Menguji Perbedaan Stargazer X
Gabungan jalan yang berkelok-kelok dan rute naik turun menjadi medan yang pas untuk menjajal pengendalian mobil yang sudah dilengkapi fitur Electronic Stability Control (ESC) dan Vehicle Stability Management (VSM) ini.
Sekilas tak banyak perbedaan antara Hyundai Stargazer X dan Hyundai Stargazer yang menjadi dasar pengembangannya. Namun dalam uji jarak jauh, perbedaan yang sedikit itu cukup terasa manfaatnya di perjalanan.
Hari Senin (28/8/2023) pagi, rombongan jurnalis tiba di Bandara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di area antar-jemput penumpang di bagian depan bandara baru itu telah menunggu sedikitnya 20 unit Hyundai Stargazer X. Waktu itu, belum ada sebulan sejak mobil baru ini diluncurkan di ajang pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023.
Mobil crossover antara MPV dan SUV ini akan bermain di segmen low SUV yang sebelumnya sudah diisi Mitsubishi Xpander Cross, Suzuki XL7, Toyota Rush, Daihatsu Terios, dan Honda BR-V. Secara tampilan luar, nyaris tak terlihat perbedaan antara Stargazer X dan Stargazer. Hanya ada beberapa ubahan tampilan yang membuat mobil terlihat lebih kokoh dan sporty seperti lazimnya sebuah SUV.
Ubahan tampilan itu, misalnya, terlihat pada kap mesin, gril, bumper depan, dan bumper belakang dengan rear guard yang menyerupai diffuser. Di bagian samping, ubahan yang langsung terlihat adalah adanya over fender berwarna hitam di atas setiap spatbor dan side sill moulding di bagian bawah pintu. Over fender tersebut sudah menjadi semacam tampilan wajib pada setiap mobil yang ingin disebut SUV.
Ukuran dan desain velg juga baru. Jika pada Hyundai Stargazer dilengkapi velg alloyberdiameter 16 inci dengan ukuran ban 205/55R16, Stargazer X dipasangi velg berdiameter 17 inci dengan ukuran ban 205/50R17. Perubahan ukuran velg dan ban ini membuat tinggi kolong (ground clearance) Stargazer X menjadi 200 milimeter (mm), dibandingkan 195 mm pada Stargazer.
Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, pihaknya meluncurkan Stargazer X untuk memenuhi tuntutan konsumen berdasarkan hasil survei yang mereka lakukan.
”Dari Stargazer yang desainnya futuristik, kini menjadi lebih gagah, hampir mirip dengan SUV. Tetapi memang kami tidak mau terkesan bahwa ini adalah SUV yang bener-bener SUV. Jadi kita mau tetap mempertahankan ciri khasnya sebagai MPV,” tutur Frans, panggilan akrab Fransiscus.
Baca juga: BEV Makin Meriah, ICE Kian Panas
Dari balik velg belakang juga terihat mobil ini sekarang sudah menggunakan rem cakram di bagian belakang. Ubahan ini memungkinkan mobil memiliki fitur rem parkir elektrik (electric parking brake/EPB) dan fitur brake auto hold.
Setelah rombongan sarapan bersama di restoran salah satu hotel di seberang bandara, perjalanan uji kendara itu dimulai. Hari pertama itu, tujuan akhir kami adalah Kota Surakarta alias Solo. Namun, perjalanan tidak ditempuh melalui rute standar Yogyakarta-Surakarta, tetapi memutar melewati wilayah Purworejo-Magelang-Salatiga. Di perjalanan kami dijadwalkan melewati kawasan wisata Bukit Menoreh dekat Candi Borobudur dan Kopeng di lereng Gunung Merbabu.
Pemberhentian pertama kami di hari itu adalah kompleks restoran Enam Langit by Plataran di ketinggian lereng Bukit Menoreh. Perjalanan ditempuh melalui jalur Purworejo-Magelang. Di etape pertama ini Kompas memilih menjadi penumpang lebih dulu di bangku baris kedua.
Perjalanan etape pertama ini menjadi kesempatan untuk mencermati interior varian Stargazer X Prime yang kami gunakan. Secara umum, interiornya pun hampir sama persis dengan Stargazer versi terbaru. Hanya bedanya, kursi-kursi di Stargazer X Prime ini dibalut bahan kulit sintetis dengan jahitan berwarna merah untuk menonjolkan kesan sporty.
Di bagian konsol depan, terlihat tak ada lagi tuas rem tangan alias rem parkir. Itu karena mobil ini sudah menggunakan EPB seperti disebutkan di atas. Di bagian dasbor sudah berlapis bahan warna hitam mengilat persis seperti di Stargazer versi terbaru.
Perjalanan menuju Enam Langit berlangsung lancar meski mobil harus berkonvoi melintasi jalur jalan yang sempit dan menanjak terjal menuju restoran tersebut. Di sana rombongan beristirahat untuk makan siang hingga waktu menjelang sore.
