Humor Kreatif ala Media Sosial
Media sosial memungkinkan setiap orang bisa menampilkan konten humor yang kreatif. Tak sedikit konten itu menjadi viral dan ditirukan banyak orang. Kreativitas itu harus dikelola dengan baik agar tidak cepat hilang.

Tangkapan layar konten humor komika Devan Yulio melalui akun Instagram-nya, @semakindidevan. Devan kerap membuat humor-humor satir mengenai karier, keuangan, dan asmara bagi warganet milenial dan Gen Z secara singkat dan menggelitik.
Jika pada umumnya orang memberikan motivasi yang positif, justru konten berbeda dibuat oleh seorang laki-laki muda dengan ciri khas berbaju batik di media sosialnya. Ia secara aktif menampilkan konten demotivasi yang justru membuat penonton tertawa karena relevan dengan kehidupan sehari-sehari.
Di antaranya, ciri-ciri orang yang jauh dari hidup bergelimang harta, seperti motor dimasukkan di ruang tamu, atap rumah ada bekas rembesan air hujan, botol sampo atau sabun diisi air, dan sebagainya.
Konten tersebut dibuat oleh komika Devan Yulio melalui akun Instagram-nya, @semakindidevan. Ia kerap mengemas humor-humor satir mengenai karier, keuangan, dan asmara bagi warganet usia milenial dan Gen Z secara singkat dan menggelitik.
Dalam wawancara tertulis, Rabu (13/9/2023), Devan mengungkapkan, produksi konten singkat itu bagian dari strateginya untuk mempermudah proses produksi beserta pengeditan sehingga bisa mengejar jadwal posting setiap hari.
Ia sengaja memilih tipe konten yang berisi kutipan demotivasi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari penonton yang ingin disasarnya. ”Tentunya isi dari konten saya dibuat agar selalu relevan dengan milenial/Gen Z agar bisa lebih banyak disebarluaskan,” ujar Devan.
Baca juga : Di Balik Lucunya Srimulat dan Warkop yang Selalu Dirindukan
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F20%2Fe9fac9ab-96c3-400a-aebd-766e48b72a7c_jpeg.jpg)
Nazwa Alea (10) menonton konten komedi yang ditayangkan di platform media sosial Tiktok, Selasa (19/9/2023). Para pembuat konten kini lebih sering mengangkat tema yang lekat dengan keseharian masyarakat.
Baca juga : Dari Srimulat, Warkop, hingga ”Stand Up Comedy” dan Konten Humor Medsos
Menurut dia, konten humor singkat di media sosial tengah menjadi tren. Sebab, saat ini, hampir semua media sosial menyediakan fitur yang membatasi durasi hanya satu menit sehingga memunculkan kreator konten yang mengikuti aturan tersebut.
Selain itu, katanya, konsumen atau warganet juga menggemari konten humor singkat di media sosial. Apalagi, fitur For Your Page (FYP) di Tiktok ataupun bantuan algoritma di Instagram bisa membantu kreator konten menemukan audiens yang sesuai sasaran kontennya.
”Kebanyakan orang akan mudah swipe atau mengganti konten yang dalam tiga detik pertama tidak menarik untuk mereka. Selain itu, dari sisi kreator, untuk membuat konten komedi berdurasi lama membutuhkan usaha yang lebih sulit. Sehingga konten yang tersaji kebanyakan berupa video pendek vertikal,” ujarnya.
Devan menambahkan, menulis dan menyiapkan materi pertunjukan komedi tunggal tentu lebih menantang. Ini karena dalam penampilan komedi tunggal, komika tidak bisa mengandalkan efek-efek video atau suara untuk menambah unsur kelucuan penampilan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F07%2F07%2F7f0fd563-0b9c-4444-9854-a87b2667ebd1_jpg.jpg)
Foto ilustrasi. Pengguna gawai dengan mudah memberikan komentar di media sosial.
Baca juga : Indro Warkop, Melawak Melintasi Zaman
”Selain itu, ada harga yang dibayar penonton untuk melihat show kami dan itu memberi tanggung jawab moral yang cukup berat bagi para komika,” ujar Devan.
