburnya, ibu saya juga demen sarapan bubur ase. Kami bisa datang seminggu dua kali,” ujar ibu rumah tangga ini.
Bang Lopi alias Lutfi Aspani (60) sudah berjualan bubur ase dan ketupat sayur di gerobak untuk sarapan selama 25 tahun. Dia meneruskan usaha ibunya berjualan makanan sejak tahun 1960-an. Usaha Bang Lopi buka dari pukul 05.30 sampai pukul 11.30.
”Bubur ase ini beda sama bubur yang lain. Saya pakai kuah semur daging, sawi asin, dan ketimun. Orang-orang yang beli bilang rasanya unik,” kata Bang Lopi bangga.
Bubur ase ala Bang Lopi adalah bubur putih yang ditaburi sejumput taoge mentah, potongan ketimun, dan sawi asin. Buburnya cukup kental karena Bang Lopi mengaduk bubur sekitar tiga jam. Bang Lopi lalu menaburi kuah semur berisi daging sapi dan tahu panas di atasnya. Dia melengkapi sajian dengan taburan kerupuk merah dan emping, bawang goreng, serta kacang tanah. Rasa bubur ini manis gurih diselingi segarnya rasa sayur asinan.
Bang Lopi menceritakan, bubur ase termasuk disukai warga Jakarta untuk sarapan. Di hari kerja, dia bisa menghabiskan 2-3 liter beras untuk bubur. Di akhir pekan bisa lebih banyak lagi, sekitar 5 liter beras. Satu porsi bubur dia jual seharga Rp 15.000.
Meskipun lokasinya di pertigaan Jalan Kebon Kacang 9, dekat Pasar Gandaria, gerobak sederhana Bang Lopi ternyata cukup punya nama. Beberapa pesohor dan pencinta kuliner pernah mampir makan di sini, antara lain Tyson James Lynch dan Koko Gembul.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F15%2F8f97a32a-0c35-4718-90be-9afee48d1cc0_jpg.jpg)
Suasana penjualan di sekitar gerobak Bubur Ayam Senopati di pinggir Jalan Senopati, Jakarta Selatan, Selasa (14/11/2023) pagi.
Di Jakarta Selatan, Dinda (40) adalah warga Jakarta lainnya yang memulai hari dengan sarapan bubur. Sebetulnya, dia bukan orang yang wajib sarapan. Namun, kebetulan hari itu perutnya terasa lapar. Alhasil, Dinda dengan lahap makan di samping gerobak Bubur Ayam Senopati di pinggir Jalan Senopati, Jakarta Selatan, Selasa (14/11/2023) pagi.
”Saya tahu bubur ayam sini sudah dari lama, dari mulut ke mulut. Kebetulan lewat di sini jadi mampir makan, untung masih ada. Saya suka rasa buburnya secara keseluruhan, tetapi suka juga bubur yang lain, jadi bubur yang encer dan kental suka-suka saja,” kata Dinda.
Mulai berjualan sejak sekitar tahun 2000, Bubur Ayam Senopati cukup tersohor juga. Buka sejak pukul 05.30 sampai 11.00, Wariyanto (35) dan tiga rekannya terlihat sibuk menyiapkan bubur untuk pesanan daring sekaligus melayani pelanggan yang datang langsung.
Penjualan pada hari itu laris manis. Waktu menunjukkan pukul 09.00, tetapi stok makanan sudah hampir habis. Sedikit lagi mereka bisa pulang. Pembeli bubur ayam untuk sarapan ini tidak hanya berasal dari pekerja kantoran di sekitar Senopati, malahan ada juga yang memesan bubur dari Depok.
”Yang membedakan bubur Senopati dari bubur lain itu kebanyakan dari tekstur bubur yang sangat kental. Kata orang juga rasa bumbunya beda. Nih, kita balik buburnya yang di ada dalam kotak plastik aja nggak tumpah karena lengket,” kata Wariyanto sambil lanjut mengaduk bubur di panci dengan cekatan.
Tekstur Bubur Ayam Senopati kental sehingga sekilas terlihat seperti bubur sumsum. Pembuatan hingga mencapai tekstur ini berkat pengadukan bubur selama empat jam. Untuk penyajiannya, bubur mendapat taburan potongan ayam suwir, bawang goreng, seledri, dan bumbu penyedap. Bubur kemudian ditumpahi kaldu kuning gurih. Penyajian bubur semakin sempurna dengan taburan kerupuk.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F15%2Fb8892e2c-66fe-4f0a-a4eb-41c395d3cbe0_jpg.jpg)
Tampilan bubur ayam yang dijual di gerobak Bubur Ayam Senopati di pinggir Jalan Senopati, Jakarta Selatan, Selasa (14/11/2023) pagi
Dalam sehari, Wariyanto dan kawan-kawan bisa menjual 450 porsi bubur, mayoritas kepada pekerja kantoran. Jumlah ini bertambah dua kali lipat menjadi 900 porsi di akhir pekan lantaran warga Jakarta suka membeli seusai berolahraga sekitar Sudirman Central Business District (SCBD).
