Barbie, Sebuah Problem Eksistensi
Barbie di Barbie Land mengontrol diri dan masa depannya sendiri, di dunia nyata patriarki masih bercokol.
”Hi, Barbie.” Kalimat sapaan ini mengawali film Barbie yang tengah diputar di seluruh dunia. Dengan sapaan itu, Barbie (Margot Robbie) mengawali hari baru, menyapa Barbie-barbie lain di Barbie Land.
Semua pakaian, kamar tidur termasuk selimut, peralatan makan, kamar mandi, hingga dua gunung di Barbie Land berwarna merah jambu. Penonton yang pernah memiliki boneka plastik Barbie akan segera tahu latar film ini, termasuk rumah Barbie-barbie yang tidak berdinding, adalah peralatan yang melengkapi boneka Barbie.
Namun, semua perlengkapan, mulai dari rumah beserta segala isinya, mobil kap terbuka berwarna merah jambu pastel, hingga tas Chanel dengan dua logo C bertaut bukan sekadar latar. Perlengkapan ini sama pentingnya dengan Barbie.
Perlengkapan itulah yang membuat Barbie menjadi ada. Pakaian beragam jenis, sepatu bertumit tinggi, hingga sisir menyulap Barbie menjadi bermacam profesi dan karakter. Tergantung seberapa gemuk dompet orangtua dan seberapa kreatif anak-anak perempuan (mayoritas) memainkan boneka ini.
Film sepanjang hampir 144 menit yang disutradarai Greta Gerwig dan naskahnya ditulis bersama oleh Gerwig dan Noah Baumbach ini menuai sukses komersial. Pada pekan pertama pemutaran, film produksi Warner Bros ini meraih 155 juta dollar AS di Amerika Utara. Capaian itu jauh di atas pendapatan Oppenheimer yang juga dijagokan sukses komersial, yaitu 80,5 juta dollar AS.
Secara global, Barbie dan Oppenheimer menghasilkan 337 juta dollar AS dan 174,2 juta dollar AS. Capaian ini menjadikan Gerwig sebagai sutradara perempuan pertama yang filmnya meraih pendapatan tertinggi.
Sebagai film, Barbie adalah cerita pencarian eksistensi diri. Barbie dan Ken (Ryan Gosling) hidup dalam dunia di mana kedua jender menerima bahwa perempuan menentukan hidupnya sendiri, memilih karier, menjadi presiden, ketua mahkamah agung, atau pekerja konstruksi dengan tetap menjaga penampilan dengan riasan penuh dan pakaian menarik.
Ken—dan Ken-ken yang lain—menerima bahwa para perempuan mengungguli mereka, bisa menerima ketika Barbie menolak keinginannya. Mereka tetap bersaing memperebutkan Barbie, tetapi tanpa agresi.
Eksistensi diri
Sampai tiba-tiba di tengah pesta girls’ night out Barbie bertanya, apakah pernah memikirkan kematian. Semua berhenti mendengar pertanyaan yang bukan khas Barbie. Pertanyaan tentang eksistensi menguat ketika tumit Barbie menjejak tanah.
Sebagai catatan, Barbie selalu memakai sepatu bertumit tinggi, jenis sepatu yang dikecam para feminis sebagai cara untuk menyenangkan pandangan laki-laki. Dokter tulang menyebut sepatu seperti itu tidak baik bagi kesehatan kaki.
Baca juga: Barbie dan Emosi tentang ”Pink”
Dari sini perjalanan pencarian jati diri Barbie—dan Ken—bermula. Untuk itu Barbie memilih sandal Birkenstock sebagai lambang dunia nyata setelah Weird Barbie (Kate McKinnon) mendorong berani memasuki dunia nyata.
Perjalanan mencari makna Barbie di dunia nyata dimulai: mencari anak perempuan yang membuang boneka Barbie-nya setelah beranjak remaja (Ariana Greenblatt) dan ibunya (Gloria, diperankan America Ferrera) yang ngotot membantu ”Barbie” bertemu CEO Mattel (Will Ferrel), perusahaan yang memproduksi Barbie, dan jumpa pencipta Barbie sekaligus salah satu pendiri Mattel, Ruth Handler (Rhea Perlman).
Dunia nyata ternyata belum banyak berubah. Barbie di Barbie Land mengontrol diri dan masa depannya sendiri, di dunia nyata patriarki masih bercokol. Mulai dari aktivitas paling primitif, yaitu adu otot, sampai menguasai posisi eksekutif tertinggi di perusahaan bisnis, mahkamah agung, sampai presiden.
Sesungguhnya ini perjalanan menemukan eksistensi Barbie sebagai produk dunia konsumsi. Mattel menyebut penjualan boneka Barbie turun enam persen pada kuartal II-2023 meskipun keuntungan meningkat. Barbie belum terlihat mengangkat penjualan meskipun Mattel membuat promosi besar-besaran bersamaan dengan diputarnya Barbie.
Ruth membuat boneka perempuan dewasa dan secara mengejutkan meraih sukses sejak diluncurkan tahun 1959.
