Apa jadinya jika santapan menggugah selera dan suka cita raya diejawantahkan dalam selembar kain yang menjelma pakaian nyaman untuk menikmati Ramadan dan melengkapi Lebaran?
Oleh
RIANA A IBRAHIM
·4 menit baca
Memasuki bulan Ramadhan dan jelang Lebaran, aneka penganan lezat bertebaran diikuti keceriaan. Akan tetapi, apa jadinya jika santapan menggugah selera dan sukacita raya diejawantahkan dalam selembar kain yang menjelma pakaian nyaman untuk menikmati Ramadhan dan melengkapi Lebaran?
Jenama Sejauh Mata Memandang mewujudkannya melalui koleksi teranyar berjudul ”Kudapan” yang diluncurkan di atrium East Mall, Grand Indonesia, Jakarta, Selasa (7/3/2023). Sesuai judul koleksinya, motif yang muncul terinspirasi dari sajian tradisional, yakni onde-onde dan kue lapis.
Diawali dengan instrumen lagu ”Gajah” dari Tulus dan ornamen gajah di lokasi pameran bertajuk ”Rumah Kita”, para model menuruni eskalator yang juga dikonsepkan sebagai bagian dari landas peraga secara bergiliran. Deretan aktris, seperti Dian Sastro, Shareefa Daanish, Faradina Mufti, Tissa Biani, dan Titi Radjo Padmaja, berlenggak-lenggok mengenakan koleksi Kudapan yang dipadukan dengan koleksi-koleksi Sejauh Mata Memandang sebelumnya.
Pilihan tema koleksi kali ini lumayan unik. ”Kenapa kudapan? Ini karena saya sekeluarga itu suka ngemil. Lalu kepikiran-lah onde-onde dan kue lapis yang memang jadi favorit. Ini baru sebagian, rencananya akan ada anak-anaknya yang mengambil dari makanan lupis dan lemper. Pokoknya, koleksi yang bikin kita tambah laper. Ha-ha-ha,” kata pendiri Sejauh Mata Memandang, Chitra Subyakto, sebelum peluncuran karya terbarunya dimulai.
Untuk koleksi baru ini, Chitra membuat 19 tampilan dengan motif bulat gambaran dari onde-onde dan garis-garis gambaran dari kue lapis. Dari tampilan itu, ada atasan dan bawahan dengan siluet khas Sejauh Mata Memandang, yakni celana longgar, tunik panjang, rok lilit, kebaya, dan kemeja. Pilihan atasan dan bawahan ini disediakan untuk perempuan, laki-laki, dan juga anak-anak sehingga bisa dipakai bersama keluarga.
”Sejauh Mata Memandang, kan, memang enggak ngikuti tren. Jadi, siluetnya yang sehari-hari dan bisa dipakai kapan saja. Konsep sederhana dengan kenyamanan yang dinomorsatukan,” ujar Chitra.
Untuk mengoptimalkan kenyamanan, Chitra memilih kain, seperti tencel dan katun, seperti yang telah dipilihnya juga dalam koleksi-koleksi sebelumnya. Selain siluet yang khas, pemilihan warna juga menjadi salah satu hal yang dinanti di setiap koleksi Sejauh Mata Memandang. Apabila biasanya identik dengan warna putih, biru, dan marun, kini warna yang ditawarkan berupa biru muda, salem, dan hijau dengan proses pewarnaannya tetap ramah lingkungan meski merupakan pewarna buatan.
Chitramengembangkan dua teknik ketika membesut koleksi Kudapan ini. Pertama, ia menggunakan teknik batik cap yang dibuat di Desa Watukebo, Banyuwangi, Jawa Timur. Kedua, ia memanfaatkan teknik cetak saring tangan bekerja sama dengan UMKM asal Bali di Desa Puri Kauh. Perajin di Pekalongan, Jawa Tengah, juga turut diberdayakan.
Untuk koleksi ini, Chitra terkendala kondisi cuaca yang mengakibatkan tampilan koleksinya belum lengkap. ”Semestinya hari ini sudah siap jual semua, tapi karena hujan di beberapa wilayah itu membuat beberapa tampilan tidak bisa langsung ada. Karena jemur di bawah kering terik dengan kering mendung itu hasilnya beda. Perajin kami juga tidak mau ambil risiko dan saya juga enggak yang terburu-buru. Jadi, yang ada dulu saja,” ungkap Chitra.
Bunga dan garis
Apabila Sejauh Mata Memandang mengambil ilham dari makanan Indonesia, jenama Cottonink justru memaknai Ramadhan dan hari raya dengan nuansa ceria yang digambarkan melalui kombinasi motif bunga dan garis. Motif itu bisa ditemui pada koleksi Raya kali ini yang berkolaborasi dengan jenama Artkea.
Koleksi Cottonink x Artkea ini juga menyediakan busana untuk perempuan, laki-laki, dan anak-anak sehingga bisa dijadikan seragam untuk memeriahkan hari raya atau datang ke acara buka bersama. ”Biasanya, untuk hari besar ini, kan, maunya bersama-sama, ya. Dari tahun ke tahun, koleksinya pun sengaja dibuat yang bisa dipakai sekeluarga. Ada juga untuk ibadah, seperti mukena,” kata Co-Founder Cottonink Ria Sarwono ketika pratinjau koleksi di kawasan Adityawarman, Jakarta, Jumat (10/3/2023).
Pemilihan kerja sama dengan Artkea ini juga dilandasi kemiripan konsep. Artkea yang identik dengan motif floral, renda, payet, dan manik ini sejalan dengan Cottonink yang koleksinya acapkali tampil manis memikat. Meski mirip, kedua jenama ini tetap harus mencari jalan tengah agar pakaian yang dihasilkan bisa sesuai tanpa harus meniadakan ciri khas masing-masing jenama.
Untuk siluet, misalnya, Cottonink terbilangmemegang peranan karena siluet andalan, seperti atasan boxy, kemeja devon, serta kemeja gombrang dan oversized shirtdress, menjadi yang utama pada koleksi ini. Sementara untuk koleksi pria, siluetnya, seperti baju koko, hanya bermain motif garis, yakni biru putih dan hitam putih. Untuk anak-anak, koleksinya sama seperti milik mama papa hanya berbeda ukuran.
Artkea mendapat keleluasaan mengolah motif yang disuguhkan melalui motif bunga dan garis. Aplikasi detail renda dan bordir jenis broderie l’anglaise juga menguatkan sentuhan Artkea dalam koleksi kali ini. Broderie l’anglaise merupakan teknik menjahit yang menggabungkan ciri-ciri sulaman, potongan dan renda jarum yang menghasilkan motif atau bentuk dengan lubang-lubang kecil.
Sementara itu, warna yang disuguhkan kali ini merupakan keistimewaan dua jenama ini, yakni biru dan salem, di atas kain katun yang nyaman dan adem. Meski warna yang dihadirkan terbilang lembut, corak cerianya dihadirkan lewat motif bunga dan permainan renda sehingga kolaborasi keduanya melahirkan karya cantikuntuk mewarnai hari raya atau Ramadhan.