Misteri Ulos Berwarna Teduh
Torang Sitorus mereplikasi ulos menjadi kain berwarna lebih teduh. Dia menggunakan pewarna alam.

Torang Sitorus menampilkan koleksi ulos terbaru yang dikemas dalam "Heritage of The East: From Toba for a Powerful Indonesia", di Alun-alun Indonesia, Grand Indonesia Jakarta, Jumat (5/5/2023).
Alam selalu memberi kejutan. Upaya desainer kain Torang Sitorus mereplikasi ulos menjadi kain berbahan, berpewarna alam mendapat dukungan semesta. Percampuran berbagai warna, malah menghasilkan warna doff (teduh) yang unik.
Ulos, kain tenun khas Batak, semakin populer di kalangan pencinta kain tradisi Nusantara. Munculnya warna baru yang unik pada ulos hasil inovasi memperkaya ragam ulos yang ramah lingkungan dan mengikuti zaman.
Hasil replikasi ulos yang terbaru karya Torang, Jumat (5/5/2023), dipamerkan pada trunk show di Alun-alun Indonesia mal Grand Indonesia Jakarta. Pada acara bertajuk ”Heritage of The East, From Toba for A Powerful Indonesia”, Torang menampilkan 10 ulos berpewarna alam aneka warna.
Ada yang berwarna terang seperti putih dan krem berkombinasi warna abu atau merah, tapi juga muncul pula ulos berwarna kehijauan, merah muda, ungu muda, coklat, dan warna lain yang selama ini tak terlihat pada jajaran warna ulos. Pasalnya selama ini, sepengetahuan Torang, ulos hanya berwarna hitam, merah, dengan warna motif tambahan putih, hijau, serta kuning.
Perihal kemunculan warna baru tersebut Torang menyebut sebagai ”kecelakaan” yang membawa berkat. Ia tidak menyangka, pencampuran warna secara tak sengaja malah memunculkan warna baru yang memikat. ”Awalnya saya hanya mencoba, eksperimenlah pada warna-warna yang mau dibuang setelah dipakai mencelup benang,” tuturnya menceriterakan kejadian ”kecelakaan” itu pada Kamis (11/5/2023) lewat telepon dari Medan.

Torang Sitorus menampilkan koleksi ulos terbaru yang dikemas dalam "Heritage of The East: From Toba for a Powerful Indonesia", di Alun-alun Indonesia, Grand Indonesia Jakarta, Jumat (5/5/2023).
Selama ini setiap kali usai pencelupan 100 kilogram benang silky cotton Bemberg dari serat kayu, ke air yang sudah diberi pasta pewarna dari berbagai tanaman dalam jumlah besar, sisa pewarna dibuang.
Bahan pewarna alam yang biasa dipakai, antara lain, daun jolawe, kayu secang, kayu nangka, indigo, daun tarum, serta mahoni dan gambir. Ia merasa, sayang membuang sisa pewarna, sebab sulit mencari bahan pewarna dan tak murah.
”Saya coba-coba saja, siapa tahu masih bisa dipakai jika ditambah pasta berwarna lain. Nah, di situlah ’kecelakaan’ terjadi. Ketika saya campurkan warna lain dan mengharap yang keluar warna A, ternyata yang keluar warna lain. Warnanya tak sesuai harapan, tapi malah indah. Warna doff,” ujar lelaki yang sudah 25 tahun dunia menekuni desain dan seluk-beluk ulos itu. Warna doff menutup permukaan benang dari serat kayu yang diimpor dari Jepang itu.
Ia terkejut sekaligus bergembira melihat kejutan-kejutan dari hasil eksperimen pencampuran warna yang sudah dilakukannya selama enam bulan terakhir. Awal ia mengeksplor pewarna alam, masih menghasilkan warna dasar, seperti putih, krem, serta merah yang paling banyak dicari perempuan Batak untuk berpesta.

