Jika pada Ferrari biasa, salah satu sensasinya adalah mendengarkan irama deruman mesin yang memacu adrenalin. Maka pada 296 GTB kejutan itu muncul saat sebuah Ferrari bisa dipacu tanpa suara mesin.
Oleh
DAHONO FITRIANTO
·4 menit baca
Akselerasi spontan, pengendalian presisi, dan raungan suara mesin adalah faktor-faktor yang memicu kenikmatan saat memacu sebuah Ferrari. Lalu apa jadinya saat salah satu faktor itu menghilang?
Dalam menjajal Ferrari 296 GTB, model terbaru Ferrari di Tanah Air, kejutan datang dari sistem hibridanya. Jika pada Ferrari biasa, salah satu sensasinya adalah mendengarkan irama deruman mesin yang memacu adrenalin. Maka pada 296 GTB kejutan itu muncul saat sebuah Ferrari bisa dipacu tanpa suara mesin.
Wajar saja mengingat mobil ini mengusung teknologi plug-in hybrid electric vehicle (PHEV). Dengan baterai lithium-ion berkapasitas 7,45 kwh yang bisa dicas dari sumber listrik di luar mobil, supercar ini bisa dijalankan dalam mode eDrive, alias murni menggunakan listrik. Pada posisi menggunakan baterai murni ini, jarak tempuh maksimalnya adalah 25 kilometer.
Itu sebabnya saat tombol Start disentuh (hampir semua panel kontrol di 296 GTB menggunakan panel sentuh), tidak langsung terdengar raungan mesin dari ruang di belakang sandaran punggung. Pedal akserator pun bisa diinjak dan Ferrari ini segera berjalan tanpa suara layaknya mobil listrik.
Fakta-fakta itu memunculkan misteri, seperti apa sensasi berkendara dengan mobil super ini. Apakah performanya masih sangar seperti saudara-saudaranya yang lain dari keluarga Ferrari?
Dalam pengujian di kawasan PIK 2 di Jakarta Utara dan Tangerang, Banten, Selasa (2/8/2022), sepinya suara ini memunculkan sensasi aneh. Walau akselerasi dalam mode elektrik ini tidak kalah dengan akselerasi saat mesin pembakaran internalnya menyala.
Berkeliling kawasan pengembangan kota di PIK 2 yang penuh dengan jalan-jalan mulus yang masih sepi, kemampuan 296 GTB dieksplorasi. Setelah beberapa saat berkendara dengan mode eDrive, indikator di panel instrumen menunjukkan baterai telah kosong. Sontak mesin V6 dengan turbo ganda yang dipasang di tengah-belakang (rear mid-engine) mengaum keras.
Sifat asli Ferrari pun keluar saat pedal gas diinjak penuh. Tubuh terasa terempas ke sandaran kursi saat mobil melesat ke depan.
Yang istimewa dari 296 GTB ini adalah cepatnya feeling mengemudi didapatkan. Hanya beberapa saat berada di balik kemudi, karakter mobil langsung dikenali dan pengemudi cepat mendapatkan rasa percaya diri dalam mengendalikan mobil. Setirnya pun terasa tajam dan presisi, bagaikan mengendarai sebuah gokart.
Walaupun tenaganya melimpah ruah, pengendalian santai masih bisa dinikmati dengan optimal, tanpa terasa tenaga mesin menyentak-nyentak. Suspensinya pun bisa diatur tingkat kekerasannya. Fitur ini terutama terasa saat mobil memasuki jalan yang tidak rata. Saat tombol pengatur suspensi ini ditekan, bantingan suspensi langsung terasa lebih empuk.
Tenaga Ferrari 296 GTB memang tidak main-main. Pertama-tama tenaga dari mesin V6-nya yang berkapasitas 3.0 liter (2.992 cc) yang dilengkapi turbo ganda, yakni 663 PS pada putaran mesin 8.000 rpm. Tenaga ini masih ditambah keluaran motor listrik sebesar 167 PS, membuat tenaga totalnya mencapai 830 PS!
Tenaga ini jauh lebih besar daripada “saudara”-nya, Ferrari Roma yang mengusung mesin V8 berkapasitas 3,9 liter dengan turbo ganda. Roma “hanya” menyemburkan tenaga 620 PS.
Kapasitas mesin dan jumlah silinder pada 296 GTB sendiri merupakan asal-usul nama “296”. Sementara GTB adalah singkatan dari Gran Turismo Berlinetta, sebutan untuk mobil-mobil Ferrari yang beratap solid dan permanen.
Pada 296 GTB, tenaga mesin dan motor listrik ini disalurkan ke roda belakang melalui transmisi kopling ganda 8 percepatan.
Di jalur lurus dan lengang, akselerasi mobil terasa cepat dan halus. Termasuk saat mengoper transmisi ke tingkat yang lebih rendah.
Secara umum, Ferrari pertama yang menggunakan mesin V6 ini (sebelumnya, pada dekade 1950-1970-an, mobil bermesin 6 silinder Ferrari dipasarkan dengan nama Dino), begitu menyenangkan untuk dikendarai. Walau memang perlu diwaspadai tinggi kolongnya yang rendah membuat mobil rentan menggaruk gundukan di jalan atau polisi tidur. Namun jangan terlalu khawatir karena mobil juga dilengkapi fitur penambah ketinggian kolong depan sebanyak 4 centimeter untuk mencegah gesekan dengan polisi tidur atau lekukan rampa yang terlalu tajam.
Manuvernya terasa tajam dan presisi serta instingtif, salah satunya berkat posisi mesin di tengah-belakang dan jarak antar poros roda yang pendek (2.600 mm) dan dimensi yang terhitung kompak (panjang 4.565 mm dan lebar 1.958 mm serta tinggi 1.187 mm).
Perpaduan semuanya itu membuat 296 GTB memupus mitos bahwa sebuah supercar tidak nyaman untuk pengendaraan sehari-hari di jalur dalam kota. Terbukti mobil masih terasa nyaman saat melintasi rute-rute padat, tanpa terasa penyaluran tenaga mesin yang berlebihan.
Perpaduan tenaga, kenyamanan dan manuver yang presisi ini membuat rasa penasaran untuk mengajak mobil sport ini melakukan touring ke luar kota. Walaupun ruang bagasi yang terletak di bawah bonet depan tidak terlalu besar, tetapi cukup untuk menampung tas ransel atau travelling bag ukuran sedang.
Dengan 296 GTB, satu lagi mimpi tentang Ferrari terwujud. Di saat mobil melaju pesat dan mulus di jalanan, angan pun terbang ke awan, memimpikan apa lagi kejutan yang akan dibawa Ferrari di masa depan…