Jadi Tetangga Jangan ”Gitulah”
Tetangga adalah suadara dekat, katanya. Meski demikian, tak jarang terjadi konflik yang berakar dari minimnya tenggang rasa dan kesenjangan komunikasi.
Hubungan bertetangga kerap memunculkan masalah yang unik bahkan konyol. Pemicunya biasanya tidak jauh dari kurangnya tenggang rasa dan kesenjangan komunikasi. Ini bisa merembet sampai level saling mendiamkan. Seperti perang dingin. Jadi tetangga jangan gitulah.
Adinda (45) masih meraba-raba kesalahannya sehingga harus menerima kenyataan dia tak leluasa lagi mendapatkan sinar matahari akibat tetangga meninggikan pagar dinding rumahnya. Gara-gara hal itu, sinar keakraban antara dia dan tetangganya sirna.
Adinda dan keluarga memilih menjual rumah yang sudah lebih dari tujuh tahun mereka tinggali itu, lalu pindah. ”Habis bagaimana, namanya bertetangga. Masak enggak akur,” ungkap Adinda, Rabu (11/1/2023).
Jadi Tetangga yang Baik Itu Gampang, Kok
Dia merunut, awalnya hubungan mereka sebagai tetangga baik-baik saja. Sampai satu titik, tetangga tidak menegur sapa, hingga membuang muka saat bertemu. Bahkan, muncul kata-kata keras hingga puncaknya meninggikan dinding pembatas rumah. Adinda dan suami sudah berusaha mengajak bicara. Namun, responsnya tidak terlalu positif.
Mereka menduga akar masalahnya dari suara mobil suami Adinda. ”Mungkin berisik karena memang mobil tua. Asapnya juga masuk rumah mereka. Tapi, kan, ini bisa dibicarakan baik-baik sebenarnya,” ujar Adinda, yang sekarang lebih tenang di hunian barunya.
Ada kalanya konflik antartetangga itu dipicu oleh perbedaan batas toleransi keramaian. Ada yang menganggap biasa saja, tetapi bagi orang lain itu melampaui batas. Kuncinya ada di komunikasi dengan dasar saling pengertian. Inilah yang sedang dirancang Satria (33), lajang yang tinggal di Pamulang, Tangerang Selatan, setelah berseteru dengan tetangga.
Tetangganya adalah pasangan muda yang mempunyai anak balita. Kompleksnya juga merupakan kluster kecil, hanya dihuni 10 keluarga, dan tanpa petugas keamanan. Rumah Satria kerap dikunjungi teman-temannya yang sama-sama lajang. Kadang mereka mengobrol sampai malam, sesekali juga bernyanyi dan genjrang-genjreng bermain gitar.
”Tiga tahunan lalulah kira-kira. Nggak lama sebelum pandemi Covid-19,” kata Satria, yang bekerja di bidang teknologi informasi.
Suatu ketika, saat Satria dan teman-temannya sedang asyik mengobrol dan memainkan gitar, istri tetangga rumah keluar rumah sembari marah-marah. Saat itu memang sudah lumayan larut. ”Dia meminta kami berhenti ngobrol dan main gitar. Katanya berisik, anaknya jadi rewel sulit tidur,” kata Satria, yang saat itu juga meminta teman-temannya untuk segera bubar.
Untuk buru-buru meminta maaf, Satria merasa sungkan. Padahal, sesungguhnya Satria merasa hal itu wajar-wajar saja. Dia tidak sakit hati atau dendam ditegur seperti itu. Namun, karena mereka memilih sama-sama diam, sejak itu, relasinya dengan tetangga sebelah rumah terasa berubah. Menjadi lebih dingin, tidak akrab lagi seperti dulu.
Satria sedang berusaha mencari waktu yang tepat untuk silaturahmi lagi. ”Grogi juga sih. Tapi, mudah-mudahan nanti ada kesempatan baik,” harap Satria.
”Ini kuncinya, Om”
Dalam banyak kasus, perselisihan antartetangga kerap terjadi lantaran sikap egois dan tipisnya tenggang rasa pada tetangga. Ahmad (44) merasakannya saat tinggal di sebuah perumahan di kawasan Pisangan, Ciputat Timur, yang memiliki jalan perumahan cukup sempit. Nah, tetangga depan rumahnya sering kali memarkir mobil tepat di seberang rumah Ahmad. Akibatnya, Ahmad yang kerap pulang malam tidak bisa memasukkan mobilnya ke garasi dengan cara maju atau mundur.
Ahmad berkali-kali harus mengetuk rumah tetangganya itu untuk memindahkan mobilnya. ”Kesal juga sih. Setiap mau masukin mobil harus mengetuk rumah orang. Udah gitu keluarnya lama sekali.”
