Desainer Monica Ivena menciptakan karya “Kaleidoscope Dreams”. Monica membagi menjadi empat mimpi, mulai “gatsby”, “disco”, “under the sea” dan “bird of paradise”.
Oleh
SOELASTRI SOEKIRNO
·5 menit baca
Hidup itu tak hitam putih, tapi berwarna. Menerima dan menikmati tiap proses menjadi cara untuk membahagiakan diri. Begitu pesan desainer Monica Ivena (30) kepada khalayak lewat busana berkilau, warna teduh, dan warna-warni.
Pada peragaan busana tunggal di hotel St Regis Hotels & Resorts Jakarta pada 31 Mei 2023, Monica memamerkan 40 karya terbaru bertajuk “Kaleidoscope Dreams”. Semua busana menampilkan femininitas perempuan dengan mayoritas model A, lurus, baik yang berpotongan mini, panjang maupun yang menjuntai hingga lantai dengan buntut panjang. Sebagian lagi lebar di bagian bawah, tetapi tetap menampakkan keindahan tubuh pemakaianya.
Feminin menjadi ciri khas kreasi ibu satu anak tersebut, kehadiran payet yang membalut busana. Yang berbeda dengan koleksi sebelumnya, alumnus Raffles Design Institute Singapura dan Sekolah Mode Susan Budihardjo tersebut, kali ini membuat gaun berwarna neon seperti hijau pupus, pink, merah, biru, ada pula warna oranye, ungu, hijau, selain warna abu, coklat muda.
Ia juga memperkaya tambahan bahan ornamen busana. Sebelumnya, Monica memakai aneka bebatuan dan bordir untuk mempercantik karyanya, sekarang ia menambahkan bahan dari piringan plastik yang memunculkan warna blink-blink dan bulu-bulu yang indah.
Pembuatan semua payet, dengan menjahitkan aneka bebatuan ke kain atau kawat dilakukan dengan tangan secara hati-hati. Bulu-bulu maupun bahan lain juga ditempel satu persatu sehingga butuh waktu panjang untuk menyelesaikannya. Pembuatan payet rata-rata makan waktu satu bulan.
Masa pandemi
Adalah pandemi Covid-19 yang menggugah cara berpikir dan hidup Monica yang berimbas ke karyanya. Perempuan yang sejak remaja hobi bekerja keras hingga lupa waktu itu, tiba-tiba merasakan kerinduan hebat kepada orang tuanya di masa semua orang terkurung di rumah untuk meminimalisir perkembangan virus Korona.
Komunikasi lewat panggilan video, tak manjur mengobati rasa rindu sehingga ia sering menangis. Saat itu ia menyadari betapa selama ini menyia-nyiakan masa kebersamaan dengan orangtua.
“Ketika papi mengajak liburan bersama, aku sering tak ikut karena sibuk bekerja. Begitu pandemi, se pengen apapun ketemu, malah enggak bisa karena takut orangtua kena Covid,” tutur Monica pada Kamis (8/6) di studionya di Jakarta Utara.
“Setelah pandemi reda, aku kaget lihat rambut papi yang memutih,” ujarnya. Kesadaran untuk tak lagi menomorsatukan pekerjaan sontak muncul. Ia menyadari betapa ia telah kehilangan banyak waktu dan kesempatan bersama orangtua yang sudah bekerja keras untuk membuat kehidupan Monica dan dua kakaknya nyaman.
Monica bertekad tak lagi mengisi hidupnya melulu untuk menuruti kesenangan mencipta gaun- gaun indah yang ia sebut couture itu. Kehidupannya berubah total. Ia tak lagi bekerja dari pagi sampai pagi. Jam kerjanya dibatasi mulai pagi hingga sore saja.
Ia membatasi diri agar sore hari sudah pulang untuk bermain dengan anaknya. Ketika keluarga besar merencanakan liburan, ia sekeluarga bergabung. “Jangan terlalu keras kepada dirimu sendiri, Mon. Nikmatilah hidup,” ujarnya menirukan ucapan ke dirinya sendiri yang penggila kerja.
Empat mimpi
Ia kemudian menjadikan pengalaman dalam hidupnya sebagai inspirasi menciptakan gaun koleksi baru yang ia beri nama sebagai “Kaleidoscop Dreams”. Monica membaginya menjadi empat mimpi, mulai “gatsby”, “disco”, “under the sea” dan “bird of paradise”. Peragaan seluruh baju diurutkan mulai dari gatsby yang serba berkilau-kilau.
Suguhan gaun mini dan panjang yang semua berwarna emas, abu dan kecoklatan itu gambaran kehidupan Monica yang mendapat talenta besar, namun tetap harus melalui proses bak berlian. Diasah dengan keras agar tampil berkilau. Itu sebabnya, ratusan batu-batuan memenuhi seluruh bagian busana dari bahan kain tile polos yang transparan, tetapi lembut.
Salah satu gaun mini warna abu tampak seolah hanya berhias puluhan kalung menjuntai pajang hingga menutup tubuh model. Padahal juntaian itu penuh payet yang dipasang satu persatu. Begitu juga pada gaun mini warna emas yang bagian bawahnya melebar seperti busana penari balet. Garis- tegas warna kecoklatan sebenarnya bertabur permata. Untuk melengkapi tampilan, model memakai tutup kepala dengan hiasan senada karya desainer perhiasan Rinaldy Yunardi.
Merasa hidup itu tidak harus selalu dibuat serius, Monica menyusulkan busana bertema disco. Tak hanya serba gemerlap, tapi juga berwarna ngejreng, hijau, merah marun dan gaun pendek nuansa hitam putih yang leluasa untuk berdansa, melepas kepenatan usai bekerja.
Kendati Monica cukup popular di tingkat internasional, karena beberapa karyanya dikenakan penyanyi Taylor Switf, pesohor Klhoe Kadarshian dan anaknya dan yang terbaru penyanyi country tersohor Carrie Underwood, toh ia pernah mengalami masa sulit.
Pengalaman tersebut ia tuangkan dalam koleksi “under the sea”. Monica berprinsip di dalam lautan yang gelap, masih ada sinar dan keindahan di dalamnya. “Kita cukup berserah supaya nanti bisa terbang tinggi,” ucapnya. Terciptalah gaun panjang, mini warna oranye, biru, coklat metalik berbentuk sisik ikan.
Sebagai aksen, Monica menambahkan corsase besar dari helaian kain ditambah helaian bulu di pundak kiri gaun. Pada gaun oranye, terdapat aksen berbentuk koral dengan warna senada yang menambah keunikan gaun tersebut.
Babak akhir persembahan Monica yang berkolaborasi dengan The Clique, dan AYAYI sebagai metahuman asal China yang akan membuat karya Monica agar makin mendunia, muncul busana berhias bulu-bulu dan batu swavorski yang ditata di sela bulu. Monica memunculkan keindahan di tema “bird of paradise” untuk menunjukkan hasil dari penyerahan total ke jalan sang Pencipta, justru akan membuat kita terbang tinggi.