Koleksi ”Rimba” Sejauh Mata Memandang untuk Merawat Hutan
Hutan merupakan sumber kehidupan untuk berbagai makhluk hidup. Namun, kondisi hutan di Indonesia yang juga merupakan paru-paru dunia justru tergerus deforestasi. Berbagai cara dilakukan untuk menjaganya.
Oleh
RIANA A IBRAHIM
·4 menit baca
Hutan merupakan sumber kehidupan untuk berbagai makhluk hidup. Namun, kondisi hutan di Indonesia yang juga merupakan paru-paru dunia justru tergerus deforestasi. Berbagai cara dilakukan untuk menjaganya, termasuk dengan memilih produk yang ramah lingkungan.
Bertepatan dengan Hari Konservasi Alam Nusantara, jenama Sejauh Mata Memandang kembali bersuara tentang alam melalui koleksi barunya. Koleksi terbaru bertajuk ”Rimba” yang diluncurkan pada 10 Agustus 2023 di kawasan Kemang, Jakarta, ini terinspirasi dari Kawasan Ekosistem Leuser di Aceh Timur.
”Koleksi ini merupakan sebuah ekspresi dari komitmen Sejauh Mata Memandang dalam upaya menjaga dan melestarikan alam, terutama hutan serta berbagai makhluk yang hidup di dalamnya,” ujar pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang, Chitra Subyakto.
Mengacu data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, deforestasi Indonesia tahun 2021-2022 turun 8,4 persen dibandingkan hasil pemantauan tahun sebelumnya. Luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia sendiri adalah 96.000 hektar atau 51,2 persen dari total daratan dan deforestasinya sekitar 104.000 hektar.
Penurunan ini terjadi karena berbagai upaya. Sejauh Mata Memandang dengan Yayasan Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh (Haka) dan Forum Konservasi Leuser pun menginisiasi program restorasi hutan yang bertujuan juga memangkas deforestasi. Perkembangannya, hingga awal tahun 2023 ini, mereka telah berhasil merestorasi area hutan seluas 20 hektar, setara dengan sekitar 8.000 pohon.
”Inisiatif ini merupakan bentuk kolaborasi kami dengan para Sahabat Sejauh yang telah membeli produk kami, dengan menyumbangkan sebagian dari hasil pembelian mereka untuk program restorasi hutan,” ujar Chitra.
Koleksi ”Rimba” juga sekaligus menjadi pengingat untuk melestarikan Kawasan Ekosistem Leuser di Aceh Timur yang merupakan tempat terakhir di dunia bagi empat spesies terancam punah untuk dapat hidup berdampingan di alam liar, yaitu gajah sumatera, badak sumatera, harimau sumatera, dan orangutan sumatera.
”Sudah banyak dari kita yang sadar akan ancaman kepunahan yang dihadapi oleh beberapa spesies makhluk hidup khas Indonesia. Namun, banyak pula yang belum memahami tindakan apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk turut andil dalam konservasi hutan tempat bernaungnya flora dan fauna yang terancam. Untuk itu, Sejauh Mata Memandang mengambil inisiatif pelestarian dengan cara yang sederhana dan lebih dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia,” ungkapnya.
Pada koleksi kali ini, Chitra memilih nuansa warna hitam, off-white, serta hijau botol dari pewarna nabati dan juga pewarna buatan bersertifikat. Untuk siluetnya, Sejauh Mata Memandang memang jarang neko-neko mengingat tujuannya agar busana yang dihasilkan dapat dipakai untuk jangka waktu lama dan acara apa saja sehingga tidak menambah tumpukan sampah tekstil akibat fast fashion. Siluet andalannya adalah syal, luaran, baju panjang, baju padma yang merupakan kemeja lengan pendek mirip boxy top, baju santai yang merupakan kemeja untuk pria, dan baju chandra, yaitu kemeja asimetris dengan plisir di bagian bawah.
printing
Perjalanan untuk bumi
Tak hanya sekadar menciptakan pakaian yang nyaman dengan aneka pesan positif, Sejauh Mata Memandang sepanjang sembilan tahun ini meneguhkan tujuannya menjaga bumi dengan lima pilar yang menjadi landasan perjalanannya. Dari circularity, aksi untuk iklim, memberi kembali, transparansi, dan rantai pasok beretika.
”Berbicara keberlangsungan lingkungan dengan produk mode memang tidak mudah. Enggak cukup hanya dengan memilih bahan dan lain-lain, tapi memastikan dari hulu ke hilirnya memang sesuai. Kesejahteraan perajin, rantai distribusi, dan lain-lain,” kata Chitra.
Bahkan, Sejauh Mata Memandang memberikan kehidupan kedua pada pakaian yang tak terpakai lagi. Tercatat sejak September 2021 hingga Mei 2023, terkumpul 5.700 kilogram pakaian dari program daur ulang yang digagasnya. Sebanyak 2.400 kilogram telah didaur ulang menjadi benang dan bahan insulasi yang dimanfaatkan untuk koleksi-koleksi Sejauh Mata Memandang, termasuk koleksi ”Rimba” yang bermotif gajah dan orangutan sumatera.
Sementara itu, kolaborasinya dilakukan lebih dengan 220 perajin dan pengusaha lokal yang tersebar di 19 kabupaten dan kota. Mereka tersebar di Jabodetabek, Bandung, Pekalongan, Sukoharjo, Sarilamak, Tuban, Malang, Denpasar, Sumba Timur, Sengkang, Banyuwangi, Buleleng, dan Malang.
Dalam konteks ini, Sejauh Mata Memandang pun sekaligus telah melakukan konservasi air dan energi mengingat proses produksi yang dijalankannya meminimalisasi penggunaan air dan hemat energi. ”Ini dedikasi kami terhadap tanggung jawab lingkungan dan masa depan yang lebih hijau,” ungkap Chitra.
Farwiza Farhan, pendiri Yayasan Haka, pun menyampaikan, bentuk pelestarian hutan agar dapat terus menjadi rumah bagi para satwa harus terus dilakukan dengan berbagai cara. Langkah sekecil apa pun dapat membawa dampak besar bagi keberlangsungan hutan dan kehidupan makhluk hidup ke depan.
Jadi, mari bertanggung jawab pada apa yang kita kenakan.