Dari restoran Enam Langit ini, Kompas mendapat giliran memegang kemudi untuk membawa mobil hingga ke Surakarta. Dikarenakan posisi parkir di bagian paling pojok, kami di mobil nomor urut delapan ini harus berada di bagian paling belakang konvoi saat rombongan beranjak meninggalkan Bukit Menoreh.
Rute menantang
Kami semakin tertinggal saat beberapa kali rombongan terpecah karena sebagian konvoi terhenti di lampu merah. Apalagi saat mobil melewati Muntilan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, lalu lintas sempat macet panjang. Saya pun berpikir, tak akan mungkin kami mengejar konvoi di depan.
Sampai akhirnya di pertigaan Blabak, Magelang, Kompas mengaktifkan aplikasi navigasi Waze dan langsung memasukkan tujuan akhir di Surakarta. Oleh Waze, kami diarahkan untuk berbelok ke kanan dan langsung menuju Boyolali melewati kawasan Selo. Untunglah saya cukup mengenal daerah ini karena sudah beberapa kali melewati jalur tersebut sehingga dengan percaya diri langsung mengambil jalur pintas itu dengan harapan akan bertemu kembali dengan rombongan di Jalan Tol Semarang-Solo.
Jalur ini justru menawarkan rute yang menantang dan mengasyikkan untuk menguji kemampuan mobil, tak kalah dengan rute melalui Kopeng yang dilewati rombongan. Gabungan jalan yang berkelok-kelok dan rute naik turun menjadi medan yang pas untuk menjajal pengendalian mobil yang sudah dilengkapi fitur Electronic Stability Control (ESC) dan Vehicle Stability Management (VSM), ini. Dan terbukti, Stargazer X melewati semuanya dengan mulus dan lancar.
Fitur Hill-start Assist Control (HAC) dan Brake Auto Hold juga terbukti sangat berguna di medan dengan tanjakan dan turunan tajam ini. Saat kami harus berhenti di tengah tanjakan atau turunan, tak perlu khawatir mobil akan meluncur tak terkendali karena fungsi rem selalu terjaga.
Tenaga mesin yang sama dengan Stargazer, yakni 115 PS dengan torsi puncak 143,8 Nm, mengalir lancar melalui transmisi IVT (Intelligent Variable Transmission) dan cukup untuk melewati tanjakan-tanjakan panjang di jalur menuju Selo di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Rasa berkendara mobil ini pun tidak berbeda jauh dengan Stargazer. Hanya saja, bantingan roda terasa lebih keras dibandingkan MPV tersebut.
Menurut Bonar Pakpahan, Product Expert Assistant Manager PT HMID, bantingan yang lebih keras itu adalah efek penggunaan ban dengan profil lebih tipis dibandingkan Stargazer. Karena praktis hanya ubahan itu yang terjadi. Semua komponen suspensi dan kaki-kaki pada Stargazer X sama persis dengan Stargazer, demikian pula dengan semua komponen mesin dan sistem penggerak (drivetrain).
Dengan perjalanan yang berlangsung lancar dan mulus itu, kami justru bisa mendahului rombongan dan masuk ke jalan Tol Semarang-Solo lebih dulu melalui gerbang tol Boyolali. Di jalan tol ini kami bisa menjajal akselerasi mobil dengan slogan ”Unleash The X in You” ini dengan leluasa. Kembali lagi, rasa berkendaranya mirip saat menjajal Stargazer di jalan tol dari Surabaya menuju Solo, Agustus 2022 lalu.
Rute menantang lainnya kembali menunggu kami keesokan harinya saat perjalanan dilanjutkan dari Solo menuju Yogyakarta. Sekali lagi, kami tidak dilewatkan rute standar Solo-Yogya via Kartasura. Alih-alih, pihak HMID mengajak kami menjelajah jalur lintas selatan (JLS) Jawa dengan melewati Wonogiri-Pracimantoro menuju restoran Segara by Inessya yang berlokasi di Pantai Mesra, Kabupaten Gunungkidul, DIY.
Baca juga: Hyundai Stargazer, Bintang Baru di Langit MPV
Kembali bantingan suspensi diuji saat beberapa kali kami harus keluar dari jalur utama JLS yang belum sepenuhnya rampung itu. Kami masuk ke jalan-jalan kecil, masuk ke jalur jalur perdesaan yang kadang tidak mulus. Bantingan suspensi masih terasa nyaman-nyaman saja.
Seusai rehat makan siang di Segara, perjalanan dilanjutkan menuju Pantai Depok di Kabupaten Bantul. Di pantai itu, kami memasuki area landasan pacu kecil yang biasanya digunakan untuk acara-acara Federasi Aero Sport Indonesia (FASI). Sebagian area landasan pacu itu sudah diatur sedemikian rupa oleh panitia untuk kembali menguji pengendalian (handling), akselerasi, dan kemudahan parkir mobil yang sudah dilengkapi fitur Forward and Reverse Parking Distance Warning (PDW) tersebut.