"Fashion" adalah jalan hidup desainer Biyan Wanaatmadja. Dari tangannya lahir busana warna netral dan merah, biru, emas, hijau, bak kembang kehidupan yang mewarnai langkah Biyan selama 40 tahun di dunia mode.
Oleh
SOELASTRI SOEKIRNO
·5 menit baca
Fashion adalah jalan hidup desainer Biyan Wanaatmadja. Dari tangannya lahir busana warna netral dan merah, biru, emas, hijau, bak kembang kehidupan yang mewarnai langkah Biyan selama 40 tahun di dunia mode.
Pada gelaran busana tunggal bertema Spring Summer 2024 pada 5 Juni 2023 di Intercontinental Jakarta, Biyan memamerkan koleksi dalam warna berbeda. Ia kerap menghadirkan warna dasar, putih, hitam, krem yang netral, namun kemarin Biyan juga mengeluarkan busana warna ceria yang menyegarkan landas peraga.
Bagi Biyan, penggunaan warna netral karena hal itu dasar kehidupan itu sendiri, tetapi keberadaan warna ceria juga perlu karena itu flower of life, kembang kehidupan. Ia selalu percaya, setiap warna bisa berjalan secara harmonis jika dipadu dengan benar. Itu yang ia terapkan.
Desain semua koleksi untuk memenuhi tuntutan pembeli internasional tersebut merupakan pembuatan ulang berdasar inspirasi dari desain yang ia buat 40 tahun terakhir. Ia membuat kebaruan desain sebagaimana sifat fashion yang harus ikut perkembangan zaman.
Ia membuat desain klasik tapi modern dari bahan berumur panjang yang tak lekang oleh waktu dan putaran mode. Misalnya busana bermodel asimetris dan patchwork serta oversize. Pola asimetris ia ciptakan pertama kali untuk ujian kelulusan dari sekolah mode di Dusseldorf, Jerman di awal 1980.
Sedangkan patchwork, padu padan warna dan motif jadi kegemaran Biyan untuk mengeksplorasi sesuatu yang aneh, tetapi ketika ia membuat menjadi terusan yang warna dan motifnya tabrakan, banyak pembeli suka.
Model oversize, membuat pemakainya berekspresi hati yang lebih muda dan selalu ingin mencoba sesuatu yang baru.
Diantara 120 busana baru, Biyan menyelipkan model lelaki yang memakai setelan celana panjang dengan jaket atau luaran, serta t-shirt unik. Biyan bukan baru membuat busana lelaki, sejak lama ia sering mendapat pesanan, namun tak mengeksposenya. Kali ini ia menampilkannya sebab busana seperti t-shirt atau atasan tersebut unisex, bisa dipakai lelaki dan perempuan.
Untuk para perempuan, ada terusan panjang, setelan celana panjang-blus atau kemeja, sarung-blus atau kemeja sampai jaket atau luaran. Ada potongan dan bahan yang membuat busana amat feminin tetapi ada juga busana yang menonjolkan maskulinitas lewat setelan berbahan agak kaku dengan garis tegas.
“Looknya sebuah kesatuan konsep, mungkin spririt keseluruhan terasa feminin sekali tapi di situ juga ada boys dan androgini. Sebenarnya semua mencerminkan pikiran saya, perkembangan fashion masa kini karena tak ada satu direction penuh bahwa ini tren untuk orang sepert ini,” ujar Biyan pada Kamis (22/6/2023) di Jakarta.
Keberadaan payet, bordir pada gaun mempermanis busana dan menampakkan sisi kelembutan tetapi tetap menunjukkan unsur ketegaran dan kemandirian pemakainya. Biyan memilih bahan-bahan sutera twill, sutera chiffon, sutera organza, crepe, dan katun. Bahan lain, lame jacquard, sequins, sutera taffeta dan tulle. Jacquard biasa dibuat jas yang memberi struktur tubuh indah bagi pemakai.
Mengenai pandangan orang tentang Biyan selalu mencipta desain bersiluet terlalu feminin, ia menjelaskan, sebenarnya itu terjadi di bawah bawah sadarnya. “Desain untuk wanita selalu bermula dari bagaimana saya menghormati sosok wanita,” katanya. Feminin bukan semata menonjolkan lekuk tubuh, melainkan ia buat lebih halus, sopan, tapi juga menarik tanpa mengurangi rasa ketertarikan itu.
Cari susah
Kisah pembuatan busana Biyan sesungguhnya panjang. Rumit, sulit dan butuh ketelitian tingkat tinggi ada dibalik karyanya. Menurut Biyan, ada beberapa baju yang pembuatannya lewat tujuh tahap sebelum layak pakai dan jual.
Ia mencontohkan t-shirt warna putih dengan bordir krem yang dikenakan model lelaki tetapi unisex. Awalnya ia dan tim membuat motif mozaik lalu menyesuaikan dengan pola. Ketika dipakaikan, kadang motif terlalu tinggi. Jika dibuat untuk baju siap pakai, secara estetika perlu disesusaikan di bagian lengan. “Aslinya (motif) garis, mozaik mau agak transparan tapi tak bagus. Harus dibuat lagi dengan bahan imbang agar tak terlalu kelihatan feminin. Meski baju dibuat dengan mesin, tapi gambar dibuat oleh tangan dan lubang di baju harus dipotong satu persatu dengan ukuran lubang (baju kerawang) amat kecil,” katanya.
Ada lagi pembuatan gaun dengan volume besar dari bahan lembut yang akan melambai saat pemakainya berjalan. Ketika gambar desain dibuat, lalu harus dijahit, ternyata jatuhnya kain miring. Berbagai modivikasi tak bisa membuat sesuai keinginan. Akhirnya dibongkar, kain di cetak ulang, dijahit dan dijelujur lagi.
Pada gaun itu ada aksen manik. Desain tak ada masalah, walau agak berat karena banyak manik. Separuh jalan, masih belum terasa, begitu payet terpasang penuh, ternyata baju tak mampu menyangga sehingga bahan melintir. Harus dibuat yang baru. Padahal pemasangan payet dengan tangan butuh waktu lama dan ketelitian untuk memasang payet agar mempercantik gaun. Pengerjaan payet dengan baik dilakukan ahli yang sudah bekerja di butik Biyan selama 20 tahun.
Masalahnya, Biyan setiap kali menerima pesanan satu model rata-rata 10 gaun. Semua pembuatan payet dilakukan dengan tangan yang hasilnya harus sama bagus dan pas pada gaun. “Saya cari susah ya hehe.. jika mau bersaing di luar harus begitu kan,” ujar Biyan.
Kerja keras, ketekunan, dedikasi Biyan kepada dunia fashion tak sia-sia. Sejak 15 tahun lalu namanya berkibar di tingkat internasional. Tak hanya di Paris, Miami, Santa Fee, Hongkong, tapi juga di Dubai dan negara lain di Timur Tengah. Dua kali setahun ia harus membuat koleksi baru untuk dipresentasikan ke pembeli yang memajangnya di toko retail seperti Matches Fashion, Lane Crawford, Moda Operandi, Club 21, Le Bon Marche, Saks Fifth Avenue dan lainnya.
Toh Biyan merasa, ia bisa melakukan semua itu karena kemudahan dan pertolongan sang Pencipta. Seperti kata anggota tim yang sudah bekerja bertahun-tahun dengannya, Biyan memang layak merayakan talenta, air mata dan jatuh bangun kariernya.