Kuliner Enak Khas Trenggalek
Mencicipi kuliner khas Nusantara seolah tak ada habisnya. Setiap daerah punya menu jagoan tersendiri tak terkecuali Kabupaten Trenggalek di Jawa Timur.
Saat bertandang ke suatu tempat, ada baiknya juga mencicipi beragam kuliner lokal nan lezat. Selain akan menambah pengalaman dan pengetahuan, kelezatan kuliner lokal boleh jadi memperkaya perbendaharaan cita rasa di palet lidah kita.
Perkenalan dengan sejumlah sajian khas satu daerah Kompas alami saat berkunjung ke Trenggalek, Jawa Timur, awal September lalu. Ditemani pegiat literasi asli Trenggalek, Nurani Soyomukti, kami mencicipi sejumlah sajian khas kota itu.
Sajian pertama yang disarankan berupa nasi pindang daging sapi. Hidangan itu, menurut Nurani, termasuk salah satu kuliner favorit orang Trenggalek.
Nasi pindang memang banyak dijual di daerah ini, mulai di warung lesehan pinggir jalan dekat pasar hingga kedai atau warung makan dengan bangunan permanen. Penggemarnya bisa menikmatinya kapan saja untuk sarapan pagi, makan siang, makan malam, dan pengganjal perut yang lapar pada dini hari.
Baca juga : Para Penakluk Keluak
Nasi pindang berupa sepiring nasi yang diguyur kuah pindang berwarna hitam pekat mirip kuah rawon. Baik kuah pindang maupun rawon sama-sama menggunakan bumbu keluak.
Trenggalek memang menjadi salah satu daerah penghasil keluak terbaik di Jawa. Pesaingnya antara lain Ponorogo dan Banyuwangi (Jawa Timur) atau Kulon Progo, Bantul, Sleman, dan Gunungkidul (DI Yogyakarta).
Siraman kuah pindang ke sepiring nasi biasanya tak perlu sampai terlalu banjir. Cukup sampai membuatnya nyemek alias tidak basah dan tidak kering. Selain kuah, diikutsertakan beberapa potong daging sapi yang empuk dan seolah lumer ketika dikunyah. Kadang disertakan pula bagian lemak alias gajih.
Sebagai pembeda dengan rawon, nasi pindang trenggalek ditambahi taburan serundeng. Serundeng terbuat dari parutan kelapa tua, yang dimasak bersama beberapa macam bumbu, gula merah, dan sedikit asam jawa.
Rasa manis serundeng menghasilkan nasi pindang yang beraroma gurih dan kaya rasa. Di sela rasa gurih dan manis, ada rasa pedas dari cabai rawit merah yang dimasak bersama daging.
Warung nasi pindang favorit para penggemar setempat, salah satunya berlokasi di kawasan Hasyim Ashari, Trenggalek. Namanya Warung Nasi Pindang Daging Sapi Lina Sihir. Harga seporsi nasi pindang di sini Rp 20.000.
Untuk memberi rasa lebih gurih, ia menggunakan kemiri pada kuah pindangnya.
”Saya berjualan di sini sejak tahun 2008 dan khusus nasi pindang daging sapi. Per hari bisa habis 7 kilogram daging, sementara untuk bahan serundengnya bisa sampai 11 butir (kelapa),” ujar Herlina.
Ia mengklaim serundeng buatannya spesial dan tahan disimpan dalam waktu lama. Beberapa pelanggan sering ingin membeli serundengnya saja, tapi ia belum terpikir menjualnya secara terpisah.
Selain hidangan nasi pindangnya yang menggoda, suasana warung milik Herlina juga membawa kita pada kenangan masa lalu. Di bagian belakang warung terdapat sebuah rumah joglo tua warisan eyangnya, Harjodinomo. Bangunan itu berdiri sejak 1950. Bagian dindingnya masih dipertahankan berupa gedek alias anyaman bambu.
Para pelanggan bisa makan di area pendapa rumah antik ini. Area ini cukup luas dan bisa menampung setidaknya empat sampai lima set meja makan dengan empat kursi.
Jika ingin melihat-lihat bagian dalam rumah, para tamu juga dipersilakan masuk. Ada beberapa ruangan, seperti untuk berkumpul keluarga, dan beberapa kamar tidur, masing-masing masih dilengkapi sejumlah furnitur dan pernak-pernik asli zaman dulu.