Dalam dunia nyata, CEO Mattel Ynon Kreiz mengubah perusahaan pembuat boneka itu menjadi perusahaan pemilik kekayaan hak intelektual. Banyak yang memprediksi akan ada seri Barbie berikut. Juga diperkirakan Mattel akan membuat film untuk beberapa karakter populer, seperti Bob the Builder, Thomas The Tank Engine, dan Uno, dari total 71 karakter boneka.
Pencipta Barbie adalah Ruth Handler. Dia ingin membuatkan mainan untuk putrinya, Barbara, yang bermain boneka dari kertas. Ruth melihat celah pasar boneka untuk anak perempuan.
Saat itu sebagian besar berupa boneka bayi dan mengajarkan tugas anak perempuan adalah mengasuh anak. Ruth membuat boneka perempuan dewasa dan secara mengejutkan meraih sukses sejak diluncurkan tahun 1959.
Barbie bukanlah Barbie bila tidak menuai silang pandangan. Para feminis generasi pertama era 1960-1980-an mengkritik Barbie karena memproyeksikan sosok perempuan yang sulit dimiliki rata-rata perempuan. Bertubuh langsing, berkaki panjang, berpinggang sangat ramping, berpayudara besar, dan berkulit putih dengan rambut pirang panjang adalah gambaran perempuan ideal di Amerika Utara saat itu.
Barbie menyadari kritik tersebut dan membahas feminisme serta patriarki. Tetapi, ada pembelaan di dalamnya. Melalui perjalanan waktu muncul berbagai versi Barbie. Ada bermacam profesi, warna kulit, jenis rambut, dan jender seperti dimunculkan dalam Barbie.
Film ini mencoba menjadi inklusif dan di Barbie Land perempuan adalah pemegang kontrol atas dirinya sendiri dengan senyum manis, rias wajah sempurna, pakaian dan segala perlengkapan berwarna merah jambu.
Barbie bukanlah Barbie jika tidak menuai silang pandangan.
Mencoba relevan
Seperti juga semua produk budaya pop dan dunia konsumsi, Barbie berhasil bertahan 64 tahun karena terus mencoba relevan dengan suasana zaman. Ketika anak perempuan semakin terdidik di seluruh dunia dan menjadi pintar serta memasuki berbagai profesi yang 60 tahun lalu oleh masyarakat dipandang hanya cocok untuk laki-laki, Barbie tak mau ketinggalan.
Anak perempuan saya, dia generasi milenial akhir, juga memainkan boneka Barbie ketika masih berusia kurang dari tujuh tahun. Mengenang masa ketika masih menjadikan Barbie teman main, dia mengatakan tidak pernah ingin memiliki penampilan seperti Barbie. Dia justru lebih senang berpenampilan tomboi.
Baca juga: Dekonstruksi Fantasi Barbie
Dengan baju dan perlengkapan lain yang dapat berganti-ganti, Barbie menjadi wujud imajinasi dia tentang berbagai peran yang dapat dilakukan anak berusia lima tahun. Lagi pula, katanya, saat itu tidak banyak pilihan mainan untuk anak perempuan.
Mattel cukup jeli untuk mengambil model boneka Barbie dari sosok populer dunia nyata. Ada model terkenal tahun 1960-an asal Inggris, Twiggy. Kemudian Barbra Streisand, Zendaya, Jennifer Lopez, Kylie Jenner, dan Beyonce.
Jika meng-googling Barbie dalam bahasa Indonesia, berlimpah tawaran pakaian dan perlengkapan Barbie dalam busana tradisional daerah-daerah di Indonesia. Setidaknya sudah sejak 2012 busana tradisional untuk Barbie dan Ken dikreasikan dan dipasarkan pelaku UMKM.
Akankah Barbie menaikkan kembali popularitas Barbie dan mendongkrak penjualan? Barangkali laporan keuangan Mattel akhir tahun akan memberi kepastian apakah jalan bisnis menjadikan Mattel perusahaan kekayaan intelektual lebih menguntungkan daripada menjual boneka.
Di bioskop di Pondok Indah Mall II pada Rabu (26/7/2023) siang, mayoritas penonton adalah milenial dan sebagian generasi Z. Ada ibu-ibu muda yang membawa anak balitanya meskipun sudah diingatkan film ini untuk usia 13 tahun ke atas dengan pendampingan orangtua.
Baca juga: Dunia Fantasi Barbie dan Klaim Teritorial China
Beberapa sengaja berpakaian dalam warna merah jambu hingga ke ujung kaki. Mungkin mereka seperti tokoh Gloria yang ingin memelihara ingatan masa kecilnya bersama Barbie.
Ketika media dipenuhi berita perang di Ukraina, ancaman kekeringan karena El Nino, suhu panas akibat perubahan iklim, ketegangan politik di Asia Timur termasuk kemarahan Pemerintah Vietnam karena Barbie memperlihatkan peta sembilan titik di Laut China Selatan yang diklaim China sebagai wilayahnya, dan semakin naiknya suhu politik menjelang Pemilu 2024, dunia merah jambu tanpa masalah bisa menghibur atau membuat jengkel Anda.
Barbie sudah mengantisipasi. Oleh karena itu, semboyan iklan film ini adalah ”If you love Barbie, this is the movie for you. If you hate Barbie, this is the movie for you”.