Tips Mudik Aman dan Nyaman Menggunakan Mobil Listrik
Perencanaan menjadi kunci penggunaan kendaraan listrik untuk menempuh perjalanan jarak jauh. Agar perjalanan mudik menggunakan kendaraan listrik lebih aman dan nyaman, kami bagikan beberapa tips penting bagi Anda.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·5 menit baca
Mobil listrik akan menjadi salah satu moda transportasi yang mewarnai mudik kali ini. Namun, sebagian pemudik yang ingin mengendarai mobil listrik khawatir apakah kendaraan tersebut cukup andal untuk menempuh perjalanan pulang ke kampung halaman.
Tim Jelajah Energi dan Vakansi Harian Kompas pernah melakukan perjalanan jauh menggunakan kendaraan listrik. Kami membuktikan perjalanan Jakarta-Bali sejauh lebih dari 1.000 km bisa ditempuh menggunakan kendaraan listrik.
Manajemen perjalanan atau perencanaan perjalanan menjadi kunci dalam penggunaan kendaraan listrik untuk perjalanan jarak jauh. Agar perjalanan mudik menggunakan kendaraan listrik lebih aman dan nyaman, kami bagikan beberapa tips berdasarkan pengalaman perjalanan Tim Jelajah Energi dan Vakansi.
Berikut ini beberapa tips bagi Anda yang hendak mudik menggunakan kendaraan listrik:
1.Kenali kapasitas baterai mobil
Setiap mobil listrik memiliki kapasitas baterai yang berbeda. Masing-masing mobil juga memiliki kemampuan tempuh yang berbeda di tiap 1 Kwh-nya. Dengan mengetahui kapasitas baterai, Anda bisa memprediksi kemampuan jarak tempuh maksimal kendaraan Anda.
Anda juga harus memahami bentuk soket pengisi daya (port charging) yang ada di kendaraan. Setidaknya terdapat tiga jenis soket yang umum digunakan di Indonesia, yakni CHAdeMO, CCS (1 atau 2), dan GB/T. Mengenali soket ini penting untuk menentukan di mana nanti Anda akan mengisi daya.
2. Kenali kapasitas SPKLU di sepanjang rute
Sebelum memulai perjalanan, Anda juga harus mengetahui titik-titik mana saja yang bisa digunakan untuk mengisi daya. Tak hanya titik pengisian, Anda juga harus mengetahui, SPKLU tersebut mendukung untuk soket pengisian daya jenis apa saja?
Anda juga perlu mengetahui daya terpasang di SPKLU tersebut. Hal ini penting untuk mengukur berapa lama Anda harus mengisi daya. Setidaknya ada empat jenis kategori SPKLU, yaitu slow charging (≥ 7 kW), medium charging (≥ 25 kW), fast charging (≥ 50 kW), dan ultrafast charging (hingga 240 kW).
Salah satu hal yang kerap mengganggu saat berkendara jarak jauh menggunakan kendaraan listrik ialah kekhawatiran akan jarak tempuh atau range anxiety. Kekhawatiran ini mucul karena ketakutan apakah mobil bisa mencapai jarak tertentu dengan sisa daya baterai yang tersimpan. Jangan sampai range anxiety”menghantui” pikiran Anda. Pasalnya, itu akan mengganggu konsentrasi berkendara dan justru membuat Anda cepat lelah.
Guna mencegah kekawatiran ini terjadi, Anda bisa mengaktifkan aplikasi navigasi, misalnya Google Maps atau Waze. Menggunakan aplikasi tersebut, Anda bisa mengetahui sisa jarak tempuh untuk kemudian membandingkannya dengan kapasitas daya tersisa.
4. Manajemen perjalanan
Travel Management adalah kunci nyaman dan aman saat berkendara jarak jauh, seperti mudik menggunakan kendaraan listrik. Sebelum berangkat, Anda harus tahu berapa total jarak yang akan ditempuh dan kapasitas baterai. Dengan data itu, Anda bisa memperkirakan di mana Anda harus berhenti untuk mengisi daya mobil.
Perencanaan perjalanan juga termasuk pengaturan waktu tempuh. Oleh karena itu, waktu pengisian daya juga harus Anda perhitungkan. Manfaatkan waktu tersebut untuk beristirahat. Ingat, mengisi daya mobil listrik tak secepat mengisi bensin.
Anda juga harus memperhitungkan apabila ada mobil lain yang lebih dahulu mengisi daya. Waktu berbuka dan sahur mungkin dapat menjadi waktu yang tepat untuk mengisi daya. Saat mobil diisi daya di SPKLU, Anda bisa berbuka ataupun bersantap sahur. Saat perut terisi, daya di mobil bertambah dan bisa diajak untuk berjalan lebih jauh.
Sejumlah mobil listrik sudah dilengkapi fitur regenerative breaking. Fitur ini memungkinkan ada daya tambahan dari tiap pengereman yang dilakukan. Alhasil saat menghadapi jalanan yang padat, konsumsi daya mobil listrik justru akan lebih hemat.
Tim Jelajah Energi dan Vakansi Harian Kompas pernah membuktikannya. Gaya berkendara yang banyak menggeber gas dan minim menginjak rem selama di Tol Surabaya hingga Probolinggo Timur membuat kami boros baterai. Konsumsi daya listrik kami tercatat 1 kWh untuk 3,2 km. Catatan konsumsi ini menjadi yang terburuk selama perjalanan dari Jakarta hingga Bali.
Berbeda dengan perjalanan dari Gilimanuk hingga Denpasar. Jalan yang sempit ditambah lalu lintas yang padat membuat kami banyak melakukan pengereman. Dampaknya, konsumsi energi kami cukup baik, daya 1 kWh dapat digunakan untuk menempuh jarak sejauh 7,6 km.
Dalam wawancara khusus dengan Tim Jelajah Energi dan Vakansi Harian Kompas pada akhir 2022, Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia, Makmur, juga menyebut pentingnya manajemen perjalanan. ”Manajemen perjalanan bisa dimulai dengan memprediksi kebutuhan total jarak tempuh, yang berarti berkaitan dengan kapasitas baterai kendaraan. Selanjutnya, pengendara wajib mengetahui lokasi stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang nantinya akan dilewati,” tuturnya.
Bagaimana pun, perjalanan mudik menggunakan kendaraan listrik akan makin nyaman apabila infrastruktur SPKLU sudah merata di setiap area istirahat dan di tiap area istirahat jumlah unitnya banyak. Terlebih, jika SPKLU yang tersedia merupakan fast charging atau bahkan ultrafast charging.
Dalam Lebaran kali ini, SPKLU ultrafast charging 200 KW dapat dijumpai di Rest Area Km 62 B Jakarta-Cikampek, Rest Area Km 130 A Cipali, Rest Area Km 101 B Cipali, Rest Area Km 228 A Kanci Pejagan, Rest Area Km 229 B Kanci Pejagan, Rest Area Km 88 A Cipularang, Rest Area Km 88 B Cipularang, Kantor PLN UP3 Bogor, Kantor PLN KP Limbangan, dan PLN Braga Heritage (SPKLU mobile).