Gaya lawakan demotivasi khas Devan itu selalu ramai jadi perbincangan baik di dunia maya maupun nyata. Tren lawakan atau humor yang berkembang di tengah masyarakat Indonesia kiwari tidak bisa dipisahkan dari kehadiran media sosial. Isu atau bahan perbincangan yang mendapat perhatian luas di media sosial berpeluang besar dikemas menjadi bentuk lelucon hingga ditirukan oleh banyak orang.
Keadaan ini dimungkinkan karena interaksi antarmanusia tidak sepenuhnya terjadi di dunia nyata, tetapi sebagian besar sudah beralih ke dunia maya. Media sosial tidak lagi hanya sebatas menyediakan hiburan, tetapi juga pasar untuk berbisnis dan mencari informasi.
Laporan We are Social, perusahaan media asal Inggris, pada 2021 menyebutkan, rata-rata waktu yang dihabiskan orang Indonesia untuk mengakses media sosial adalah 3 jam 14 menit per hari. Dari total populasi Indonesia yang mencapai 274,9 juta jiwa, pengguna aktif media sosial sebesar 170 juta orang. Indonesia masuk 10 besar negara yang paling aktif berinteraksi di media sosial. Dari 47 negara yang diteliti, Indonesia menempati peringkat ke-9.

Sejumlah kreator konten dengan gaya komedi pun bermunculan hingga viral di media sosial, seperti mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM), Abigail Geuneve Arista Manurung, dengan lontaran kata ”berchyandya”, Intan Lembata dengan nyanyian ”Rayhan Baik”, Alif ”Cepmek” yang menirukan gaya tokoh film Dilan dan gaya rambut yang unik, serta Fajar ”Sad Boy” dengan mimik muka dan gaya bicaranya yang menampilkan kesedihan.
Tak sedikit para kreator konten di media sosial menjadi bintang tamu di acara televisi. Bahkan, kata ”berchyandya” yang dipopulerkan Abigail dibuat lagu oleh penyanyi Rizky Febian.
Baca juga : Konten Komedi Jadi Favorit di Tiktok Sepanjang 2020
Komedian sekaligus sutradara Ernest Prakasa melihat ada korelasi antara kehadiran berbagai platform media sosial dan masifnya bahan atau genre humor yang disukai masyarakat. Dengan semakin lekatnya interaksi masyarakat dengan media sosial, apa yang dinilai sebagai humor di sana akan terbawa ke dunia nyata.
Sebagai seorang komedian, Ernest biasanya mencari materi untuk karya-karyanya berdasarkan hal-hal yang meresahkan. Untuk itu, saat mencari ide, Ernest mengobservasi fenomena sekitar dan juga dalam kesehariannya. Dengan metode itu, topik yang sedang hangat dibicarakan di media sosial berpeluang besar diangkat seorang komedian dalam karyanya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F12%2F25%2F73178a9f-1f17-42d9-9dd8-5c0f86b08e42_jpg.jpg)
Ernest Prakasa (40) saat ditemui di Jakarta, Selasa (22/12/2022).
Variatif
Ernest belum dapat memberikan gambaran pasti soal tren humor yang disukai masyarakat. Selain karena candaan yang meledak di media sosial cepat datang dan pergi, ia menyimpulkan jenis humor yang disukai masyarakat amat bergantung pada selera pribadi. Maka, tidak ada gambaran pasti mengenai tren humor atau candaan jenis apa yang disukai masyarakat dari waktu ke waktu.
”Semakin ke sini, kalau kita bicara komedi itu jadinya sudah sangat variatif. Sekarang itu penikmat punya subyektivitasnya sendiri. Ada yang relate dengan komedian tertentu karena suka terhadap perspektifnya. Nah, itu si penikmat tentu akan lebih tertarik atau berminat dengan humor yang dilontarkan komedian rujukannya itu,” tutur Ernest.
Secara terpisah, saat ditemui di Jakarta, pelawak Indrodjojo Kusumonegoro atau Indro Warkop mengungkapkan, munculnya konten-konten humor di media sosial menjadi variasi baru bagi perkembangan komedi di Indonesia. Menurut dia, kreativitas para kreator konten sangat bagus hingga lahir keunikan baru yang bersifat temporer dan menjadi viral. ”Inilah kemajuan bukan hanya teknologi, tetapi kemajuan cara berpikir,” ujarnya.