Baca juga: Rasa Unik Si Hitam Keluak
Pengobat rindu
Setelah puas mencicipi nasi pindang, hidangan khas Trenggalek kedua yang kami cicipi adalah sompil alias lontong sayur. Kuliner satu ini juga menjadi favorit masyarakat Trenggalek, terutama untuk sarapan pagi. Namun, tak ada yang melarang jika orang menyantapnya untuk makan siang atau kudapan malam.
Seperti lontong sayur yang banyak ditemukan di kota-kota besar macam Jakarta, sompil berisi irisan lontong. Namun, ukuran lontong untuk sompil bisa dibilang jumbo. Dua atau tiga kali lebih besar dari ukuran lontong untuk sate pada umumnya.
Potongan lontong disajikan bersama sayur lodeh berbahan nangka muda (tewel), kacang, biasanya kacang tolo, dan kecipir. Ketiga bahan itu dilodeh alias dimasak dalam kuah santan kelapa dan berbagai bumbu. Ada juga yang menambahkan irisan rebung atau taoge rebus saat disajikan.
Setelah puas mencicipi nasi pindang, hidangan khas Trenggalek kedua yang kami cicipi adalah sompil alias lontong sayur.
Sayur untuk sompil memang berbeda dengan lontong sayur, yang biasanya hanya terdiri dari irisan labu siam, kacang panjang, atau pepaya muda.
Sompil yang kami cicipi adalah sompil Yu Sini. Sompilnya terasa gurih dan manis karena menggunakan santan kental dari hasil perasan pertama. Santan dari perasan berikutnya dipakai untuk memasak lodeh.
Menurut Nurani, sompil Yu Sini terbilang fenomenal di kalangan warga Trenggalek. Yu Sini berjualan sejak era 1980-an, biasanya di dua lokasi pasar, yakni Pasar Prigi dan Pasar Ndawe Margo, Watulimo.
Menjelang pukul 06.00 saat Yu Sini membuka jualannya, para pembeli sudah antre. Tak sampai dua jam, sompil dagangannya sudah ludes.
Sompil Yu Sini, tambah Nurani, juga menjadi tujuan utama warga Trenggalek yang pulang dari rantau setiap momen mudik Idul Fitri. Pada waktu seperti itu, antrean pembeli bisa puluhan orang.
”Pernah istri saya kepingin banget beli, tetapi setelah antre lama, pas sampai giliran ternyata sompilnya habis. Istri sampai menangis karena enggak kebagian,” kisah Nurani.
Sompil memiliki cita rasa yang kaya ketimbang ketupat sayur di Jakarta yang berkuah encer. Seperti nasi pindang, kuah sompil disajikan secara nyemek dengan tambahan taburan kerupuk singkong berbentuk panjang macam cheese stick.
Walau melempem saat bercampur dalam sompil apalagi kalau diaduk, kerupuk singkong itu justru memberi tekstur rasa yang unik. Kerupuk singkong yang tadinya garing berubah menjadi mirip krecek dalam menu gudeg. Kenyal dan gurih.
Kuliner Trenggalek lain yang menarik adalah nasi gegog atau gegok. Nasi ini awalnya lebih dikenal sebagai nasi bekal para peladang saat bekerja di ladang. Bahan-bahan dan cara penyajiannya pun sangat sederhana karena gegog dipersiapkan dengan cepat ketika peladang hendak berangkat bekerja pagi-pagi sekali.
Nasi gegog terdiri atas seporsi nasi berupa beras aron yang dibungkus dan dikukus kembali bersama beberapa sendok lauk pedas yang terdiri dari sambal terasi, suwiran ikan tuna, ati ampela ayam, ikan teri, atau cumi goreng. Nasi yang sudah diberi isian itu dibungkus daun pisang dan dikukus hingga matang.
Nasi gegog juga mudah ditemukan di sekitar Trenggalek. Salah satunya di Warung Kopi Deplok milik Mbah Suwito (63) di Desa Ngares. Saat kami ke sana, Sabtu (9/9/2023) siang, warung itu ramai pengunjung. Di sana, nasi gegog menjadi menu utama dengan tambahan beragam gorengan macam tempe atau tahu bulat.
Jadi, jika sekali waktu sempat mampir ke Trenggalek, tak perlu banyak berpikir akan makan apa. Tiga menu tadi bisa Anda coba.