Baca juga: Tukang Sayur Keliling, dari Pekalongan Menopang Jakarta
Suatu hari, kejengkelannya memuncak. Ketika ia pulang kerja dan akan memasukkan mobil ke dalam garasi, mobil sang tetangga menghalangi di muka rumah. Seperti sebelum-sebelumnya, ia mengetuk rumahnya. Kali ini yang muncul putri sang tetangga. Ia membawa kunci mobil dan berkata, ”Om ini kunci mobil papa. Om pindahin aja sendiri, ya.”
Dengan dongkol Ahmad memindahkan mobil sang tetangga ke depan rumah kosong. Setelah itu memulangkan kuncinya. ”Dia pikir saya sopir. Tadinya saya mau pindahkan mobilnya ke kebon. Tapi, saya nggak mau ribut-ribut,” kenangnya.
Kejadian itu ia laporkan kepada ketua RT. Sang ketua RT langsung mendatangi tetangga Ahmad dan memberi peringatan keras. ”Sejak saat itu, dia enggak lagi markir mobil sembarangan,” ujar Ahmad, yang hubungannya dengan tetangga biasa saja. Tidak jauh, tapi juga tidak dekat.
Persolan antartetangga ibarat persoalan laten yang rentan menyulut persoalan lebih besar seperti yang dialami Adinda, Satria, dan Ahmad. Tidak mengherankan apabila akun seperti Seputar Tetangga di Instagram dan Twitter pun banyak menerima kiriman ”curhat” orang-orang yang bermasalah dengan tetangga mereka.
Di akun tersebut, masalah yang muncul antartetangga bisa sangat beraneka ragam. Kadang terasa remeh, tapi sebenarnya tidak bisa dianggap seperti itu. Misalnya, ada tetangga yang doyan karaoke hingga jauh malam sehingga mengganggu waktu istirahat, kotoran hewan peliharaan yang mengotori teras rumah, soal parkir motor dan mobil yang tidak pada tempatnya, tetangga yang senang main slonong masuk rumah, anak tetangga yang banyak polah tapi orangtuanya tidak peduli, dan masih banyak lagi lainnya.
Ini menunjukkan betapa peliknya kehidupan bertetangga. Tidak hanya bagi yang tinggal di kompleks perumahan, tetapi juga di luar kompleks perumahan.
Tak jarang, kasus antartetangga itu muncul di media massa karena dilaporkan ke polisi. Seperti kasus yang menimpa JM, pemilik akun Twitter @ceritatetangga yang mengaku dirinya menegur tetangganya yang karaokean hingga jauh malam lantaran merasa terganggu dan tidak nyaman.
Dia melaporkan aktivitas tetangganya tersebut melalui aplikasi JAKI yang lantas membuat si tetangga disambangi satpol PP. Namun, hal itu tak membuat jera sang tetangga karena tak lama tetangganya kembali melakukan hal serupa.
Saat menegur bersama Pak RT, JM malah mendapat pukulan. Puncaknya pada 21 Desember 2021, JM melaporkan ke Polsek Duren Sawit pada 2 Januari 2022 dan baru mendapat panggilan pada Maret 2022.
Masalah global
Masalah relasi bertetangga ini ternyata mendunia. Nun jauh di Meksiko, Yuvitza E melaporkan tetangganya ke polisi dengan tuduhan menjemur pakaian untuk menggoda suaminya. Perempuan dari Negara Bagian Quintana Roo itu menuduh si tetangga tidak tahu malu dan melanggar moral dan kesopanan.
Menurut Yuvitza, tetangganya itu selalu mencuci pakaian dalam setiap hari Sabtu saat suaminya berada di rumah. Dia pernah memergoki suaminya memerhatikan pakaian dalam yang sedang dijemur itu. Peringatan sudah dilayangkan, tetapi tidak digubris sehingga dia memilih melapor ke polisi untuk menangkap tetangganya dengan tuduhan tidak punya sopan santun.
Di Tanah Air, berdasar Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), beberapa persoalan yang melibatkan relasi antartetangga memang bisa dilaporkan kepada pihak berwenang. Salah satunya terkait gangguan terhadap ketenteraman lingkungan. Misalnya, membuat ingar-bingar atau berisik tetangga pada malam hari (Pasal 265).
Baca juga: Balada Tukang Sayur di Belantara Kota
Pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya Bab IV tentang Hak dan Kewajiban antara para pemilik pekarangan yang bertetangga, juga terdapat aturan soal menanam pohon atau pagar hidup di antara pemilik pekarangan yang bertetangga. Termasuk memililiki hak untuk menuntut agar pohon dan pagar hidup yang ditanam dalam jarak yang lebih dekat daripada jarak yang sudah ditentukan untuk dimusnahkan.
Terkait kepemilikan kendaraan yang belakangan kerap viral di media sosial karena tidak tersedianya garasi sehingga menimbulkan cekcok antarwarga, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Depok sebenarnya telah memiliki peraturan daerah yang mewajibkan pemilik kendaraan memiliki garasi.
Nyatanya, di jalan-jalan permukiman di kedua daerah itu, orang tetap memarkir kendaraan seenaknya. Tidak peduli tetangga sewot. Jadi tetangga jangan gitulah....