Ia mengatakan, kreativitas itu muncul sendiri pada orang-orang tertentu. Karena itu, harus terus dicoba menampilkan kreativitasnya hingga berhasil diterima penonton. Meskipun demikian, kata Indro, kreativitas tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak cepat hilang. Sebab, sebuah konten yang menarik dan bisa dinikmati penonton tidak bisa hanya mengandalkan sesuatu yang temporer serta keunikan saja.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F20%2Fc9c69d11-41c9-4d88-ad6c-bb5d2956b6bd_jpg.jpg)
Pelawak Indro Warkop
Sementara itu, pelawak Toto Muryadi atau Tarzan melihat tantangan besar bagi komedian di era media sosial. Salah satu mantan pentolan Srimulat tersebut memandang media sosial bisa menghancurkan pelawak karena banyak materi komedi sudah tersebar luas di media sosial.
Oleh karena itu, kata Tarzan, hal tersebut harus disiasati dengan kreativitas dalam penyampaian lawakan. Pelawak harus memainkan kreativitasnya secara komunikatif agar bisa menyentuh penontonnya hingga tertawa.
Ciptakan perhatian baru
Menurut pemerhati budaya dan komunikasi digital Universitas Indonesia, Firman Kurniawan, konten humor bisa viral di media sosial karena menciptakan perhatian baru di tengah semakin membanjirnya informasi di media digital. Apalagi, saat ini orang sudah jenuh dengan banyaknya konten politik jelang Pemilu 2024.
”Hal yang baru ini ketika menemui kebutuhan masyarakat, dia akan cepat viral. Cepat diterima secara luas,” kata Firman.

Menurut dia, sifat dari informasi di media sosial adalah impulsif, meledak ke dalam. Segala informasi di media sosial mengenai penggunanya, termasuk hal yang tak ingin dicari. Informasi itu akhirnya mudah dikenal dan diingat memori. Akhirnya, jadi sulit dilupakan.
Ia menyebutkan, konten humor di media sosial seperti kata ”berchyandya” yang dilontarkan Abigail yang saat ini sedang viral merupakan bentuk mnemonik. Itu sama seperti konten ”Rayhan Baik” yang dinyanyikan Intan Lembata. Bentuk informasi ini sangat mudah diterima, lalu masuk ke dalam memori dan menempel beberapa saat.
Baca juga : Komedi Membuka Ruang Diskusi dan Kritik
Peneliti humor dari Institut Humor Indonesia Kini (IHIK), Ulwan Fakhri, mengatakan, perkembangan teknologi dan media sosial saat ini memungkinkan konsumen/pengguna media sosial juga berperan sebagai produsen konten. Dengan demikian, kreativitas produksi konten humor bisa sangat luas karena siapa pun bisa dengan cepat dan mudah menyiarkan atau memublikasikan konten komedinya.
Konten humor dalam format singkat sekitar satu menit saja, baik dalam format Instagram Reel, Tiktok, maupun Youtube Shorts, mudah dikonsumsi masyarakat. Hal ini sejalan dengan fenomena secara global, yakni menurunnya kemampuan seseorang untuk memusatkan perhatian pada sesuatu dalam jangka waktu tertentu tanpa teralihkan oleh hal lain.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F22%2Fd2fa1d66-5cfe-40f3-bfef-99f951a4412d_jpg.jpg)
Sejumlah pelawak lintas generasi berpartisipasi dalam pentas Komedi Total: Bambang Merah Bambang Putih di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (21/7/2023). Pentas ini digelar Persatuan Seniman Komedi Indonesia.
Berbeda dengan beberapa dekade lalu, seorang pelawak untuk bisa tampil di televisi harus melalui seleksi dari pihak-pihak tertentu. Sementara kini, konten bisa disiarkan sendiri dari media sosial pribadinya. Jadi, karya mereka akan langsung menjangkau audiensnya.
Namun, tetap ada perbedaan antara warganet amatir dan komedian profesional saat memproduksi konten humor. Warganet amatir kadang-kadang bisa menciptakan konten humor yang menarik karena itu dekat dengan aktivitas keseharian audiens.
Adapun komedian profesional sudah pada tahap yang lebih tinggi karena ekspektasi tinggi dari konsumen. Karena itu, para komedian profesional wajib memenuhi etos kerja yang tinggi dalam berkarya dengan terus latihan dan menulis skrip komedi yang menarik.