WhatsApp adalah salah satu aplikasi percakapan paling populer di dunia. Data terakhir yang dipublikasikan Meta pada 2020, pengguna WhatsApp mencapai 2 miliar pengguna, dengan 100 miliar pesan terkirim setiap harinya.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Layanan percakapan milik raksasa teknologi Meta, WhatsApp, mengalami gangguan layanan yang menyebabkan penggunanya tidak bisa mengirim maupun menerima pesan sejak Selasa (25/10/2022) siang. Sejumlah aplikasi percakapan kompetitor menjadi pilihan pengguna.
"Kami memahami bahwa sejumlah pengguna mengalami kesulitan untuk mengirim pesan dan kami sedang bekerja untuk menyelesaikan persoalan ini secepat mungkin," ujar seorang juru bicara Meta dalam sebuah pernyataan pers pada Selasa siang waktu Indonesia.
Hingga saat ini belum diketahui penyebab gangguan tersebut.
WhatsApp adalah salah satu aplikasi percakapan paling populer di dunia. Data terakhir yang dipublikasikan Meta pada 2020, pengguna WhatsApp mencapai 2 miliar pengguna, dengan 100 miliar pesan terkirim setiap harinya.
Berdasarkan Downdetector.com, yang mencatat laporan warganet atas gangguan terhadap platform internet, kendala pada WhatsApp mulai terdeteksi pada sekitar pukul 14.00 WIB.
Melalui Downdetector, diyakini lebih dari 11.000 pengguna WhatsApp di India telah melaporkan gangguan; lalu ada 68.000 laporan dari pengguna di Inggris, dan 19.000 laporan dari Singapura. Diyakini gangguan ini juga berdampak lebih luas, The New York Times melaporkan gangguan ini juga terjadi pada pengguna WhatsApp di Korea Selatan.
Dengan gangguan yang terjadi pada WhatsApp, sejumlah aplikasi percakapan populer lainnya diperbincangkan oleh warganet, termasuk di Indonesia. Pengguna mulai beralih untuk menggunakan aplikasi percakapan lain seperti Telegram, iMessage untuk gawai Apple, hingga fitur Direct Message pada Instagram.
WhatsApp dimiliki oleh Meta, perusahaan induk Facebook, sejak 2014. Saat itu, Meta yang masih bernama Facebook, mengakuisisi WhatsApp dengan nilai 22 miliar dollar AS atau sekitar Rp 250 triliun pada saat itu.