Torang Sitorus menampilkan koleksi ulos terbaru yang dikemas dalam "Heritage of The East: From Toba for a Powerful Indonesia", di Alun-alun Indonesia, Grand Indonesia Jakarta, Jumat (5/5/2023).
Belakangan, ia menemukan hasil warna teduh yang sebenarnya warna asli ulos Batak sebelum terkena pengaruh songket dari daerah lain yang berwarna ngejreng karena tambahan benang warna emas. ”Munculnya warna doff ini mengingatkan ulos zaman dulu yang sederhana, tetapi penuh makna,” jelas Torang.
Hasil eksperimen tersebut dikenakan para model pada peragaan busana di Jakarta pekan lalu itu dipadu atasan kebaya dari model klasik hingga model kebaya modifikasi dari koleksi Putri Pare Setiawati dengan tambahan perhiasan koleksi Manjusha Nusantara.
Motif asli
Meskipun warna ulos kini bertambah dengan warna teduh di mata, Torang membuat motif pada ulos itu sesuai dengan motif pada ulos lama yang ia sebut sebagai tumtuman. Motif geometris berupa garis, persegi, zig-zag, serta pucuk rebung. Warna dasar ulos putih, krem, hijau, ungu, dan lainnya tampak harmonis ketika dipadu dengan jalinan benang warna lebih tua atau bahkan berbeda warna, misalnya ulos warna krem bermotif warna coklat dan hitam.

Torang Sitorus menampilkan koleksi ulos terbaru yang dikemas dalam "Heritage of The East: From Toba for a Powerful Indonesia", di Alun-alun Indonesia, Grand Indonesia Jakarta, Jumat (5/5/2023).
Pilihan kebaya warna pastel sebagai pelengkap ulos di mata Torang tampak sesuai sebab kain karyanya dengan warna teduh bisa digunakan untuk pemakaian di acara dengan berbusana nasional. Kebaya model klasik ala perempuan Jawa, baju kurung yang banyak menjadi pilihan perempuan Sumatera serta kebaya modifikasi pas dengan sarung dan selendang khas dari tanah Batak itu.
Sama seperti replikasi ulos yang ia buat sebelumnya, ulos berwarna teduh itu juga berbahan ringan dan lembut sehingga nyaman bagi pemakainya. Hanya memang, sebagian besar perempuan Batak tetap memilih kain ulos Torang yang berwarna marhilong (berkilau), terutama untuk acara adat seperti pernikahan. Kain ulos baru yang saat sedang dipamerkan di Alun-alun Indonesia banyak dikonsumsi oleh kolektor dan penggemar kain wastra Nusantara.

Torang Sitorus menampilkan koleksi ulos terbaru yang dikemas dalam "Heritage of The East: From Toba for a Powerful Indonesia", di Alun-alun Indonesia, Grand Indonesia Jakarta, Jumat (5/5/2023).
Untuk kimono
Pada perkenalan ulos warna baru versi Torang itu hadir pula Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji. Kehadiran Kenji berkait dengan rencana Torang memamerkan kain-kain hasil karyanya ke Jepang pada Juli hingga Agustus nanti. Selama ini, kain-kain Torang, begitu para pembelinya menyebut, selain dikenalkan di Medan, Jakarta, juga secara rutin dipamerkan di hotel Kempinski Bali.
Rupanya pameran tersebut membuat banyak warga asing seperti dari Jepang yang melihat dan menyukai kain-kain itu. Bahkan pelaku tekstil Jepang ikut tertarik untuk menjadikan kain-kain tersebut sebagai bahan kimono.
Baca juga: Ulos Ringan dan Tetap “Marhillong”
Selama ini warga Jepang diketahui sebagai penggemar busana dari kain dan pewarna yang ramah lingkungan. Para pelaku tekstilnya sejak berabad lalu banyak memakai pewarna alam seperti indigo. ”Jalinan ini sekaligus menjadi penyokong hubungan diplomatik Indonesia-Jepang,” ujar Torang.
Ia berharap ulos dari benang dan pewarna berbahan alam akan menjadi inspirasi bagi pihak lain.

Torang Sitorus menampilkan koleksi ulos terbaru yang dikemas dalam "Heritage of The East: From Toba for a Powerful Indonesia", di Alun-alun Indonesia, Grand Indonesia Jakarta, Jumat (5/5/2023).