Julianto Bermain Api
Desainer Julianto memamerkan koleksi bertajuk "Flames" yang terinspirasi dari api dan tanah.
Dampak pandemi membuat dua tahun belakangan menjadi masa paceklik bagi Julianto untuk berkarya. Namun, alam semesta sekali lagi menjadi inspirasi. Sang desainer muda meluncurkan sebuah koleksi yang terilhami dari api yang membara dan tanah yang kokoh.
Julianto menggelar Fashion Presentation bertajuk Flames S/S 2024 di Plaza Indonesia, Jakarta, Selasa (10/10/2023). Sepuluh model perempuan elok memamerkan 10 set busana yang terinspirasi dari elemen api dan tanah.
“Elemen api menggambarkan perjalanan saya dalam berkarya mode yang selalu membara. Sedangkan elemen tanah menjadi gambaran tentang tempat di mana saya berpijak,” kata Julianto.
Api menjadi lambang hasrat membara untuk ekspresi diri dan pemberdayaan. Sementara itu, tanah menyimbolkan stabilitas dan penghormatan ikatan dengan asal usul.
Dalam koleksi Flames, ciri khas Julianto selalu muncul lewat penyajian gaun malam mewah nan modern berkat potongan pas badan. Koleksi Flames memamerkan sejumlah gaun panjang, gaun pendek, dan setelan celana panjang palazzo. Kesan seksi terasa kuat dalam koleksi Flames.
Nuansa mewah nan gemerlap terpancar dari setiap busana lantaran permukaan gaun diselimuti detail dekoratif berupa payet dan manik-manik. Keindahan itu menjadi pelengkap sempurna dari potongan pakaian yang menggunakan bahan dari taffeta, tule, sheer, dan stretch jersey sebagai dasar.
Sesuai dengan dua elemen yang menjadi inspirasi, Flames menawarkan warna merah dan perunggu atau gangsa sebagai warna utama. Merah, sekali lagi melambangkan api, sedangkan gangsa mewakili tanah. Artinya, dua energi berbeda 'berbicara' dalam koleksi ini.
Desain busana ‘api’ memancarkan semangat membara yang berani. Pada beberapa gaun panjang, bahan kain yang digunakan adalah sheer tipis yang bersifat jatuh. Kain pelapis dibaliknya justeru dipotong jauh lebih pendek hingga menyerupai pakaian dalam. Kulit tubuh pemakai akan samar-samar tersingkap.
Satu gaun yang memikat adalah gaun tanpa lengan berwarna merah marun sepanjang mata kaki. Detil dekoratif yang dipakai adalah lekukan garis halus seperti lidah api. Di belakang gaun, kain tambahan diolah dengan teknik quilting (berlapis) yang menjelma sebagai pita. Dari kejauhan, model seolah berjalan dengan syal yang melayang.
Sementara itu, desain busana ‘tanah’ menyiratkan rasa elegan yang cenderung klasik. Warna gangsa yang senada dengan warna kulit perempuan Indonesia membuat tubuh pemakai seperti diselubungi manik-manik dengan motif yang meniru kontur tanah.
Julianto menceritakan, ada satu gaun gangsa yang membutuhkan waktu pengerjaan hingga satu bulan lamanya. Baju tersebut adalah setelan yang terdiri dari atasan sleeveless (tanpa lengan) dan rok span. Bagian atasan terdiri atas dua bagian, dimana bagian luar berlubang di bagian dada, sedangkan bagian dalam berbentuk seperti bra dengan warna tanah yang lebih muda.
“Aku membuatnya dengan metode fabric manipulation (manipulasi kain). Bahan satin itu kita bentuk seperti alur tanah dengan cara kain dilipat satu-satu. Setelah jadi tali kita susun satu per satu di pola yang telah ditentukan,” tutur Julianto.
Tampil di Milan
Sebetulnya, koleksi Flames telah tampil di acara Runway Show, Emerging Talents Milan Spring Summer 2024 di Milan, Italia, selama 19-24 September 2023. Julianto memamerkan karyanya pada 21 September 2023 di Palazzo Visconti.
Julianto menjelaskan, acara yang digagas Emerging Talents Milan tersebut memang digelar bersamaan dengan perhelatan Milan Fashion Week 2023. Tetapi, ini merupakan acara terpisah sehingga mereka menggunakan istilah “During Milan Fashion Week”.
Julianto sudah beberapa kali menjajaki pasar internasional, seperti New York, Hong Kong, dan, sekarang, Milan. “Tampil di fashion show luar negeri adalah ajang untuk perkenalan jenama Indonesia dan juga mengembangkan diri sebagai desainer,” katanya.
Terlebih, Julianto punya alasan khusus untuk menyanggupi tawaran tampil di Milan. Pada 2018, desainer asal Pekanbaru, Riau, ini belajar mode selama enam bulan di Istituto Di Moda Burgo Indonesia. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di Istituto Di Moda Burgo Milan selama setahun.
Untuk menyesuaikan pasar Milan, Julianto sengaja memfokuskan desain Flames pada penggunaan payet agar tampak glamor. Harga pun dipatok mulai dari Rp 35 juta ke atas. “Di Milan, perempuan selalu menggunakan gaun karena banyak menghadiri acara karpet merah atau makan malam yang formal,” ungkapnya
Inspirasi Flames, berupa api dan tanah, adalah elemen kehidupan. Ini bukan kali pertama ide Julianto berasal dari alam sekitar. Di New York Fashion Week pada 2019, dia membuat koleksi Il Fiore yang mengejawantahkan gagasan bunga mawar. Koleksi Julianto bertajuk Embrace di Jakarta Fashion Week pada 2017 ialah hasil tafsir Gunung Bromo.
“Aku memang orangnya penuh rasa penasaran. Jadi setiap apa yang aku jalani di kehidupan sehari-hari bisa menjadi inspirasi. Tanah dan api itu kan elemen yang selalu dekat sama kita,” tutur Julianto.
Baca juga: Individualitas Para Profesional
Koleksi Flames membawa interpretasi Julianto tentang api dan tanah. Namun, nama koleksi ini juga sedikit mengingatkan kita pada filosofi kepemimpinan Jawa, yakni Hastabrata atau Astabrata.
Hastabrata menyebutkan delapan watak dasar di jagat raya, yaitu bumi, angin, api, air, bulan, matahari, langit, dan bintang. Dalam buku Global Perspectives on Nationalism (2022), Hastabrata meyakini bahwa api merujuk pada karakter yang transformatif. Adapun tanah mengacu sebagai sumber kehidupan yang bersifat terbebani, tetapi tak pernah mengeluh.
Selepas dari pandemi, tidak ada salahnya untuk kita memiliki sifat tanah dan api dalam diri. Apalagi, saat ini kehidupan manusia kian dinamis. Ibarat tanah, tak mengeluh, tetapi transformatif ibarat api.