Desainer Ghea Panggabean yang dikenal sebagai ”Ratu Jumputan”, Jumat (3/11/2023), meluncurkan koleksi peralatan makan ”Jumputan dan Lawon Pelangi Series” di Alun-alun Indonesia, Mal Grand Indonesia, Jakarta.
Oleh
SOELASTRI SOEKIRNO
·3 menit baca
Desainer Ghea Panggabean yang dikenal sebagai ”Ratu Jumputan”, Jumat (3/11/2023), meluncurkan koleksi peralatan makan (tableware) ”Jumputan dan Lawon Pelangi Series” di Alun-alun Indonesia, Mal Grand Indonesia, Jakarta. Berbagai peralatan, antara lain cangkir dan tatakan, piring, mangkuk, teko, dan lainnya, dipajang untuk diperlihatkan kepada para undangan.
Selain para pencinta kain Nusantara, seperti Nyonya Hartarto, Yanti Airlangga Hartarto, Miranda Goeltom, desainer Chossy Latu, hadir pula sejumlah istri duta besar negara sahabat di acara peluncuran yang dimeriahkan tarian khas Palembang serta peragaan busana motif jumputan dan lawon.
Jumputan, kain tradisi Palembang dibuat dengan proses ikat celup. Sementara lawon yang juga kain khas daerah tersebut dibuat dari sutra dengan motif geometris dan lainnya. Ghea sejak menjadi desainer di awal 1980-an secara konsisten mengangkat jumputan di koleksi busana karyanya. Hal itu membuat banyak pihak menjulukinya sebagai Ratu Jumputan.
Ghea menjelaskan, pembuatan seri peralatan makan ini memakan waktu lama karena tak mudah memindahkan motif jumputan pada kain ke dalam peralatan makan yang ukurannya lebih kecil. CEO Manufacture Zen Tableware Tjandra Suwarto, yang menjadi rekanan Ghea, mengatakan, masa pembuatan koleksi peralatan makan dan minum tersebut perlu waktu hingga 1,5 tahun karena Ghea sangat perfeksionis.
”Kalau enggak sempurna, Bu Ghea tidak mau. Misalnya warna ini, jika tak persis seperti yang dimau, Bu Ghea tak mau. Harus diganti. Padahal membuat warna-warna di motif kecil-kecil begini tidak mudah. Tapi hasilnya jadi bagus dan memuaskan,” ujar Tjandra usai jumpa pers sembari menunjukkan contoh motif dan warna pada salah satu mangkuk yang ia pegang.
Kecintaan Ghea pada aneka peralatan makan-minum menurun dari hobi nenek dan ibunya yang senang mengumpulkan cangkir dan tatakan. ”Nenek saya berdarah Belanda. Tradisi Belanda (itu) minum kopi, setiap tamu datang tuan rumah menawari kopi. Di Belanda, setiap keluarga punya cangkir yang berbeda motif dan warnanya sehingga tidak mungkin ketuker. Nenek dan ibu saya punya koleksi tea cup banyak. Saya jadi ikut senang beli-beli tea cup,” ujar Ghea.
Hobi itu membuat dirinya ingin mengabadikan motif pada kain khas Nusantara pada koleksi peralatan makan dan minum sehingga keindahan budaya Indonesia makin dikenal banyak orang. Koleksi peralatan makan dari porselen tersebut merupakan yang kelima kalinya dibuat Ghea bersama Zen Tableware. ”Koleksi ini bisa juga untuk perayaan Natal dan Tahun Baru nanti. Biasanya banyak keluarga berkumpul untuk makan malam,” kata Ghea pada kesempatan terpisah.
Di koleksi ini, Ghea mengangkat kembali motif kain jumputan yang selama ini banyak ia eksplorasi untuk membuat busana. Peralatan makan dan minum ”Jumputan Palembang dan Lawon Pelangi Series” dibuat dalam warna oranye, merah marun, hijau alpukat, dan hijau Celadon (keramik antik).
Koleksi peralatan makan dan minum Ghea pertama kali dirilis tahun 2010 bermotif kain antik pelangi Palembang kesayangannya warna merah marun. Setelah itu, ia meluncurkantableware bertajuk ”Songket, Romantic Peranakan, Wayang Beber dan Batik Hokokai dari Pekalongan”.
Menurut Ghea, koleksi seperti wayang beber menjadi favorit pembeli. Banyak kantor Kedutaan Besar RI di luar negeri mengoleksinya untuk menjamu tamu sekaligus menjadi alat mengenalkan kekayaan budaya Indonesia.