Harga Bubur Ayam Senopati untuk makan di tempat seharga Rp 20.000. Harganya akan naik sedikit apabila bubur dipesan secara daring dan menggunakan bungkus stirofoam atau kotak plastik bening. ”Artis Uya Kuya sering beli di sini, baru-baru juga capres Ganjar Pranowo makan di sini,” ucap Wariyanto.
Bubur manis
Berbeda dari orang kebanyakan, Indah Maharani (20) justru memilih memulai harinya dengan makanan manis. Sekitar dua kali seminggu, karyawan swasta di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, ini membeli bubur sumsum atau bubur candil di gerobak Istana Bubur sebagai menu sarapan sebelum bekerja.
”Emang suka aja karena biasanya mamaku juga buat bubur sumsum pagi-pagi. Jadi ini udah jadi kebiasaan di rumahku. Tapi, aku juga nggak beli tiap hari,” kata Indah.
Selain bubur, Indah biasanya juga membeli sarapan berupa paket nasi dan ayam dekat tempat kerjanya. Dia mengakui, sarapan bubur sumsum atau bubur candil yang manis menjadi selingan menyenangkan. ”Rasanya kental seperti bubur biasa dan lembut sampai di lambung. Jadi, aku nggak kunyah juga bisa,” katanya.
Rustam (33), karyawan Istana Bubur, menjelaskan, jenama ini merupakan cabang perusahaan yang ada di Samarinda, Kalimantan Timur. Istana Bubur menjual bubur safar khas Indonesia, antara lain bubur candil ubi ungu, bubur candil sumsum, bubur kacang hijau, dan bubur mutiara. Di Jakarta, Istana Bubur sudah memiliki beberapa cabang.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F15%2F832f244d-bf3e-4204-9825-d7c8edbb2123_jpg.jpg)
Rustam (33), karyawan Istana Bubur di Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat, melayani pelanggan membeli bubur safar, Selasa (14/11/2023) pagi.
Istana Bubur buka dari pukul 09.00 sampai 21.00. Untuk cabang yang berada di Bendungan Hilir, Rustam dan rekan-rekannya bisa menjual lebih dari 100 porsi sehari, termasuk untuk pesanan daring. Harganya rata-rata Rp 12.000 untuk ukuran cup dan Rp 17.000 untuk ukuran boks plastik.
”Ada juga yang beli untuk sarapan mungkin karena buburnya disajikan hangat dari panas santan dan manis gula jawa. Tapi, yang paling banyak beli itu dari pukul 16.00 sampai 18.00. Kami buatnya semua dari bahan alami tanpa pengawet,” kata Rustam.
Manfaat sarapan
Ahli gizi Angel Jovi mengatakan, sarapan bermanfaat penting bagi tubuh. Sarapan membantu kita untuk menjaga fokus, mempunyai tabungan energi saat beraktivitas, dan menghindari makan berlebih (overeating) saat makan siang.
Akan tetapi, kita tidak bisa asal sarapan. Sarapan yang sehat adalah memperhatikan jenis kandungan makanan yang dikonsumsi. ”Kalau rendah serat, rendah protein, dan terlalu tinggi karbohidrat, misalnya, anak-anak bisa mengantuk pas belajar,” kata alumnus Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul, Jakarta, ini.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F15%2Fba06bb9c-d5e9-4993-9a14-ab7b9449ef5f_jpg.jpg)
Tampilan bubur ase yang dijual Bang Lopi di pertigaan Jalan Kebon Kacang 9, dekat Pasar Gandaria, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (14/11/2023).
Angel melanjutkan, ketika baru bangun tidur, kita idealnya tidak boleh langsung makan. Kita perlu minum air putih 500 mililiter terlebih dahulu dengan tujuan membangunkan sistem pencernaan yang ”berpuasa” selama tidur. Setelah jeda sekitar 30 menit, barulah kita bisa sarapan.
”Tidak ada golden rule jam berapa kita harus sarapan karena waktu bangun setiap orang berbeda-beda. Lebih baik dihitung sejak orang itu bangun tidur, gosok gigi, lalu minum air putih,” ujar Angel.
Baca juga: Kopi Bintang Lima dari Tangan Kaki Lima
Terkait menu sarapan, Angel menyarankan agar kita tidak makan makanan yang terlalu berat, seperti nasi uduk, opor ayam, dan lontong sayur. Menurut Angel, bubur adalah salah satu makanan yang cocok untuk sarapan selama tidak dikonsumsi secara pedas.
Namun, dia juga tidak menyarankan untuk sarapan bubur yang manis, seperti bubur sumsum dan bubur biji salak, karena menggunakan santan dan gula jawa yang cukup ”berat” untuk perut. “Manfaat sarapan itu banyak yang menentukan efek kesehatan kita di kemudian hari,” katanya.